[Janganlah terlalu terobsesi dengan apa yang kamu inginkan, karena itu akan menyakitkan jika tidak tercapai.]
-Rani Alexandra
****
“Gini dong, ikut latihan!” kata Dafi antusias sembari menepuk pundak gadis itu yang hendak duduk di sebelahnya.
Adela menatap laki-laki itu dengan tatapan datar. “Senang lo?”
Dafi mengangguk pelan, sedikit bingung dengan Adela yang menatapnya seperti ingin menagih utang.
“Btw, Alvin bisa banget ngebujuk—”
“Kalo gue udah di sini, gak usah diungkit-ungkit yang kemarin!” jelas gadis itu bangkit dari duduknya membuat Dafi menahan lengannya.
“Wehh! Santai, santai!” kata laki-laki itu diikuti kekehan kecil. “Ya maaf, gue gak sengaja ngomong gitu. Yaudah, duduk lagi gih,” katanya menarik gadis itu untuk duduk membuat gadis itu menghempas kuat tangannya.
“Gue mau pindah, gak sudi deket lo!” ketus gadis itu membuat Dafi mengangguk pelan.
“It's okay, no problem,” katanya membuat gadis itu pergi dari sana.
Kini, gadis itu duduk di bawah pohon rindang. Tanpa sadar, Alvin duduk di balik pohon itu sembari mengutak-atik ponselnya cepat.
“Brengsek! Langsung defeat cok!” ujar Alvin sembari melempar ponselnya ke belakang.
Pughhh!
“Aduh!!” ucap Adela spontan memegang ubun-ubun kepalanya sebelum akhirnya berbalik badan.
“WOYY!!” teriak gadis itu membuat Alvin menoleh ke belakang.
“Apa?”
Gadis itu mengerutkan keningnya sambil menganga lebar. “Merasa gak berdosa lo, Jamet? Udah melempar handphone lo, dan lo malah gak ada rasa bersalah?!”
Laki-laki itu terdiam sejenak sebelum akhirnya menggeleng. “Minta handphone gue,” katanya dengan wajah serius membuat Adela menatapnya ngeri.
“Del!” panggil laki-laki itu membuat Adela tersentak kaget. “Handphone gue.”
“E—oh oke,” kata gadis itu sedikit gugup. “Nih.” Gadis itu memberinya membuat Alvin merampas kasar.
“Lo kenapa?”
“Gapapa.” Laki-laki itu membalikkan kembali badannya.
Adela menghela napas panjang sebelum akhirnya berbalik ke belakang dan duduk di sampingnya.
“Lo ada masalah?” tanyanya membuat Alvin menatapnya tajam.
“Nggak.”
“Terus kenapa? Gue ada buat salah sama lo?” tanyanya membuat laki-laki itu memalingkan wajahnya. “Tapi, gue udah ikutin kemauan lo kok, buat ikut lom—”
“Lo gak bisa diem? Gue lagi mau sendiri.”
“Iya, gue diem,” kata gadis itu sebelum akhirnya berdiri. Sedetik kemudian, tangannya ditahan oleh Alvin. Laki-laki itu berdiri dengan tegak.
“Satu permintaan gue, lo jangan deketin gue lagi. Gue mau, dari sini kita jaga jarak,” katanya sembari menyelempangkan punggung tas itu pada lengan kanannya sebelum akhirnya pergi.
“Aneh.”
****
“Ran, lo tau gak sih?” tanya Nasya yang berbaring di kasurnya Rani.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING IN LOVE [ON GOING]
Teen FictionKisah tiga orang cewek yang mencintai seseorang namun seseorang tersebut sudah memiliki pawang hati yang untuk dijaga hatinya. "Mengapa kita tidak bisa ambil kebahagiaan itu sedikit aja?" -Adela Anggraini Wijaya "Sabar. Belum waktunya kita mendapatk...