[Berkali-kali ditampar oleh realita, dan dibohongi oleh harapan sendiri yang begitu menyakitkan.]
-Rani Alexandra
****
“Rani?”
Gadis itu menoleh ke samping menatap seseorang yang memanggilnya. Rachel?
“Kenapa?”
“Kok lo masih di luar, malam-malam begini?” tanyanya mengedarkan pandangannya ke sekeliling. “Lo abis dari mana emangnya?”
“Abis dari toko jam, Rachel,” ucapnya sedikit menghela napas panjang. “Gue dari tadi nungguin taksi gak ada yang lewat,” kata gadis itu sebelum akhirnya pandangannya berbalik menatap jalanan yang sepi.
Pandangan laki-laki itu tertuju pada jalanan sebelum akhirnya kembali menatap Rani. “Yaudah, lo pulang bareng gue aja, gimana?” katanya membuat gadis itu menatapnya heran.
“Serius?”
Laki-laki itu mengangguk pelan membuat Rani berdecak kesenangan. “Yaudah, gue pulang bareng lo aja, Hel.”
Laki-laki itu kembali mengangguk sebelum akhirnya beranjak dari sana, menuju parkiran di mana ia meletakkan motornya.
Laki-laki itu habis dari toko sepatu yang tak jauh jaraknya dari toko jam. Setelah dari parkiran, laki-laki itu langsung menuju halte di mana Rani menunggu taksi.
“Ayo,” ajaknya yang baru sampai di halte, membuat Rani dengan cepatnya menaiki motornya itu.
Kemudian, tangan laki-laki itu naik meraih kaca helm yang tadinya di atas lalu menurunkannya agar tertutup rapat sebelum akhirnya meng-gas motornya dan berlalu dari sana.
Di tengah perjalanan, Rachel menatap Rani dari pantulan kaca spionnya. Terlihat, gadis itu seperti sedang banyak masalah, membuat rasa penasaran laki-laki itu sangat tinggi.
“Ran,” lirih Rachel membuat Rani menaikkan pandangannya.
“Iya, kenapa?” Gadis itu mengerjapkan matanya melihat spion, yang di dalam pantulan spion itu Rachel sedang menatapnya.
Laki-laki itu memalingkan wajahnya ke depan menatap jalanan. “Gimana, seru gak, acara dinner kemarin?”
Gadis itu menghela napas panjang. “Ya, begitulah,” katanya mengalihkan pandangannya ke jalanan.
“Ekspektasi gue sih, lo yang bakal dateng,” katanya lagi membuat laki-laki itu kembali mengalihkan pandangannya ke spion.
“Ya, lo harus ngertiin gue juga, Ran,” ucap Rachel tenang sebelum akhirnya pandangannya menghadap ke depan. “Posisi, gue, kan, saat ini punya pacar.”
Rani tersenyum miring sebelum akhirnya tertawa remeh keluar dari mulutnya. “Yaelah, kalo posisi lo sedang ada pacar, mending lo gak usah aja nawarin ke gue untuk pulang bareng....” Gadis itu menjeda kalimatnya.
“Turunin aja deh gue di sini. Gak perlu gue numpang pulang sama lo,” ucapnya sedikit menindas laki-laki itu.
Laki-laki itu terkekeh kecil. “Ngapain juga, gue turunin lo di jalanan gini?” katanya masih dengan tawanya.
“Gue itu, gak akan biarin cewek malam-malam berkeliaran gini, walau....” Laki-laki itu menggantung kalimatnya.
“.... Posisi gue saat ini berpacaran.”
Perkataannya itu membuat Rani memutar bola matanya malas.
“Oh.”
Gadis itu merotasikan bola matanya menatap jalanan yang di sebelah kanannya. “Capek juga hidup gue, yang berkali-kali ditampar oleh realita, dan berkali-kali dibohongi oleh harapan dan ekspektasi sendiri.”
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING IN LOVE [ON GOING]
Teen FictionKisah tiga orang cewek yang mencintai seseorang namun seseorang tersebut sudah memiliki pawang hati yang untuk dijaga hatinya. "Mengapa kita tidak bisa ambil kebahagiaan itu sedikit aja?" -Adela Anggraini Wijaya "Sabar. Belum waktunya kita mendapatk...