7. Ditembak

1.2K 94 11
                                    

Lora keluar dari toilet setelah mengganti seragamnya dengan baju Juan yang terlihat kebesaran di tubuh Lora. Juan tersenyum tipis melihat itu namun senyumnya hilang saat Lora menatapnya curiga. "Kenapa lo senyum-senyum?"

Juan berdehem. "Emang kenapa?"

Lora mendengus, ia tak menjawab Juan dan memilih untuk memasukkan seragamnya ke dalam tasnya yang berada di sofa.

"Kamu beneran mau tidur di sini?" tanya Juan memastikan sekali lagi. Lora tidak akan nyaman tidur di sofa.

Mendengar pertanyaan yang sudah kesekian kalinya Juan berikan membuat Lora mendengus. "Gak usah bawel deh, Juan! Bosan gue denger lo nanya itu mulu tau, gak!"

"Maaf. Yaudah, kamu tidur aja."

Lora tidak menjawab, ia membaringkan tubuhnya di sofa panjang sedangkan Juan duduk di kursi di samping ranjang. Kalau boleh jujur, Lora sangat tidak nyaman tidur di sini. Ia tidak bisa tidur jika tidak memeluk guling dan bantal. Tapi ia juga takut tinggal di rumah sendirian.

Mencoba memejamkan matanya dan mencari posisi ternyaman namun usahanya sia-sia. Lora membuka matanya kembali lalu melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 22.00 WIB.

Lora menatap Juan yang tengah menatap mamanya seraya menggenggam tangan wanita paruh baya itu.

Lora menghela napasnya lalu kembali memejamkan matanya, berdoa supaya rasa kantuknya segera tiba. Tapi lagi-lagi usahanya sia-sia, ia sama sekali tidak merasa mengantuk.

Lora berdecak kesal membuat Juan menoleh ke arahnya. "Kenapa?"

Lora menatap Juan kesal. "Gak bisa tidur gue!"

Juan menghela napasnya lalu menghampiri Lora. "Terus gimana? Mau pulang aja?"

"Lo kenapa sih nyuruh gue pulang mulu! Keganggu banget kayaknya gue di sini!"

Salah lagi. "Bukan gitu, saya tau kamu gak nyaman tidur di sini."

"Tapi gue gak mau pulang! Ah!" pekiknya hampir menangis. Bahkan mata cewek itu berkaca-kaca membuat Juan merasa bersalah.

Juan langsung menarik Lora dalam pelukannya membuat tangis gadis itu menjadi-jadi. Beginilah Lora, ia akan menjadi cengeng saat merasa terlalu kesal.

"Maafin saya. Iya, kamu gak usah pulang, di sini aja sama saya. Maaf ya," Juan mengusap-usap puncak kepala Lora.

Sialnya sentuhan Juan itu membuat rasa kantuk Lora muncul begitu saja. Ia menguap lalu memejamkan matanya dan tanpa sadar mencari posisi nyaman di dada Juan.

Mendengar dengkuran halus membuat Juan menunduk menatap Lora yang masih dalam pelukannya. Juan terkekeh pelan melihat mulut Lora yang sedikit terbuka.

"Udah ngantuk banget kayaknya," gumam Juan lalu membaringkan Lora di sofa dengan hati-hati.

Setelah menyelimuti istrinya, Juan yang hendak kembali ke kursinya tadi mendadak berhenti saat merasakan kakinya dipeluk oleh Lora yang tertidur.

Juan menatap Lora lalu melepas lilitan tangan Lora dikakinya. Ia berjongkok lalu menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Lora.

"Andai kamu ingat semuanya, pasti sekarang gak akan begini," gumam Juan menatap lekat cewek itu.

💕💕💕

Lora mengerjabkan matanya lalu duduk saat mendengar suara percakapan.

Ia menguap seraya menggeliat pelan. Aneh, semalam Lora tidur dengan nyenyak padahal biasanya ia tidak bisa tidur di sofa begini, tidak memakai bantal pula. Matanya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 05.30 WIB.

Juan: Perfect Husband || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang