[Kalau dia baik-baik aja tanpamu, seharusnya kamu juga bisa, baik-baik aja tanpa adanya dia.]
-Adela Anggraini Wijaya
****
“Assalamualaikum dan selamat siang!” ucap Anggun selaku ketua voli.
“Waalaikumsalam, selamat siang, Kak!” jawab anak-anak ekskul voli.
“Saya, Anggun, ketua dalam ekskul voli ini! Kalian harus mengikuti semua aturan yang berlaku! Jika ada yang melanggar, sanksi akan berpihak pada kalian!” tegas Anggun membuat mereka semua mengangguk.
“Siap!”
“Ran, filing gue lagi gak enak. Gue baru tau, ketua voli kita, si, Anggun. Apalagi, Anggun, ini kan orang yang paling benci sama gue,” ujar Nasya berbisik pada Rani membuat gadis itu mengangguk mengiyakan.
“Kalo tau dia ketuanya, males banget gue pilih ekskul ini,” ujar Rani membuat Nasya mengangguk cepat.
“Kalian berdua, yang di belakang! Kenapa bisik-bisik?! MAU SAYA HUKUM?!” tegur Anggun menunjuk ke arah Rani dan Nasya. Semua perhatian tertuju pada mereka berdua.
Mereka yang tadinya berbisik, lalu berdiri tegak seperti semula mensejajarkan tubuhnya dengan barisannya.
“Kalian berdua, lari memutari lapangan ini sebanyak lima kali putaran! SEKARANG!” tegas Anggun membuat Rani tak terima.
“Lah! Gak bisa gitu dong! Hanya karena bisik-bisik langsung dihukum?!” protes Rani.
“LAKUKAN YANG SAYA PERINTAHKAN!”
“NAJIS! ALAY!”
“Udah, Ran, ayo kita lakukan saja apa yang dia mau,” bisik Nasya membuat Rani tak bisa tahan emosi.
Gadis itu menunjuk balik ke arah Anggun.
“AWAS LO YA, ANGGUN, KAMPRET!!” jerit Rani langsung berlari memutari lapangan itu.
Begitu juga dengan Nasya, ikut berlari memutari lapangan itu. Gadis itu hanya menggeleng seakan tak ingin Rani punya masalah dengan Anggun.
“DASAR GAK SOPAN!” jerit Anggun namun tak dihiraukan oleh Rani.
'Rasain lo berdua kena hukum kan?!' batin Zulma dengan senyum smirk-nya.
“Oh iya, Kak Anggun!” panggil Zulma membuat gadis itu menoleh dan menatapnya. “Saya mau bertanya, peraturan ekskul ini tidak boleh berbisik-bisik ya sama teman sebelah?”
“Sebenarnya sih, boleh ya, cuman saya gak suka aja, saat saya menjelaskan, mereka berbicara,” katanya mencari alasan. Padahal, ia memang sengaja menghukum mereka berdua.
“Oke, Kak, siap!” ujar mereka serempak.
“Saatnya pemanasan!”
****
“Nasya! Gue capek!” ucap Rani berhenti di pinggiran lapangan dengan napas yang memburu naik turun.
“Udah, ayo, Ran, lanjut aja. Nanti kena sergak lagi sama si, Anggun,” ujar Nasya juga ikut berhenti.
“Gak perduli! Gue udah capek banget tau! Panas gini lagi! Kesel gue lihat, Anggun, si kampret! Ketua voli abal-abal, gak guna!” ketus gadis itu sembari menendang kuat botol Aqua kosong yang berada di depannya.
Botol Aqua itu terbang ke lapangan basket dan mengenai kepala Rachel.
Kejadian itu membuat Rani ternganga lebar dengan kedua tangan yang menutup erat mulutnya. Gadis itu mati kutu di waktu itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING IN LOVE [ON GOING]
Teen FictionKisah tiga orang cewek yang mencintai seseorang namun seseorang tersebut sudah memiliki pawang hati yang untuk dijaga hatinya. "Mengapa kita tidak bisa ambil kebahagiaan itu sedikit aja?" -Adela Anggraini Wijaya "Sabar. Belum waktunya kita mendapatk...