31. LOMBA PENCAK SILAT

102 58 78
                                    

[Mencintai seseorang dengan setulus hati tak akan menjamin bahwa dia akan membalas cintamu.]

-Dafi Hadrian Dharmawan

****

GUYS!!” teriak Adela sembari memasuki ruangan itu membuat kedua sahabatnya menoleh bersamaan.

“Adela?” Nasya menatapnya heran. “Tapi lo lomba, kok malah di sini?” tanyanya membuat Adela tersenyum tipis.

“Iya, bentar lagi juga gue berangkat kok. Btw, minta tolong dong bawain sendal gue, bisa gak? Soalnya tas gue berat banget,” katanya memberi paperbag berwarna cokelat itu membuat Rani mengambilnya.

“Gue aja yang bawa.”

“Yaudah, sendalnya gue titip ke lo ya. Besok gue ambil ke rumah kalo sempet,” katanya membuat Rani mengangguk paham. “Terus, kalo lo mau pake, pake aja.”

“Iya. Sekarang, lo pergi aja sana, ntar ditinggalin lagi,” ujar Rani membuat Adela mengangguk.

“Siap!”

“Gue doain, semoga lo menang dalam lomba ini!” kata Nasya antusias.

“Semangat! Gue yakin lo pasti menang!” sambung Rani membuat Adela tersenyum lebar.

“Aaaaaa .... Thank you atas dukungannya, guys!” tukas Adela antusias sembari berjabat tangan dengan kedua sahabatnya itu dan memeluk mereka dengan erat.

Setelahnya, gadis itu langsung melepas pelukannya dan tersenyum.

“Yaudah, gue pergi ya! Assalamualaikum!” katanya berlari keluar dari ruangan itu.

“Waalaikumsalam, hati-hati!” kompak mereka berdua dari dalam kelas itu sebelum akhirnya berbalik ke belakang

“Ran....”

Suara berat itu mampu membuat  Rani kaget. Baru saja ia balik badan,laki-laki itu berdiri tepat di hadapannya.

“Pulang sekolah, gue tunggu lo di parkiran, gue mau ajak lo ke suatu tempat,” katanya membuat Rani terdiam sejenak.

“Kenapa, Ndre?”

“Ikut aja, bentar doang kok.”

Rani mengangguk pelan. “Oke.”

Ucapan itu membuat Andre langsung kembali ke tempatnya.

“Cieee.....” Teriak Nasya sembari mendorong sebelah bahu gadis itu. “Tanda-tanda nih, lo suka kan sama dia?”

Rani mengernyitkan pandangannya, sebelum akhirnya mendorong sebelah bahu gadis itu. “Kebiasaan lo! Gue gak suka sama dia, ya!”

“Buktinya lo mau diajak sama dia. Biasanya juga gak mau kan?”

“Ya .... Mana tau penting,” kata gadis itu. “Lagian lo apaan sih, dia cuma gitu doang lo bilang suka!”

Nasya tertawa kecil. “Yaudah, yaudah!” katanya beranjak meninggalkan gadis itu dan berjalan menduduki bangkunya.

“Aneh.”

****

“Sekarang kalian sudah bisa bersiap-siap untuk lomba ini! Kakak harap kalian bisa menang dan membawa nama baik sekolah ini!” kata Kak Adit selaku pelatih beladiri pencak silat itu.

“Oke, Kak!” tegas mereka bersamaan.

“Kak, permisi ke toilet,” kata Adela membuat Kak Adit mengangguk.

FALLING IN LOVE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang