19. Tentang Rindu

946 93 27
                                    


Juan mengambil napasnya lalu menghembuskan secara kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juan mengambil napasnya lalu menghembuskan secara kasar.

Acara lomba sudah berakhir beberapa jam yang lalu, dan rasanya Juan sudah lebih lega dan tenang. Usaha dan perjuangannya bersama Ria setidaknya membuahkan hasil meski belum tentu mendapat juara. Yang paling penting mereka sudah memberikan yang terbaik dan usaha maksimal.

"Buat lo!" Juan mendongak menatap Ria yang menyodorkan satu cup kopi ke arahnya. Gadis itu menatap Juan dengan senyum manis miliknya. Tak lama kemudian Juan menerima kopi itu membuat Ria berbinar senang.

"Makasih."

"Sama-sama." Tanpa izin Ria duduk di hadapan Juan yang kini tengah meneguk kopinya. Jakun cowok itu naik turun membuat Ria terpana. Juan, cowok itu ciptaan Tuhan yang paling sempurna menurut Ria. Juan itu tampan, tinggi, pintar, anak olimpiade, dan yang paling penting soleh. Tidak salah Ria mengagumi sosok Juan Aksandri. Bukan hanya Ria, teman-teman perempuan di sekolah pun sangat mengagumi Juan.

Juan itu idolanya para kaum hawa.

"Semoga kita juara ya, Juan."

Juan mengangguk. "Amin. Kalau pun enggak setidaknya kita udah berusaha."

Ria tersenyum tipis lalu mengangguk mengerti. "Oh iya, nanti sore kan kita di izinin buat beli oleh-oleh, lo ikut kan?"

Juan terdiam sejenak. Oleh-oleh? Seketika ia teringat akan istrinya. Kira-kira oleh-oleh apa yang cocok untuk Lora? Apa nanti Lora mau menerima pemberian darinya? Juan merogoh ponselnya kemudian menghidupkan data seluler. Ia memanh sengaja mematikan data seluler supaya bisa berkonsentrasi saat olimpiade.

Satu pesan masuk dari Lora membuat jantung Juan berdegup kencang. Tanpa menunggu lama ia membuka pesan dari Lora.


Lora
Semangat lombanya!
Semoga juara


Hanya kalimat biasa namun rasanya Juan teramat senang mendapat perhatian kecil dari istrinya itu. Juan mengulum senyumnya menahan agar dirinya tidak berteriak, alhasil cowok itu hanya menggigit bibir bawahnya gemas menyalurkan rasa bahagianya.

'Kalimat sederhana dari kamu buat saya gila, Ra.'

Juan membalas pesan dari istrinya itu meski sangat telat, sebab Lora mengiriminya pesan beberapa jam lalu. Cowok itu bahkan mengabaikan Ria yang sedari tadi menatapnya heran.


Juan
Makasih, ya.
Doain saya.
Oh iya, kamu mau di bawain oleh-oleh apa?


Belum ada balasan namun pesannya sudah dibaca. Juan masih menatap roomchat dengan Lora yang terlihat masih online.

Juan: Perfect Husband || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang