[Jika kamu mencintai seseorang sejatuh-jatuhnya, maka bersiaplah untuk kecewa sedalam-dalamnya.]
-Dafi Hadrian Dharmawan
****
“Tega banget sih, Rachel.” Gadis itu duduk di atas balkon rumahnya sambil menatap langit-langit malam itu.
“Bisa-bisanya dia kayak gitu ke gue. Ya memang gue bukan mantannya, tapi setidaknya dia tau dong cara menghargai gue!” katanya sembari berdiri dari duduknya.
“Dia gak tau betapa sakitnya ditolak kayak gitu, mempermalukan gue depan mantannya, dan dia gak tau kalo itu sangat menyakiti hati gue,” ujar gadis itu sendiri diikuti dengan air mata yang perlahan jatuh.
“BODOH!” Rani melempar kuat ponselnya dari atas loteng itu, membuat ponselnya terlempar jauh hingga kini tak terlihat jelas.
Kini gadis itu menangis hebat sebelum akhirnya terduduk di lantai yang dingin itu. Semua yang ia miliki rasanya dirampas oleh Syaqilla. Dimulai dari masa lalunya, hingga Rachel yang dulu dekat, kini jauh darinya.
Duarrrrr!
Suara gemuruh yang terdengar membuat gadis itu kaget spontan menutup kedua telinganya sembari memejamkan mata.
Sedetik kemudian, hujan turun dengan derasnya membuat gadis itu menghapus air matanya kasar dan berdiri menghadap air hujan yang turun.
Gadis itu melihat ke bawah, melihat cahaya dari lampu mobil yang berlalu lalang berjalan dengan kencang. Dengan cepat, ia berlari turun dari balkon rumahnya dan keluar dari samping.
Kini, Rani menangis hebat di bawah derasnya hujan yang turun. Ia duduk di kursi taman rumahnya itu sambil meratapi betapa sakit, jiwanya saat ini.
“Lo itu gak diinginkan sama Rachel! Tapi lo tetap aja jatuh cinta sama dia, Rani!” ujar gadis itu sembari memukul dadanya kuat.
“Dari sini gue belajar, gue tak ingin mencintai seseorang terlalu dalam,” katanya masih memukul kuat dadanya itu hingga kini terasa sesak.
“Ya Allah...,” ujar gadis itu pelan dengan tangis yang sedikit mereda. Kepalanya naik menatap hujan yang turun di pipinya.
“.... Apakah mencintainya adalah sebuah kesalahan?”
****
“Adelaaaa!” Laki-laki itu menggedor kuat pintu rumahnya membuat gadis itu dengan cepat membuka pintunya.
“Berisik banget sih! Ngapain lo hujan-hujan ke sini?”
“Kenalin, gue, Alvin.”
“Udah tau. Lo ngapain ke sini?” tanya Adela lagi membuat laki-laki itu tersenyum tipis.
“Tumben, lo cepat buka pintunya.”
“Kebetulan gue duduk di sofa tadi, kenapa? To the point aja bisa gak, sih? Lo ke sini mau ngapain? Gedor-gedor tanpa ucap salam lagi,” ujar gadis itu membuat Alvin cengengesan.
“Assalamualaikum!”
“Waalaikumsalam, telat.”
Melihat ekspresi Adela, laki-laki itu tertawa kecil sebelum akhirnya memberikan satu buku dan pulpen.
“Gue ke sini, mau nyuruh lo buat kerjain tugas Prancis gue.”
“Gak kerjaan gue, bye!” Gadis itu yang hendak menutup pintu langsung ditahan oleh Alvin. “Ihh! Gue gak mau kerjain tugas lo!” jeritnya dari dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING IN LOVE [ON GOING]
Teen FictionKisah tiga orang cewek yang mencintai seseorang namun seseorang tersebut sudah memiliki pawang hati yang untuk dijaga hatinya. "Mengapa kita tidak bisa ambil kebahagiaan itu sedikit aja?" -Adela Anggraini Wijaya "Sabar. Belum waktunya kita mendapatk...