9. CURHAT

231 193 366
                                    

[Terkadang berjuang itu emang perlu, tapi sadar diri itu lebih penting.]

-Alvin Syahreza Maulana

****

Pulang sekolah.

"Daf, ini kotak bekalnya gue balikin. Udah habis kok gue makan," kata Rani memberikan tempat bekal itu.

Keduanya saling berjumpa di gerbang sekolah.

Laki-laki itu bergumam. "Makasih, udah mau habisin," ujarnya sembari tersenyum.

"Makasih kembali," jawab gadis itu.

"Oh iya, Ran, maafin gue ya. Gue hari ini gak bisa anterin pulang, karena ada latihan ekskul mendadak, baru aja dikasi tau sama, Pak Fikri, tadi."

"Oh yaudah, gapapa. Gue pulang sendiri aja," ucap gadis itu dengan anggukan kecil sembari tersenyum.

"Pulang bareng gue aja."

Suara itu mampu membuat keduanya menoleh bersamaan ke arah sampingnya. Andre?

"Lebih baik, lo pulang sama dia aja. Biar lo gak sendirian. Gue gak mau lo kenapa-napa nanti dijalan," ujarnya membuat Rani menggeleng.

"Nggak usah deh, gue pulang bareng, Nasya, aja," kata gadis itu cengar-cengir gak jelas.

"Tadi gue lihat, Nasya, pulang bareng sama, Kak Dana. Kak Dana, yang kapten basket itu loh," sambung Andre mampu membuat gadis itu memutar bola matanya malas.

Gadis itu sudah mulai sedikit pasrah. Tak ada alasan yang tepat untuk menolak tawaran laki-laki itu.

"Yaudah, gue pulang sama lo aja," ucapnya dengan wajah cemberut.

Laki-laki itu terdiam sejenak, sebelum akhirnya berdecak senang.

"Senyum dong!" ledek Dafi membuat gadis itu tersenyum tipis, sebelum akhirnya senyumannya kembali memudar.

'Akhirnya, gue bisa pulang bareng Rani juga.' batin Andre meronta senang. Setelah kepergian mereka, kini Dafi berjalan menuju lapangan sekolah.

****

"Selamat siang semuanya. Welcome, buat para calon bela diri dalam pencak silat ini!" ucap Kakak Senior selaku pelatih dalam bela diri itu.

Semua anak-anak bertepuk tangan semeriah mungkin atas ucapan senior tersebut.

"Sebelumnya, saya mau bilang kalau, Pak Fikri, sibuk banget untuk urus ekskul basket lagi, jadi gak sempat hadir untuk ekskul ini. Sementara ini, kalian akan dilatih oleh kami."

"Baik, Kak!" jawab mereka dengan tegas.

"Sekarang, coba kalian lakukan pemanasan! Dimulai dari peregangan statis, lari bolak-balik, peregangan dinamis, dan latihan penguatan seperti push-up, pull-up, dan lainnya! Dimulai dari sekarang!" tegas Senior itu dengan membunyikan peluit.

'Duh, gue gak bisa lari lagi, gimana ya pas nanti disuruh lari?' batin Adela.

"Sekarang, kalian bisa lakukan gerakan lari! Harus tetap teratur ya barisannya, jangan sampai gak teratur!" tegas Kakak Senior itu membuat barisan satu dan barisan lainnya mulai tergerak lari.

'Aduhh, lutut gue udah mulai sakit. Gue udah gak sanggup lagi!' batin Adela. Tangannya kerap memegang lutut.

"Eh, cepat dong larinya! Lama amat!" protes anak yang di belakang Adela.

'Adela kok lambat banget sih, larinya. Kan anak-anak yang lain pada protes.' batin Alvin yang berada di barisan Adela nomor ketiga.

'Tu anak emang bandel sih, dibilangin gak usah ikut latihan, malah ikut. Dia kan, gak bisa lari, kakinya belum sembuh total.' batin Dafi yang sudah berlari jauh dari Adela.

FALLING IN LOVE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang