21. Kehilangan Dia

1.3K 59 0
                                    

Hanung mengetikkan beberapa digit nomor dan menelepon nomor tersebut berkali-kali tanpa menyurutkan emosi dalam dirinya. Tersadar bahwa pria yang ia telepon tak berniat mengangkat telepon darinya, Hanung pun menelepon seseorang yang mungkin saat ini bisa ia hubungi.

Halo? Ini siapa, ya?

"Halo David, ini gue Putra."

Putra? Putra siapa, ya?

"Muhammad Hanung Syahputra, Abangnya Kaira. Gue mau tanya satu hal sama lo, apa Keyvan ada sama kalian?" tanya Hanung to the poin.

Oh iya, Keyvan lagi sama gue dan Gilang, memangnya ada apa?

"Gue minta lo kasih handphone–nya sama Keyvan atau kalau nggak lo loadspeaker teleponnya, gue mau bicara hal penting sama cowok brengsek itu!"

Ba ... baik. Key, ini Abangnya Kaira mau ngomong hal penting sama lo.

Halo, ada apa?

"Brengsek lo! Saat gue telepon setelah apa yang lo lakuin sama adek gue, lo masih nanya ada apa?" bentak Hanung.

Memangnya apa yang udah saya lakuin? Apakah saya melakukan kesalahan kembali?

"An***g lo! Asal lo tau bahwa apa yang lo lakuin sama Kia bikin dia masuk rumah sakit dan sampai sekarang gue gak tau apa yang terjadi sama Kia juga keponakan gue, dan lo masih pura-pura gak tau apa kesalahan yang lo buat? Sekarang juga gue minta sama lo untuk pergi nyusul gue ke rumah sakit Indah Jaya atau kalau nggak ... gue akan bakar semua tempat tongkrongan serta perusahaan lo dan kalau bisa ... gue akan habisi lo sampai lo pulang ke pelukan sang pencipta!" ancam Hanung penuh penekanan.

"Ingat Keyvan Alecio Edwardo, gue gak pernah main-main sama ucapan gue! Pergi sekarang ke rumah sakit atau lo habis di tangan gue!"

Tut ... tut ... tut ....

Hanung mematikan teleponnya sepihak, berbeda dengan Keyvan di seberang sana yang masih terkejut atas ancaman seorang bernama Hanung yang diketahui adalah abang dari istrinya.

"Bro, lo ada masalah apalagi sama Kaira sampai-sampai istri lo masuk rumah sakit dan kedengarannya Putra abang Kaira marah banget sama lo? Lo gak ngelakuin hal gila lagi, 'kan?" tanya Gilang setelah Hanung mematikan teleponnya.

"Iya Key, jangan bilang kalau lo kembali menyakiti Kaira yang jelas-jelas sedang hamil anak lo saat ini."

Deg!

Bodoh lo Key, lagi-lagi lo bahayain nyawa Kaira dan dengan brengseknya lo siksa istri lo yang saat ini tengah mengandung darah daging lo sendiri lalu lo tinggalin istri lo di kamar mandi dalam keadaan tubuh penuh akan darah. Bodoh lo Key, lo bodoh dan lo brengsek! –teriak Keyvan dalam batinnya.

"I ... iya, gu ... gue tadi emang kembali me ... menyiksa Kaira dan tanpa sadar ... gue membuat nyawa anak gue sendiri berada di ujung tombak," jawab Keyvan terbata-bata.

Bugh!

"Apa yang lo lakuin, ba***at? Lo bodoh Key, lo brengsek! Gue baru nemu suami gila lagi tak berperikemanusiaan kaya lo Keyvan! Lo sakiti Kaira, lo siksa Kaira, dan lebih parahnya lagi lo bahayain nyawa anak lo yang masih berada dalam kandungan ba***at!" bentak Fahri setelah memberikan pukulan keras pada sahabatnya yang bodoh itu.

"Sorry, gu ... gue terbawa emosi dan rasa cemburu tadi. Jadinya gu ... gue kembali melakukan hal gila kepada istri dan anak gue sendiri, maafin gue ... maafin gue!"

"Lo harusnya minta maaf sama Kaira dan bukan sama kita-kita Key, sebaiknya lo ke rumah sakit sekarang juga sebelum Putra melakukan apa yang dia katakan tadi. Kita bertiga yang akan nemenin lo ke rumah sakit!" tutur Tio yang dibalas anggukan lemah oleh Keyvan.

Mereka pun meninggalkan club dan melajukan kendaraan beroda empat itu menuju rumah sakit tempat Kaira dirawat, Keyvan terus membatin seraya mengucapkan maaf berkali-kali seakan Kaira berada di hadapannya saat ini. Tiga orang sahabatnya yang melihat itupun merasaa iba pada  Keyvan karena sejak kecil pria tersebut memang tak bisa menahan gejolak emosi dalam dirinya.

***
Maafkan kami, kami sudah berusaha semaksimal mungkin dan kami gagal menyelamatkan janin dalam kandungannya.

Samar-samar mereka mendengar penuturan dokter yang meminta maaf pada seorang pria dan wanita paruh baya dengan raut menyesal serta penuh kesedihan. Tanpa berkata lagi Keyvan menghampiri dokter dan dua orang tersebut disertai hati bergemuruh saat mengetahui bahwa wanita di sana adalah bi Marni asisten rumah tangga barunya.

"Apa maksud Anda, Dokter? Adik saya gak mungkin keguguran, keponakan saya adalah anak yang tangguh dan kuat. Dia gak mungkin pergi sebelum melihat dunia, Dokter!" teriak pria satu tahun di atasnya yang ia ketahui adalah abang istrinya.

"Maaf Pak, akan tetapi keponakan Anda tak bisa kami selamatkan."

"Bi Marni?"

Sapaan Keyvan mengalihkan pandangan Hanung yang semula menghadap ke arah dokter kini berbalik menatap Keyvan dengan tatapan tajam nan membunuhnya. Hanung mengepalkan tangannya erat hingga belapak tangannya memutih, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Hanung menyerang heyvan dengan membabi- buta membuat bi Marni, Tio, Gilang, Fahri, serta dokter terkejut dan bingung harus berbuat apa.

Diawali dengan bismillah, dokter Nino mencoba mengunci pergerakan Hanung yang semakin tak terkendali karena tubuhnya yang dikuasai oleh emosi dan rasa kecewa dalam dirinya yang begitu besar.

"Ya Allah Hanung, Keyvan, apa yang kalian lakukan?" Pekikan Maudy menghentikan aksi Harung yang ingin memukul Keyvan untuk ke sekian kalinya.

"Hanung, ada apa Sayang? Kenapa kamu memukul adik iparmu dengan membabi- buta seperti ini?" tanya Maudy lembut.

"Ma, Kia Ma. Di ... dia .... "

"Ada apa dengan adikmu, Sayang?"

"Kia keguguran dan itu semua karena Cowok brengsek ini, Ma! Dia menyiksa Kia, dia menyakiti adikku, dan dia membunuh keponakanku!"

Deg!

"Ap ... apa maksud kamu, Hanung? Cu ... Cucu Mama .... "

"Iya Ma, pria tak berperasaan ini telah membunuh jagoan yang selama enam bulan ini kita jaga dan kita sayangi, Ma. Dia telah membunuh Cucu pertama Mama!" Seru Hanung berapi-api.

"Ke ... Keyvan, bisa kamu jelaskan secara detail pada Mama apa yang sebenarnya terjadi di antara kamu dan Kaira? Bisa kamu jelaskan Keyvan?" bentak Maudy.

Keyvan terdiam sesaat, kemudian ia menjelaskan secara terperinci hal yang terjadi dimulai dari sebuah pesan Masuk dari nomor tak dikenali, pengakuan Kaira, hingga penyiksaan itu dilakukan yang tanpa sadar membuat Keyvan melakukan Suatu kesalahan Fatal.

Plak!

Mendengar penjelasan putranya, Maudy menampar Keyvan dengan begitu keras hingga menimbulkan suara tamparan yang memicu perhatian orang-orang di sekitar mereka. Maudy tidak menyangka bahwa Putra Sulungnya berani melukai bahkan membunuh Putranya sendiri hanya karena berita simpang-siur yang belum diketahun kebenarannya.

"Mama kecewa sama kamu, Key. Bisa-bisanya melanggar janji dan kembali menyakiti serta melukai wanita sebaik dan sesabar Kaira, Mama gak habis pikir dengan apa yang ada di dalam akal serta hati kamu sampai-sampai kamu bisa sebrengsek ini! Kamu memang pandai dalam segala hal dan Mama akui itu, akan tetapi kamu bodoh dalam hal wanita dan suatu hubungan!" hardik Maudy sedikit menyadarkan Keyvan.



Bersambung....

Bisakah Aku Bahagia? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang