[Manusia gampang berubah, jadi jangan berharap lebih kepadanya, kalau tak mau menerima sakitnya yang mendalam.]
-Dana Shagufta
****
“Gue tunggu lo di taman deket rumah lo, Del!” bisik Alvin kepada Adela yang baru saja keluar dari ruangan kelasnya.
Gadis itu menoleh ke arahnya. Menatapnya dengan tatapan heran.
“Awas aja, lo lari,” lanjutnya mengancam.
“Oke.”
Di Taman.
“Kenapa?” tanya Adela melipat kedua tangannya di depan dada melihat Alvin baru saja sampai di taman yang ingin membuka helmnya.
Laki-laki itu tertawa menyudutkan bibirnya. Masih duduk di motornya. “Gini cara lo, iya?”
“.... Cara? Maksud lo apa?”
“Gak usah pura-pura gak tau deh, lo!” Laki-laki itu sembari turun dari motornya berjalan mendekati Adela.
“Gara-gara lo, gue sama, Alisa, masuk BK! Gue dan dia, disuruh panggil orang tua! Lo kan, yang ngadu ke, Bu Erlin?!” tegas laki-laki itu membuat Adela tersentak kaget.
“JUJUR, LO! ATAU GAK, GUE—”
“Iya, iya!” katanya sembari mengangguk. “Gue yang ngadu ke, Bu Erlin. Terus, mau lo apa?” tanyanya membuat laki-laki itu menaikkan alis mata kirinya.
“Mau lo apa?” tanyanya mengulang perkataan Adela. “Mau gue, bokap atau nyokap lo yang dateng besok, ke ruang BK!”
Gadis itu terdiam sejenak sebelum akhirnya menggeleng. “Gak bisa gitu, lah! Lo kan tau, orang tua gue selalu sibuk!” jawabnya dengan suara yang lantang.
“Gue gak mau tau, orang tua lo yang harus gantikan orang tua gue!” tegas laki-laki itu sebelum akhirnya berbalik badan berjalan ke arah motornya. Berniat ingin pulang.
Adela mengejar laki-laki itu, dan menahan lengannya agar tidak pergi.
“Alvin, jangan kayak gitu, please! This hurts for me!” ucapnya membuat Alvin berbalik badan dan menatapnya dalam.
“Gue juga, Del. Kasus gue ada 2. Kalau nyokap gue tau, masalah gue di sekolah ini, gue takut, nyokap gue drop dan kambuh lagi penyakitnya,” ucap laki-laki itu menatap sendu gadis itu.
“Kita udah lama berteman, Del. Lo tau kan, nyokap gue ada penyakitnya?” ucapnya lagi membuat Adela terdiam.
“Lo tau, kan, Del? Lo pasti bisa gimana bayangin kalo lo ada di posisi gue saat ini?”
Lama gadis itu terdiam sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan.
“Gue tau. Tapi, gue gak bisa bawa orang tua gue. Mereka selalu sibuk. Setiap hari, mereka pergi kerja jam 05.00 pagi, pulang juga jam 23.00 malam ke atas. Lo juga tau, kan?” ujar gadis itu menatap Alvin sendu.
“Lo pikir, gue ini kayak anak-anak lain? Yang punya banyak waktu dengan orang tuanya? Kita udah lama bersahabat, lo tau gue, gue tau lo.”
Gadis itu terdiam sejenak membuat laki-laki itu ikut terdiam mendengar ceritanya. Terlihat, gadis itu sedang menahan air mata yang sedari tadi bertumpu di kelopak matanya.
“Bahkan, gue gak pernah curhat lagi sama orang tua gue, mereka terlalu sibuk,” ucap gadis itu perlahan meneteskan air matanya.
Perlahan, gadis itu melepaskan tangannya yang sedari tadi menempel di lengan laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING IN LOVE [ON GOING]
Genç KurguKisah tiga orang cewek yang mencintai seseorang namun seseorang tersebut sudah memiliki pawang hati yang untuk dijaga hatinya. "Mengapa kita tidak bisa ambil kebahagiaan itu sedikit aja?" -Adela Anggraini Wijaya "Sabar. Belum waktunya kita mendapatk...