Beberapa menit perjalanan, kedua remaja itu akhirnya sampai di depan rumah. Juan langsung keluar begitu mesin mobil dimatikan dan menutup pintu sedikit kuat hingga menimbulkan bunyi dan masuk ke dalam ruma tanpa menunggu Lora atau membukakan pintu seperti biasanya.
Sementara itu Lora masih berada di dalam mobil dengan air mata yang tidak berhenti dari tadi. Ini pertama kalinya Lora melihat Juan yang bersikap seperti itu kepadanya. Ini pertama kalinya Lora merasakan marahnya Juan susah untuk mereda. Dan hal itu membuat Lora takut.
Lora sama sekali tidak menyalahkan Juan yang tengah diselimuti amarah, cowok itu pantas memarahi, membentak atau menyudutkannya karena Lora memang keterlaluan. Tidak memberi kabar hingga membuat suaminya itu khawatir. Suami mana yang tidak marah ketika mendapati istrinya berada di ruangan yang sama dengan kekasihnya?
"Mau sampai kapan kamu di dalam? Udah gak mau lagi masuk ke rumah ini?"
Pertanyaan dengan nada sangat dingin itu membuat Lora tersentak. Gadis itu sampai tidak menyadari jika pintu mobil di sampingnya sudah dibuka Juan. Tidak ada tatapan hangat dan senyum manis dari Juan membuat Lora merasa sangat bersalah. Lora menghapus air matanya lalu perlahan turun dari mobil dan mengikuti Juan masuk ke dalam rumah.
"Sekarang jawab satu pertanyaan saya, mau kamu apa, Lora?"
Tidak ada jawaban dari Lora. Gadis itu hanya menunduk dengan sisa tangisnya. Juan yang duduk di sofa menghela napasnya panjang dan berat. "Kamu gak mau jelasin alasan kenapa kamu ada di rumah sakit itu sama pacar kamu?"
Lora menegakkan kepalanya menatap Juan.
"Ah, gak usah dijelasin, saya udah tau alasannya," potong cowok itu seraya terkekeh miris. Lora mendengarnya terasa tertohok. "Tentu aja dia lebih penting dari saya kan? Saya ini apa sih, cuma cowok brengsek yang udah ngambil masa remaja kamu dan ngikat kamu sama pernikahan sialan ini. Iya kan?"
Lora menggigit bibir bawahnya mendengar kalimat Juan. Kenapa rasanya sangat sakit mendengar kalimat yang pernah ia ucapkan dulu? Tuhan, berapa banyak rasa sakit yang Lora berikan pada Juan?
Juan menatap Lora dengan tatapan kecewanya. Mengingat setiap rasa sakit dan kecewa yang Lora berikan kepadanya, rasanya Juan ingin meluapkannya di hadapan gadis ini. Tapi, Juan tidak bisa. Benar-benar tidak bisa. Seberapa marah pun ia, seberapa kecewanya ia terhadap gadis ini, Juan tidak bisa membuat Lora terluka karena ucapannya.
Anggap Juan bodoh, tapi rasa cintanya lebih besar dari rasa marahnya. Juan hanya bertanggung jawab terhadap pilihannya. Pilihannya pada gadis yang dulu menjadi sahabat kecilnya yang sampai sekarang tidak bisa mengingatnya.
Juan harus lebih sabar menunggu.
"Juan," lirih Lora membuat Juan tersentak dari lamunannya. Cowok itu sedikit terkejut ketika melihat sosok Lora berlutut di hadapannya. "K-kamu boleh marahin aku, kamu boleh maki-maki aku atau bahkan tampar aku sekali pun. Aku gak akan ngelawan, aku gak akan ngebantah, aku gak akan ngehindar. T-tapi ... tapi aku mohon dengerin penjelasan aku. Ak-aku punya alasan kenapa gak ngabarin kamu waktu ke rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Juan: Perfect Husband || On Going
Novela JuvenilHanya kisah seorang remaja laki-laki bernama Juan Aksandri yang menikahi sahabat masa kecilnya. Juan yang sangat penyabar, Juan yang sangat sempurna untuk seorang badgirl seperti Lovarian Shanira. *** "Kenapa lo sebaik ini? Kenapa lo selalu terliha...