20. KECEWA

58 60 0
                                    

[Biasanya, selalu ada sebab, dibalik perubahan sikap seseorang.]

-Rani Alexandra

****

“Nas!” panggil laki-laki itu pelan namun dapat tertangkap di pendengaran Nasya.

Gadis itu melihat pantulan dari spion motor milik Rifa. “Kenapa, Rif?” tanyanya lemah lembut.

Entah kenapa, Rifa berhenti secara tiba-tiba membuat gadis di belakangnya itu memeluk erat pinggang ramping laki-laki itu.

“Jangan suka gitu, ih!” cibirnya membuat Rifa cengengesan. “Suka banget berhenti mendadak.”

Tak lama, laki-laki itu turun dari motornya dan melepaskan tangan Nasya yang tadinya memeluk erat pinggangnya.

Laki-laki itu menghela napas panjang sebelum akhirnya berbicara. “Kan baru sekali, gue buat lo jantungan,” katanya diikuti cengengesan geli di dirinya.

Nasya ikut turun dari motornya sembari menatap laki-laki itu dengan wajah yang nyebelin. “Terus, lo mau buat gue jantungan berapa kali?” katanya sambil berdecak pinggang.

Hm....” Laki-laki itu berpikir sejenak. “Berpuluh-puluh kali, bolehlah, Nas.”

Perkataan itu membuat Nasya memalingkan wajahnya. Gadis itu tak tahan melihat Rifa yang tertawa seri seperti ini. Gemes.

Kontak mata Nasya terbelalak begitu saja ketika melihat sebuah kafe yang berlabel starbucks.

Dirinya langsung menarik tangan Rifa untuk masuk ke kafe itu membuat laki-laki itu mengikuti kemauan gadis itu.

“Wah...,” katanya ternganga lebar. “Cocok banget, dijadiin tempat tongkrongan,” katanya lagi ketika melihat langit-langit kafe itu.

Rifa mendorong kening gadis itu pelan dengan telapak kanannya, membuat gadis itu terdorong ke belakang, tersadar dari lamunannya.

“Biasa aja, ih,” ucap laki-laki itu membuat gadis di sampingnya itu berdecak kesal. Bisa-bisanya Rifa seorang cowok cuek mulai nyebelin pada dirinya.

Laki-laki itu mendorong tubuh Nasya pelan untuk menduduki kursi minimalis itu. “Ayo, duduk,” katanya sembari mendudukkannya sehingga gadis itu tak bisa membantah sekalipun.

“Mbak!” Rifa memanggil salah satu pelayan diikuti dengan tepukan tangan dua kali membuat seorang pelayan itu menghampirinya.

Starbucks-nya dua, karamel satu dan coklat satu.” Perkataan itu membuat seorang pelayan itu mengangguk lalu berlalu dari sana.

“Karamel?” tanya Nasya menatap mata laki-laki itu lekat.

Laki-laki itu cengengesan pelan. “Muka lo, kenapa gitu?” tanyanya sebelum akhirnya terkekeh geli.

Nasya menggeleng pelan. “Lo tau, gue suka rasa karamel?” tanya gadis itu membuat laki-laki itu mengangguk.

“Tau, lah!” jawab laki-laki itu tegas. “Gue cari-cari, info lebih tentang diri lo,” katanya masih dengan cengengesan membuat Nasya mengerutkan keningnya.

“Masa, sih?” Gadis itu terbodoh mendengar ucapan laki-laki di hadapannya itu. Masih sama, Rifa tetap terkekeh geli.

“Gak, gue bercanda.”

“Tapi—”

“Candaan lo itu, bener,” Rifa memotong ucapan Nasya membuat gadis itu semakin bingung. Lama ia terdiam, sebelum akhirnya mengangguk pelan.

FALLING IN LOVE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang