27. SAKIT HATI

83 61 2
                                    

[Orang lain boleh tak menghargai perjuanganmu, tapi kamu jangan sampai tak menghargai dirimu sendiri.]

-Rifa Aksa Abiputra

****

“Ini surat untuk kamu, Adela.”

“Bu?” ujar gadis itu mengambil suratnya.

Sepulang dari persami, titik berkumpulnya mereka adalah SMA Cakrawala. Kini, semua anak-anak sudah pulang ke rumahnya, kecuali Adela.

Gadis itu langsung diarahkan ke ruang BK untuk mengambil surat pemanggilan dari Bu Rosma.

“Kamu sudah melakukan dua kasus di sekolah ini. Saya gak bisa bantu, kalo kamu membuat satu kasus lagi, Adela.”

“Bu, saya gak bisa bawa orang tua saya,” kata gadis itu dengan air mata yang mengalir.

“Saya bisa maklumi, Adela. Tapi, kamu besok harus bawa orang tua kamu, nak.”

“Itu gak maklumi namanya, Bu!” tegas gadis itu berdiri sembari memukul mejanya membuat Bu Rosma melotot kaget. “Itu menjerumuskan namanya!” lanjutnya.

“Oh, saya tau....” Gadis itu menggantung kalimatnya sembari tertawa ngeri bersamaan dengan air mata yang jatuh di pipinya.

“..... Ibu disogok apa, sama, Alisa?” lanjutnya membuat Bu Rosma terdiam membisu.

“Apa? Uang? UANG?!” tegasnya membuat Bu Rosma bangkit dari duduknya sebelum akhirnya tangannya naik ingin menampar gadis itu.

Namun gerakan tangannya terhenti ketika seorang laki-laki masuk ke dalam ruangannya dan menahan tangannya.

“Del, keluar dari sini!”

****

“Eh, Rifa!” kata gadis itu berlari mendekatinya.

“Nasya?” katanya sembari membuka helmnya lagi.

“Sendirian?”

“Iya.”

“Lo abis dari mana?”

“Toko baju,” ujar laki-laki itu polos lalu menduduki motornya. “Lo malam-malam gini, dari mana?”

“Beli pena,” ujar Nasya membuat laki-laki itu mengerutkan keningnya.

“Beli pena sampai ke sini? Dari rumah lo jauh, Nas, jaraknya,” jawab laki-laki itu sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

“Iya, gapapa.”

“Lo naik apa tadi?”

“Angkot.”

“Angkot?” Laki-laki itu mengulangi perkataannya membuatnya mengangguk cepat.

“Gak ada taksi, Rif.”

“Terus, sekarang lo mau ke mana lagi?”

“Pulang.”

“Yaudah, gue anterin,” ujar laki-laki itu membuat Nasya melotot kaget sebelum akhirnya menggeleng.

“Gak usah.”

“Ayo, Nas, gapapa,” katanya membuat Nasya menggeleng.

“Gue gak mau ngerepotin, Rifa,” ucapnya pelan membuat laki-laki itu menghela napas panjang.

“Lo seneng gak, disuapin Dana, pagi tadi?” kata laki-laki itu mengganti topik membuat Nasya mengerutkan keningnya.

“Dana?” katanya bingung. “Oh, si, Dana,” katanya yang baru sadar. “Gak lah, gak seneng gue.”

FALLING IN LOVE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang