6. Rumah Sakit

1.3K 100 3
                                    

Lora dan kedua sahabatnya berjalan menuju parkiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lora dan kedua sahabatnya berjalan menuju parkiran. Hari ini ketiga cewek itu berencana untuk menghabiskan waktu mereka di rumah Nancy yang orangtuanya sedang tidak ada di rumah. Jadi mereka bebas mengadakan pesta di sana.

"Lo mau pulang dulu apa gimana, Ra?" tanya Nancy.

Lora terlihat berpikir sejenak. Kalau ia pulang pastilah Juan si cowok menyebalkan itu akan menanyakan banyak hal kepadanya dan Lora sangat malas meladeni cowok itu sekarang. Catat, ia masih kesal pada cowok yang menjabat sebagai suaminya itu.

"Langsung ke rumah lo aja, males mutar balik."

"Yeu.. Yang nyetir juga gue!" cibir Nancy membuat Lora terkekeh kecil.

"Lo nanya gue juga dong, Cy! Gak adil banget, pilih kasih tahu, gak!" Lora dan Nancy spontan menoleh pada Elia yang menatap mereka kesal, tak lama kemudian mereka berdua tertawa lalu kompak merangkul Elia.

"Gitu aja ngambek lo!" Lora mencibir.

"Biarin!" ketus Elia memalingkan wajah.

"Dah lah! Mending sekarang kita belanja yang banyak. Kebetulan cemilan di rumah gue abis."

Elia dan Lora tersenyum senang. "KUYY LAH!!" Nancy menatap kedua sahabatnya aneh lalu ikut tertawa menyadari keabsurdan mereka.

Gerakan Lora yang akan membuka pintu mobil terhenti saat merasakan ponselnya bergetar. Elia dan Nancy sudah lebih dulu memasuki mobil. Dahi Lora mengernyit melihat nama si pemanggil yang tertera di layar ponselnya. Dengan enggan Lora mengangkat panggilan itu.

"Hm?"

"Saya hari ini gak pulang."

Lora diam namun batinnya menjerit senang. Tapi, tunggu dulu ... suara Juan terdengar lelah. Meski Lora tidak terlalu memperhatikan cowok itu namun setelah beberapa hari bersama Lora sedikit tahu tentang Juan.

Lora berdehem. "Emang lo ke mana?" tanyanya penasaran.

"Saya di rumah sakit."

Lora mengernyit. "Siapa yang sakit?"

Helaan napas terdengar jelas oleh Lora. "Mama, darah rendahnya kambuh lagi."

Mata Lora membelalak, ia berdecak kesal. "Lo kok gak ngomong sih?!"

"Maaf."

Lora berdecak, lagi. "Rumah sakit mana? Gue ke sana sekarang."

"Rumah Sakit Kasih Ibu."

"Yaudah, gue tutup."

Lora menutup panggilan secara sepihak. Cowok itu semakin membuatnya kesal. Apa kata mertuanya nanti kalau Lora tidak menjenguknya sama sekali. Bisa jelek nama Lora sebagai menantu yang baik di depan mertuanya. Ya, meskipun sebenarnya Lora juga tidak peduli, tapi mengingat jasa kedua orangtua Juan kepada keluarganya membuat Lora sungkan.

Juan: Perfect Husband || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang