Orang-orang berpakaian hitam memenuhi pemakaman, mereka adalah Kaira beserta keluarganya, dan seluruh keluarga besar sekolah turut hadir di pemakaman Arini yang memang merupakan salah satu most wanted girl sekolah. Saat mendengar kabar duka tersebut, alangkah terkejut dan sedihnya mereka semua karena tak menyangka bahwa hidup Arini akan berakhir seperti ini.
Mereka tidak tau jika Arini sudah menikah dan memiliki seorang putra tampan, hanya Kaira, Aliza, dan keluarga Kaira yang mengetahui hal tersebut. Setelah pemakaman selesai dilaksanakan, mereka semua pamit undur diri pada Kaira dan keluarga. Kini tinggallah Kaira, Hanung, Reyhan, dan Rian yang berada di pemakaman, Kaira mendudukkan diri di samping nisan Arini.
Wanita itu mengelus batu nisan sang sahabat dengan pelan disertai air mata yang kembali mengalir di mata bengkaknya karena terlalu sering menangis dan meratapi nasibnya.
"Rin, lo yang tenang di sana sama suami lo ya ... di sini gue akan senantiasa melindungi, menjaga, menyayangi dan mencintai anak lo seperti anak gue sendiri. Gue beri nama anak lo ... Keenan Alexander Edward, sesuai permintaan terakhir lo ... gue berikan nama Ken dan Alexander di namanya. Bahagia selalu di sana ya Rin ... gue sayang banget sama lo ... kalau lo ketemu seluruh keluarga gue ... tolong sampaikan bahwa ... bahwa gu ... gue sayang ... dan gue rindu sama mereka ... sangatlah rindu!" ujar Kaira sedikit tersendat karena isakan yang ditahannya.
"Rin, gue emang baru kenal sama lo. Tapi, gue tau lo orang baik ... semoga lo ditempatkan di tempat terbaik di sisinya ya ... sampaikan salam gue sama suami lo, katakan padanya ... gue, Aira, Bang Hanung, Bang Rey, dan semua keluarga akan menjaga dan menyayangi anak kalian dengan sebaik mungkin kok. Karena seorang Rian selalu memegang teguh ucapannya," kata Rian ikut terduduk di samping Kaira.
"Yaudah, kita pulang dulu yuk! Abang takut Keenan entar rewel karena ditinggal lama-lama seperti semalam," ajak Hanung diangguki oleh ketiganya.
"Eum ... Bang, Kaira, Rian, dan Keenan mau ke kantor mas Cio ya?"
"Mau ngapain kamu menemui pria brengsek itu, Kaira?"
"Bang Rey, Kaira cuma mau kasih surat perceraian ini agar dia segera tanda tangan kok, bukan ada maksud lain! Kaira udah gak minat mempertahankan rumah tangga Kaira dengan mas Cio setelah semua kesempatan yang Kaira kasih disia-siakan oleh mas Cio. Boleh, ya?"
"Yaudah jangan lama-lama! Rian, jagain adek gue, jangan sampe lecet!"
"Siap Bang! Rian pasti jagain mereka kok, kalian tenang aja!"
***
Kaira, Rian, juga Keenan baru saja sampai di kantor Keyvan, saat mereka sampai banyak sekali karyawan-karyawati menunduk hormat pada Kaira istri dari CEO di kantor ini. Kaira hanya membalas sapaan hormat mereka semua dengan senyum manis di wajahnya, langkah santai lagikan ringan menuntun Kaira berjalan menuju lantai paling atas yang merupakan ruang pribadi Keyvan."Selamat pagi, Bu Kaira!"
"Pagi juga Tio, apa mas Keyvan ada di dalam?"
"Ada Bu, tetapi di dalam masih ada tamu penting bos Keyvan."
"Tamu penting? Siapa dia?"
"Saya juga kurang tau, Bu. Yang jelas dia adalah seorang wanita."
"Okey saya paham! Rian, lo sama Keenan tunggu di sini aja ya? Gue mau ke dalam sebentar, kalau kalian masuk takutnya entar Keenan bangun dan rewel karena pertikaian gue nantinya."
"Okey, hati-hati Kai! Gue yakin lo tegar dan bisa menghadapinya!"
"Insya Allah."
Ceklek.
"Woho ... ternyata bener dugaan gue tadi!" seru Kaira saat baru saja masuk ke dalam.
"Fer ... Ferly ... ka ... kau .... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisakah Aku Bahagia? (END)
Teen Fiction"Ayah, bunda, bisakah aku bahagia?" "Ayah, bunda, aku lelah. Bolehkah aku pergi menyusul kalian saja?" "Tuhan, bisakah aku bahagia? Walau sesaat saja, bisakah aku mendapatkan kebahagiaanku di dunia yang kejam ini?" "Tuhan, tak bisakah aku mendapatka...