Kaira dan Aliza baru saja keluar dari kelasnya setelah kegiatan sesi perkenalan ulang antara mereka dan wali kelas serta guru mata pelajaran. Kaira berjalan santai menuju kantin dengan sesekali berseda-gurau bersama Aliza, tetapi tetap fokus kepada jalan di depannya.
Bruk!
"Shit! Lo punya mata gak sih? Kalau jalan tuh liat-liat, jangan main tabrak orang aja!" Bentak seorang gadis yang tanpa sengaja Kaira tabrak hingga minuman yang berada di genggaman gadis tersebut tumpah di bajunya.
"Maaf Kak, Kaira gak sengaja. Tapi Kakak gak papa, kan?" ucap Kaira lembut.
"Maaf, maaf. Lo pikir dengan minta maaf bisa keringin baju gue, ha?" sarkasnya membuat Aliza terpancing emosi.
"Maaf banget ya Kak, sahabat saya gak sengaja dan dia sudah minta maaf sama Kakak. Jadi alangkah baiknya jangan mempermasalahkan hal ini," tukas Aliza. Ia mencoba menahan gejolak emosi dalam dirinya yang ingin sekali mencakar wajah perempuan menyebalkan di hadapannya ini jika saja ia tak ingat akan sopan santun.
"Emang dengan terima maaf sahabat lo ini masalah clear? Nggak sama sekali!" sentak gadis tersebut yang Kaira baru ketahui bernama Nindi.
"Lo .... "
"Udah Liza, gausah diperpanjang! Sekarang mau Kakak apa? Entar Kai turutin deh," tutur Kaira lemah lembut.
"Kai .... "
"Udah Liza, Kaira yang salah kok. Jadi santay ya, jangan emosi!"
"Huft ... serah lo deh!"
"Gue mau lo keringin baju gue pake seragam kering lo itu!"
"Maksud Kakak apa ya?"
"Gue mau sahabat ceroboh lo itu bersihin seragam gue yang basah ini pake seragam kering punya dia, apa kurang jelas?"
"Enak banget Kakak suruh sahabat saya keringin baju kotor Kakak pake seragam bersih dia, Kakak mau saya pukul, ha?" Sarkas seseorang yang sedari tadi menahan emosinya yang kian memuncak dalam dirinya menyaksikan sahabat kesayangannya diperlakukan seenaknya, dialah Arini Alfira. Dia merupakan sahabat Kaira sejak kecil, walaupun saat ini hubungan persahabatannya dengan Kaira tak seakrab sebelumnya karena memang mereka berbeda kelas dan berbeda kesibukan.
"A ... Arini?"
"Kaira, sebaiknya sekarang lo pergi dari sini dan cepet pesen makan biar maag lo gak kambuh. Biarin gue aja yang urus ni cewek gak tau diri!"
"Tapi Rin .... "
"Liza!"
"Okey, ayo Kaira!"
Dengan berat hati Kaira meninggalkan sahabat kecilnya yang menghadapi kakak kelas yang bermasalah dengannya. Seperginya Kaira dari sana, Arini menatap Nindy dengan tatapan tajamnya yang membuat Nindy serta antek-anteknya bergidik ngeri.
"Nindy Meilinda Putri, sejak SMP sifat lo gak berubah ya? Suka banget bikin masalah sama banyak orang, lo ada masalah hidup atau gimana, heum?" desis Arini.
"Emangnya kenapa? Masalah buat lo? Inget ya Arini! Lo itu adek kelas gue, jadi yang sopan sama Kakak kelas!" cerca Nindy mendorong tubuh Arini kuat.
"Harusnya sebagai Kakak kelas lo harus kasih contoh yang baik buat adek kelas, lo! Kalau sikap lo kaya gini, bagaimana adek kelas atau orang lain bisa hargai atau bersikap sopan sama lo, bego!"
"Sebaiknya berhenti bikin masalah kecil menjadi besar sebelum gue bikin hidup lo hancur berkeping-keping, Nindy!" ancam Arini. Hal itu membuat Nindy mengernyit dengan hati yang was-was sembari mencerna ucapan Arini baik-baik, apa maksud dari ucapan gadis itu sebenarnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisakah Aku Bahagia? (END)
Teen Fiction"Ayah, bunda, bisakah aku bahagia?" "Ayah, bunda, aku lelah. Bolehkah aku pergi menyusul kalian saja?" "Tuhan, bisakah aku bahagia? Walau sesaat saja, bisakah aku mendapatkan kebahagiaanku di dunia yang kejam ini?" "Tuhan, tak bisakah aku mendapatka...