29. Te Amo

1.2K 111 50
                                    

Juan duduk dengan gelisah di bangkunya menatap guru Matematika menerangkan pelajaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juan duduk dengan gelisah di bangkunya menatap guru Matematika menerangkan pelajaran. Jika biasanya Juan akan sangat fokus mendengar penjelasan guru, maka kini pikirannya tertuju pada gadis yang dari dulu bertahta di hatinya.

Sejak Lora melihat insiden memalukan di perpustakaan tadi, gadis itu terang-terangan menghindar dari Juan. Saat Juan mencari ke kelasnya, gadis itu tidak ada, bahkan teman-temannya tidak mau memberitahu keberadaan istrinya itu.

Helaan napas meluncur dari bibir Juan. Kemana Lora pergi? Apa gadis itu baik-baik saja? Juan sangat mengkhawatirkan istrinya.

Merasa ada tepukan di bahunya, Juan menoleh ke samping. "Lo kenapa gelisah gitu?" tanya Bagus.

"Lora marah sama gue, Gus."

Bagus mengerutkan dahinya. Sahabatnya itu terlihat sangat gelisah dan frustrasi. "Marah kenapa?"

Juan menghela napasnya. Mengingat kejadian tadi rasanya ingin marah. "Dia liat gue ... dicium Ria," lirih cowok itu memijit pelipisnya.

Bagus yang mendengar ucapan Juan sontak melotot. "Dicium? Lo ciuman sama Ria?" bisik Bagus tertahan. Ia menghembuskan napasnya lega saat guru di depan tidak terganggu.

"Kejadiannya cepet banget, gue bahkan gak pernah nyangka kalo Ria seberani itu," jelas Juan. "Gue takut Lora benci ke gue."

Bagus geleng-geleng kepala mendengar penjelasan Juan. Dari awal ia memang tidak suka dengan sikap Ria yang selalu mencari perhatian Juan. Menurutnya, gadis seperti Ria itu bermuka dua. Licik. Apalagi Ria dan kedua temannya pernah mengurung Lora di gudang.

"Gila tuh cewek. Udah putus urat malunya." Bagus beberapa kali menepuk bahu Juan. "Lora gak akan benci ke lo, percaya sama gue. Lo jelasin pelan-pelan ke dia kalo itu cuman salah paham."

"Masalahnya, dia ngehindar terus dari gue, Gus. Gimana gue mau jelasin?"

Bagus menatap iba Juan. Ia bisa merasakan bahwa Juan sangat mencintai Lora. Hanya Lora yang bisa membuat Juan seperti ini. "Udah samperin ke kelasnya?"

Juan mengangguk lesu. "Tapi gak ketemu. Temen-temennya juga gak mau ngasih tau. Gue telpon juga gak diangkat-angkat. Dia beneran marah sama gue, Gus."

"Biarin dia tenang dulu kalo gitu," saran Bagus. "Tapi lo sadar gak, ada hikmahnya dibalik kejadian ini."

"Maksud lo?"

"Kalo Lora marah sama lo gara-gara Ria yang nyosor ke lo, itu artinya dia cemburu, dan kalo udah cemburu berarti dia udah cinta 'kan sama lo. Bener gak?"

Sejenak Juan terdiam mencerna ucapan Bagus. Iya, ya? Mengapa ia baru sadar akan hal itu. Mungkin karena ia terlalu takut kehilangan istrinya. Lamunan Juan buyar akibat tepukan di bahunya kembali ia dapatkan dari Bagus. "Usaha lo selama ini gak sia-sia, Ju. Lo berhasil buat cewek lo suka sama lo lagi."

Juan mengulum bibirnya, menahan senyum yang ingin keluar. Iya, Bagus benar, usahanya selama ini tidak sia-sia. Loranya sudah kembali mencintainya meski belum seutuhnya. Ah, hati Juan menghangat seketika.

Juan: Perfect Husband || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang