10. Merawatnya

556 68 28
                                    



"Gue mau lihat keadaan Alika, kalian nanti liatin CCTV yang mengarah pada jalan itu ya!" Perintah Rizhan pada kedua temannya itu.

"Iya Han pasti kita cari tau, lo sabar ya ini takdir jangan nyalahin diri lo sendiri lagi," Dimas menepuk bahunya Rizhan lalu Aldo mengelus punggung Rizhan agar Rizhan lebih tenang menunggu keluarganya datang ke rumah sakit.

Setelah keluarganya datang, ia pun menyandarkan kepalanya di pundak uminya.
"Umi, Ihan gak bisa jaga Alika...." Lirihnya, lalu Syahra menatap wajah yang merasa bersalah itu.

"Emang kamu lagi di mana?" Tanya Syahra lembut sambil memegangi tangan Rizhan.

"Ihan lagi rapat organisasi mi, harusnya Ihan tunda rapat itu, dan jagain Alika, Abi Hafizh maafin Ihan gak bisa jaga amanah."

"Han gak papa, tidak ada yang tau Alika hari ini bernasib buruk seperti ini, ini takdir musibah yang datangnya dari Allah, jangan nyalahin diri kamu lagi ya!" Hafizh menepuk bahu Rizhan lalu Rizhan pun merasa tenang.

"Orang tua pasien?" Tanya dokter yang keluar dari ruangan Alika di rawat.

"Kami," Ucap Ayda berserta Hafizh langsung berdiri dari tempat duduk.

"Mari ikut saya!" Dokter itu pun menuju ruangannya berserta orang tua Alika yang mengiringi di belakang, di dalam ruangan sana dokter menjelaskan bahwa Alika mengalami pendarahan yang cukup serius di bagian kepalanya, hingga membutuhkan perawatan yang intensif.

"Lakukan yang terbaik untuk Putri saya dok!" Ucap Hafizh dan di angguki oleh dokter.

Hafizh dan Ayda berjalan seperti orang tidak berdaya, bagaimana mungkin orang tua tega melihat anaknya yang terbaring di rumah sakit.

"Abi gimana Alika?" Rizhan sudah panik menatapi wajah Hafizh yang begitu murung.

"Alika kritis, hingga melakukan perawatan yang lebih intensif," jawab Hafizh dengan wajah lesunya. "Kita berdo'a aja semoga Alika bisa melalui ini."

"Aamiin," jawab semuanya.

_____

"Itu nomor kendaraannya gak kelihatan, coba di perjelas," kedua teman Rizhan itupun hanya memandangi layar CCTV sedari tadi.

"Gak bisa Aldo!, keliatan banget mobil itu sangat menjadikan Alika sebagai sasaran."

"Mobil berwarna putih di kampus? Banyak banget yang make," keduanya pun tidak menemui titik terang tentang kasus Alika kecelakaan, kabar Alika tertabrak pun sudah menyebar satu minggu lebih di kampus.

"Sudah seminggu Alika di rawat ya? Kasian banget," ucap Dimas yang masih memandangi layar CCTV.

"Udah yuk cabut, nanti kita cari tahu lagi tentang kejadian ini," Aldo dan Dimas pun pergi dari ruangan pemantauan itu.

Aldo dan Dimas berjalan di koridor kampus, ia bertemu dengan Rena yang kesana-kemari seperti orang ketakutan.

"Rena!" Panggilan Aldo yang berhasil membuat Rena panik seketika.

"Kalian? Tumben ada apa?" Raut wajah Rena pun mencoba untuk tidak terlihat panik.

"Lo tau gak siapa yang nabrak Alika?"

"G-gak tau, Alika ditabrak?"

"Ya elah lo gak tau, seminggu yang lalu kejadiannya, udah tersebar kabarnya ke seluruh kampus ini, lagian lo sih kuliah akhir-akhir ini libur ada urusan apa lo?"

"Oh, itu gue kemarin acara kondangan keluarga gue jadi ya gak masuk beberapa hari hehe," cengirnya.
"Jadi? Ihan sekarang dimana? Dia nemenin Alika?" Imbuh Rena menatap Aldo dan Dimas secara bergantian.

RIZHAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang