13. KENYATAAN PAHIT

129 120 214
                                    

[Belajarlah menerima kenyataan, walau itu pahit, tanpa harus membenci suatu keadaan.]

-Dafi Hadrian Darmawan.

****

“Alhamdulillah, lo udah sadar,” ucap Dafi yang sudah merasa cukup tenang melihat Rani yang baru saja membuka kedua matanya perlahan.

Gadis itu sedikit menyipit, karena pantulan cahaya lampu temaram yang berada tepat ke arahnya.

“Gue di UKS ya?” tanya Rani yang bangkit dari tidurnya, memulai untuk duduk. Sambil memegang kepalanya yang masih berdenyut.

“Iya, lo pingsan tadi,” ujar Dafi sembari mengangguk.

“Ponsel gue, mana?” tanyanya sambil meraba ponselnya di saku roknya.

“Sama gue,” sahut laki-laki itu dengan santai. “Lo juga, bukan mikirin kesehatan, malah mikirin ponsel lo.”

“Ada sesuatu yang penting di ponsel itu,” gumam gadis itu membuat Dafi terkekeh kecil.

“Pentingnya?”

“Ini tu privasi gue,” jawabnya dengan nada rendah. “Sini, minta.”

“Sebentar,” katanya mengambil ponsel Rani dari saku celananya. “Nih,” ujar laki-laki itu memberinya ke Rani.

Rani segera mengambil alih ponsel itu lalu membuka ponselnya, mengecek apakah masih ada rekaman suara itu.

Perasaannya mulai lega ketika melihat rekaman itu masih ada di ponselnya.

“Daf, temenin gue ke ruang BK. Lo bisa, kan?” ucap Rani sembari turun dari ranjang yang tadi ditidurinya.

Laki-laki itu yang sedari tadi duduk di sofa, kini langsung berdiri dan mendekati gadis di hadapannya itu.

“Ngapain ke BK?” tanyanya dengan kerutan jelas di keningnya.

“Ada perlu, ayo!” ucap Rani tanpa basa-basi. Gadis itu menarik tangan laki-laki itu keluar dari ruang UKS itu.

****

“Adela, lo ada lihat, Rani, gak?” tanya Nasya ketika Adela memasuki ruang kelasnya.

“Gak tau dia ke mana. Gue abis dari ruang guru,” katanya langsung meletakkan tasnya di atas mejanya.

“Yaudah, Del, kita cari aja, si, Rani, sekarang,” ucap Nasya sembari menarik tangan Adela.

Gadis itu menepis tangannya sebelum akhirnya ia berbicara.

“Gue gak bisa. Lo aja yang cari, Rani, sendiri ya,” kata Adela mampu membuat Nasya mengernyitkan tatapannya.

Gadis itu pergi meninggalkan Adela tanpa sepatah katapun. Adela hanya bisa menghela napas panjang sebelum akhirnya pergi keluar dan memasuki ruang kelas Alvin.

Sesampainya di depan pintu kelas Alvin, Adela melihat Alisa dan Alvin yang sedang mesra-mesraan berdua.

“Ada ya orang yang kayak gitu! Gue disuruh ngerjain tugasnya, sedangkan yang punya tugas lagi pacaran. Mana pacarannya di dalam kelas lagi!” kesal Adela.

Saat Adela hendak pergi dari kelas itu, ternyata Rachel tak sengaja menjegal kakinya. Hingga gadis itu dengan cepat memegang kedua bahu Rachel agar tak jatuh ke lantai.

Tangan laki-laki itu meraih kedua siku Adela. Keduanya saling bertatapan yang kini sangatlah lekat.

Alisa tak sengaja menoleh ke arah pintu kelas melihat Adela dan Rachel yang sangat dekat.

FALLING IN LOVE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang