28. BERSAMA PADANYA

87 64 13
                                    

[Menolak banyak hati, untuk satu orang yang tak punya hati.]

-Nasya Argadwija

****

“Rani, sebentar!” Laki-laki itu menarik kasar tangannya membuat gadis itu berhenti dan menatapnya.

“Kenapa?”

“Lo marah?” tanyanya perlahan melepaskan tangan gadis itu.

Rani menggeleng diakhiri dengan senyuman sendu. “Gak,” jawabnya pelan.

“Gak marah, tapi kok gitu? Jujur aja, lo marah karena gue dekat sama, Adela, kan?”

“Gue gak marah, Daf.” Rani menghela napas panjang. “Maaf, karena ekspresi gue kayak gitu, cuma emang lagi reflek aja tadi.”

“Serius?”

Gadis itu mengangguk pelan. “Yaudah, gue ke kelas dulu ya,” katanya tersenyum tipis sebelum akhirnya melangkah pergi.

Laki-laki itu dengan cepat menarik tangannya dan menarik gadis itu untuk masuk ke dalam pelukannya.

“Maaf kalo gue salah, Ran,” ucap Dafi dengan suara seraknya. “Gue gak mau jauh dari lo.”

Rani dengan cepat melepas pelukannya agar tak dilihat anak kelas lain takut terjadi kesalahpahaman.

“Gue gak marah kok, Daf. Masa gue marah sama sahabat gue sendiri, sama, Adela juga, ya enggaklah,” ujar Rani tersenyum manis membuat Dafi tersenyum lebar.

“Bagus deh kalo lo gak marah. Pulang sekolah, gue tunggu lo di gerbang ya,” kata laki-laki itu membuat Rani menggeleng.

“Gak dulu, Daf. Gue mau pulang sendiri aja nanti.”

Why? Lo pasti ada masalah kalo gini sama gue, iyakan?” ucapnya namun tak dihiraukan gadis itu.

“Coba cerita sama gue apa masalah lo.”

“Maaf, ini masalah pribadi gue.”

“Biasanya masalah pribadi lo, lo ceritain ke gue, Ran.”

“Tapi, gak semua masalah pribadi bisa diceritakan ke orang lain, Daf!” tegas gadis itu diikuti air mata yang menetes. “Lo harusnya bisa, pahami keadaan gue saat ini!” katanya lalu pergi dari sana.

“RAN—” katanya yang hendak berlari namun langkahnya terhenti ketika Rani mengangkat sebelah tangannya tanpa menoleh ke belakang sedikitpun.

Stop! Jangan kejar gue, gue mau sendiri.”

****

“Del, minta sepatu gue di sebelah lo,” ujar Dafi yang tengah duduk di lapangan itu membuat Adela sedikit jongkok mengambil sepatu itu dan melemparnya.

“Sopan dikit, Junet!” katanya lagi membuat gadis itu menatapnya sinis.

“Si Rani, marah gak tadi?”

“Gak.”

“Yakin lo?” katanya membuat laki-laki itu mengangguk.

Btw, yang ngajar ekskul ke mana sih ini orangnya? Lama banget, udah panas loh di sini!” katanya mengomel sendiri.

“Gak usah merepet lo di situ, gue juga kepanasan,” sambung Alvin yang berdiri di sebelahnya.

“Diamlah, Udin! Nyambung aja lo!”

“Nama uncle gue tuh, jangan lo sebut.”

Cih, uncle!” ujar Adela tersenyum miring.

FALLING IN LOVE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang