22. PENSI

60 56 1
                                    

[Bagi satu orang kamu dunianya, tapi bagi dunia kamu bukan satu-satunya.]

-Dafi Hadrian Dharmawan

****

Bruk!

“Pelan-pelan, kalo mau dirikan tendanya, Nas.”

Ucapan itu tertangkap di pendengaran Nasya sebelum akhirnya gadis itu menoleh ke sumber suara.

“Sini, gue bantuin,” katanya mengambil alih tenda itu membuat gadis itu terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk.

“Gue gak mau lo capek,” balas gadis itu membuat laki-laki itu menggeleng.

“Gue yang takut, kalo lo kecapean,” jawab laki-laki itu membuat Nasya menerbitkan senyuman di bibirnya.

“Perhatian banget sih,” kata gadis itu sembari mencubit kedua pipi laki-laki itu membuat laki-laki itu sedikit meringis sebelum akhirnya membalasnya.

“Sakit tau!” kata Nasya dengan wajah cemberut.

“Aku juga sakit, Nasya,” jawab laki-laki itu dengan lembut mampu membuat kedua mata gadis itu terbelalak begitu saja.

“RIFA?!” tegas gadis itu membuat laki-laki itu menaikkan alis mata kirinya.

“Aku?” tanyanya membuat Rifa terdiam sejenak sebelum akhirnya menggeleng sembari cengengesan.

“Oh, nggak.” Laki-laki itu kembali mendirikan tendanya. “Anggap aja, gue salah ngomong.”

Gadis itu masih terdiam termangu menatap wajahnya sebelum akhirnya ia mengangguk sembari tersenyum.

“Oh, oke.”

****

“Ran, lo ada liat sepatu gue gak, di sini?” tanya Adela membuat Rani mengindikkan kedua bahunya.

“Gak ada, Del.” Gadis itu mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. “Itu, bukan?” tunjuk gadis itu pada salah satu sepatu berwarna putih.

Adela menggeleng sebelum akhirnya berbicara. “Bukan, itu sepatu, Irena.”

“Sepatu lo juga putih, kan, Del?” tanyanya membuat Adela mengangguk cepat.

“Iya, Ran!” tegas gadis itu wajahnya terlihat begitu panik. “Gimana, nih, acara pensi bentar lagi dimulai, gak mungkin gue pakai sendal jepit?!”

Rani mengangguk mengiyakan sebelum akhirnya gadis itu meraih sepatu yang dipakainya dan melepas talinya.

“Lo pakai aja, sepatu gue,” kata gadis itu membuat Adela menggeleng.

“Gak bisa, sepatu lo warna hitam, gue butuh warna putih, Ran!” kata gadis itu seperti sudah kebingungan dan pasrah.

“Ya, gue harus gimana?” kata Rani lagi yang sudah bingung ingin berkata apa.

Yang bernama, Adela Anggraini, bisa menjumpai ibu sekarang di ruang koordinator, terima kasih.

Ih, bantuin dong! Gue bingung banget!” Gadis itu mencak-mencak di tempatnya sebelum akhirnya kedua tangannya memegang puncak kepalanya.

“Udah, bagusan lo pakai aja sendal itu, daripada lo gak pakai sama sekali!” kata Rani membuat Adela menghela napas panjang sebelum akhirnya mengangguk dan menurunkan kedua tangannya.

“Yaudah, deh.” Gadis itu mengerutkan keningnya sebelum akhirnya pergi meninggalkan Rani sendirian.

****

FALLING IN LOVE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang