3. Mulai Dekat

758 93 51
                                    



"Kalau ke sini jangan lupa pakai kerudung," ucap Rizhan. Rena pun mengangguk mendengarkan baik apa yang di ucapkan Rizhan. Dirinya memang salah, lupa memakai kerudung padahal ia tau rumah Rizhan di dalam pasantren.

"Umi ini Rena!" ucap Rizhan lalu Syahra menuju ruang tamu itu, Rena menyalami punggung tangan Syahra. Disamping itu Fira mengelilingi badan Rena yang masih berdiri.

"Ini hijab punya Fira?" Tanyanya melototnya ke arah abangnya, soalnya ia kenal wangi minyak harum melekat di hijabnya itu.

"Iya minjam sebentar bawel," Fira pun langsung terdiam dan mengangguk patuh.

Rena dan Syahra berbincang-bincang sedikit.
"Kamu sekelas sama Rizhan?"

"Iya Rena sekelas sama Ihan."

"Assalamu'alaikum," suara lembut berada di ambang pintu, siapa lagi kalau bukan Alika. Fira pun bergegas menuju pintu itu dan menyambut Alika.

Alika masuk dan menyerahkan rantang susun yang berisikan makanan itu ke Syahra. Syahra pun langsung membawa rantang itu ke dapur, dan dengan cepat ia kembali.

"Gue Rena, sahabatnya Ihan," ucap Rena menatap sinis ke arah Alika.

"Aku Alika," Alika menjawab dengan penuh kelembutan dan sedikit tersenyum. Fira pun mengajak Alika ke kamarnya.

_____

Keesokan harinya Rizhan duduk di kelas hanya meratapi layar laptopnya.
"Ihan kita jalan yuk!" ajak Rena yang berdiri tepat di depan meja milih Rizhan.

Rizhan menggelengkan kepalanya. "Gak bisa Na aku mau ngurusin rumah Tahfiz yang aku bangun."

"Yaudah Na jalan bareng kita aja," Aldo merangkul pundak Rena dan menatap tengil ke arah Rizhan.

"Heh!" tegur Rizhan dengan muka datarnya menatap Aldo.

"Pawangnya cemburu tuh," bisik Dimas, sedangkan Aldo hanya terkekeh kecil melihat wajah Rizhan yang masih sinis menatap dirinya.

Ia pun memasukkan kembali laptopnya ke dalam tas, lalu pergi di iringi Rena.
"Yaudah kita jalan, tapi jangan pulang malam-malam," ucap Rizhan mulai meredakan amarahnya terhadap sahabatnya itu.

"Oke kita ke mall yah!" Rena memberikan kunci mobilnya kepada Rizhan dan Rizhan pun menyuruh Dimas untuk membawa pulang motornya itu.

Mereka sampai di mall, dan mereka menuju salah satu cafe yang ada di dalam sana. Mereka memesan makanan yang mereka sukai.

"Coba deh Ihan rasain makanan punya Ena," tangan itu sudah siap menyuapi, dan Rizhan menggeleng tidak mau di suapin.

"Malu Ena ini tempat umum, dilihatin banyak orang," jawabnya sambil mengaduk air minumnya.

Rena pun mencebikkan bibirnya, ia cemberut. Rizhan melihat wajah cemberut itu, lalu Rena menghabiskan makanannya, ia lalu menaruh garpu dan sendok di piringnya.

Rena beranjak dari tempat duduknya.
"Mau kemana?" Tanya Rizhan.

"Ke toilet bentar," Rena pun berjalan.

"Aku akan merubah mu, membimbing mu dan menjadikan mu kekasih abadiku," ucap Rizhan lalu menghabiskan makanannya.

Tak lama Rena kembali dengan wajah yang begitu bahagia, "Janji ya!" Ucapnya sambil mengambil tas nya yang berada di atas meja.

"Hah maksudnya?" Rizhan tak paham, baru juga datang bicara janji, kini kepala Rizhan dibuat pusing tentang Rena yang baru saja datang bicara soal janji, janji apa sih?

_____

Dua kaka beradik itupun sedang duduk di ruang tamu, Rizhan membantu Fira sedikit untuk menyelesaikan tugas sekolah Fira yang menumpuk.
"Bang abang kenapa sih suka sama kak Rena itu? Kan dia terbuka, bisa-bisanya idaman abang seperti itu," Fira menggelengkan kepalanya pelan.

"Abang akan bimbing dia, menjadikannya dia wanita yang sholehah."

"Itu kalau dia mau! Kalau gak?" Rizhan hanya terdiam mendengarkan perkataan Fira yang ada benarnya juga.

"Hati-hati bang, nanti berubah jadi lebih baiknya karena dia cinta sama abang bukan cinta sama Allah, hijrah karena seseorang," ceramah singkat Fira yang berhasil membuat Rizhan kagum pada adiknya ini.

"Iya iya ustadzah ku," Rizhan mengusap kepala Fira.

"Abang mau ke rumah Tahfiz dulu ya!" Rizhan pergi pamitan sama Fira, abi dan uminya sedang berada di mesjid pasantren mengadakan acara bersama santri dan santriwati.

"Iya bang nanti Fira bilangin sama umi, bahwa abang ke rumah tahfiz"

Rizhan pergi dan sampai di sana kurang lebih setengah jam saja.
"Abang Ihan...!" sapa anak-anak yatim-piatu yang ada di sana, lalu Rizhan memberikan mereka beberapa kantong makanan ringan.

Ia pun menuju ke bangunan rumah tahfiz untuk para yatim-piatu itu, Rizhan bersama pak Adi yang merupakan pemilik panti asuhan itu.

"Sekitar satu bulan lagi nak ini selesai," ucap pak Adi.

"Alhamdulillah kalau hampir selesai," ucapnya sambil menatap bangunan itu tersenyum, ia tak menyangka uang yang ia kumpulkan bersama santri dan juga hasil tabungannya bisa membantu sesama dan dipergunakan untuk kebaikan.

"Yaudah saya pamit dulu ya pak," Rizhan menyalami punggung tangan pak Adi.

"Iya nak, makasih ya sudah berkunjung ke sini," ucap pak Adi menepuk pundaknya Rizhan.

"Iya pak sama-sama, Assalamu'alaikum," pamit Rizhan menuju motornya.

"Wa'alaikumussalam."

_____

Hari minggu Rizhan dan keluarga berencana pergi dan makan bersama di rumah om Daffa. Rena tidak tahu bahwa Rizhan tidak ada di rumah ia pun menuju rumah Rizhan dengan membawa satu kotak makanan yang ia buat.

"Assalamu'alaikum," ucap Rena di ambang pintu berharap Rizhan membuka pintu itu, namun nihil lebih sepuluh kali ia mengucapkan salam di sana tak ada juga yang menyahuti.

"Ihan gak ada yah? Padahal Rena udah bikin makanan spaghetti carbonara ini buat Ihan dengan penuh rasa cinta," ia kini kembali murung turun dari teras rumah Rizhan.

"Assalamu'alaikum, Rena kan?" sapa Alika.

"Wa'alaikumussalam iya, Ihan mana?"

"Ihan pergi ke rumah Dimas sama keluarganya, ada yang mau di sampaikan?" Tanya Alika.

"Ini, bilangin ya ini buatan Rena sendiri, buat Rizhan," Rena memberikan makanan itu ke tangan Alika, dan Alika pun mengangguk, Rena pergi saat itu juga, Alika memilih menunggu di depan teras rumah itu, hampir sepuluh menit ia menunggu, Rizhan dan keluarga pun datang.

"Assalamu'alaikum Alika ngapain?" Ucap Syahra.

"Ini umi, ada titipan dari Rena buat Rizhan," Rizhan dengan cepat mengambil kotak makanan itu dari tangan Alika.

"Makasih," ucap Rizhan sambil membuka pintu.

"Sama-sama, itu Rena sendiri kayanya yang masak, umi-abi Alika pamit, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Rizhan mengunci kamarnya dan menatap kotak makanan itu dengan wajah sumringah. Ia pun melahap makan itu, dan ia mendengar suara cempreng yang berasal dari balik pintu kamarnya.
"Abang minta...!"

"Gak boleh...eumm enak, spaghetti carbonara," ucap Rizhan dengan makanan penuh di mulutnya.

"Ih abang pelit, awas aja nanti!" gadis kecil itu pergi dengan menghentakkan kakinya disertai wajah manyun yang menjadi ciri khasnya saat mode merajuk.



Gimana? Jangan lupa coment dan vote ya!

RIZHAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang