7. DIRINYA BERUBAH

261 217 490
                                    

[Bahagia itu bukan saat semua keinginan kita terpenuhi, melainkan di saat menerima keadaan dengan lapang hati.]

-Nasya Argadwija

****

“Rencana kalian yang kemarin berhasil gak?” tanya Adela dengan semangat saat memasuki gerbang sekolah.

“Berhasil dong,” jawab Rani dan Nasya serempak.

“Akhirnya, Rifa dan Zulma putus! Di hari itu juga putusnya,” ujar Nasya.

“Hah?! Kok bisa? Serius lo?!” kata Adela tercengang sebelum akhirnya mereka tertawa pecah di saat itu juga.

“Iya.”

“Gue berhasil buat sifat asli, Syaqilla, keluar di depan, Rachel. Dimulai dari gue injak kakinya, terus gue tumpahin minuman di bajunya dan terakhir dia tersungkur!” katanya antusias lalu terkekeh geli.

“Haha, kece! Kalo lo, Del? Nyamar juga kan ya?” tanya Nasya.

“Iya. Gue kan ada foto di grup jadi cleaning service. Yaudah, gue dorong-dorong itu lobby duster ke kaki Alisa sampai ia terpeleset,” ujar Adela mampu membuat kedua sahabatnya kembali tertawa terbahak-bahak.

“Gue juga dapet kalung dari, Alvin! Tapi, Alvin, ngasi ini ke gue sebagai permintaan maafnya. Ada gunanya juga gue nyamar!” katanya lagi menunjukkan kalungnya yang diambil dari dalam tasnya sebelum akhirnya ia memasukkannya kembali.

“Untungnya gak ada yang ceroboh,” sambung Rani dengan wajah polosnya.

“Eh, Ran, handphone lo mana?” tanya Adela yang berhenti melangkah pas sampai di koridor sekolah.

“Tumben lo nanya handphone gue, kenapa?” tanya Rani balik.

“Ya, nomor lo gak aktif aja gitu.”

“Oh iya, gue lupa beri tau sahabat gue kalo gue nomor baru,” cengir Rani. “Nah, save,” katanya sembari memberi ponselnya ke Adela.

“Nas, si, Rani, handphone baru! Gila, kece bener ya gak?” ucap Adela membolak-balikkan ponselnya melihat lebih detail. Nasya mengangguk sambil terkekeh kecil.

“Lihat, masih berkilat layarnya,” sambung Nasya sambil ngeledek.

“Oh iya, gue mau bilang lo berdua jangan sebar nomor ini ya. Siapa pun itu, walau temen sekelas kita, jangan ada yang kasi, okey!” tukas Rani pada kedua sahabatnya.

Mereka berdua mengangguk mengiyakan perkataannya.

Okey, privasian amat lo ada apa ni?” tanya Nasya.

“Gapapa.”

“Temen lo si, Dafi, itu? Kalo dia minta? Dia udah dapet nomor baru lo atau belum?”

“Belum, intinya gak usah kasi! Siapa pun itu, walau temen deket gue, intinya jangan kasi! paham? Hanya kalian berdua aja yang tau.” Adela dan Nasya mengangguk ngerti.

“Yaudah, ayo masuk kelas,” ajak Rani membuat kedua sahabatnya menggeleng.

“Gue mau ke kantin beli minum.”

“Lo?” tanya Rani pada Nasya yang tampak kebingungan.

“Gue juga mau ke toilet. Lo luan aja, Ran!” katanya sebelum akhirnya langsung pergi.

Ketika Adela menuju kantin, Alvin gak sengaja menabrak Adela hingga gadis itu terduduk sambil memegang bahunya yang terdorong sangat kuat oleh bahu Alvin.

FALLING IN LOVE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang