Kinanti dan Keenan langsung berlari mendekati tubuh Kaira yang terpental jauh menabrak pembatas jalan dengan darah bercucuran deras di sekujur tubuh wanita beranak dua itu, dua remaja tersebut menghalau semua orang yang mulai mengerubungi tubuh penuh darah Kaira dengan handphone yang senantiasa merekam kejadian kecelakaan yang dialami Kaira tanpa ada niatan membantu sedikitpun.
Itulah warganet generasi Z, jika terjadi hal buruk atau musibah di sekitarnya hal pertama yang mereka lakukan adalah mengabadikan dan menshare kejadian tersebut tanpa berniat menolong terlebih dahulu. Seharusnya sebagai sesama manusia, mereka lebih mementingkan memberi peetolongan pertama pada korban kecelakaan dan bukannya merekam kejadian yang terjadi untuk kepopuleran mereka sendiri.
Apakah mereka tidak memiliki hati nurani dan rasa simpatik sedikitpun pada sekitar? Mengapa mereka hanya terdiam tanpa berniat untuk menolong korban sedikitpun? Bukankah mereka merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan sangat membutuhkan makhluk lain untuk bertahan hidup di dunia yang fana ini?
Lalu mengapa mereka begitu tega membiarkan seseorang yang baru mengalami musibah tidak pertolongan? Bagaimana jika mereka diperlakukan demikian oleh orang lain? Sanggupkah mereka menghadapi dan menolong diri mereka sendiri dari cobaan serta musibah yang Allah beri?
Bukankah Allah memerintahkan hamba-Nya untuk saling tolong-menolong dalam hal kebaikan dan memerintahkan hamba-Nya untuk membantu keluarga, sanak-saudara, sahabat, dan saudara sesama muslim yang sedang dalam kesusahan? Lalu mengapa mereka tidak saling menolong saat sahabat, kerabat, keluarga, tetangga, dan orang lain sedang dalam kesusahan dan sibuk sendiri memviralkan apa yang terjadi pada saudara sesama muslimnya?
Back to story
"Ma ... Mama bangun, Ma! Mama please jangan bercanda, i ... ini gak lucu, Ma! Mama bangunlah ... Mama ... please open you eyes ... wake up Mama ... wake up! Mama Kinanti mohon bangun, Ma ... jangan tinggalin Kinanti dan Abang Keenan ... Mama ... Mama bangun ... Mama!" raung Kinanti memangku kepala Kaira.
"Bang ... Mama gak mau bangun ... lakukanlah sesuatu, Bang ... lakukan sesuatu supaya Mama bisa membuka matanya ... lakukan sesuatu, Abang!"
"Kita bawa Mama ke rumah sakit sekarang!" titah Keyvan mengangkat tubuh mungil Kaira menuju mobilnya.
Tak lama datanglah seorang pria remaja kira-kira berusia satu tahun di atas Keenan menghampiri Keyvan dan bertanya. "Papa, siapa wanita ini, Pa? Dan ... siapa dua remaja ini?"
"Karan, Papa akan jelaskan semuanya nanti. Yang jelas sekarang, bantu Papa untuk bukakan pintu mobil karena kita harus segera ke rumah sakit sebelum hal buruk terjadi padanya!"
"B ... baik, Pa!" Karan Deenandra Edward, sosok remaja tampan yang merupakan putra angkat Keyvan dengan sikap keingintahuannya yang tinggi serta sikap friendly dalam dirinya dan berbanding terbalik dengan sikap cuek nan dingin yang dimiliki oleh papanya.
***
Keyvan dan putra-putrinya senantiasa menunggu dokter Nino di dalam ruangan Kaira, rasa takut akan kehilangan begitu besar bersemayam dalam diri mereka semua. Mereka tak sanggup dan tak akan pernah sanggup menerima kenyataan jika memang hal buruk terjadi pada Kaira nantinya, mereka tak ingin kehilangan wanita berharga dalam hidupnya sampai kapan pun.Tak kuasa menahan rasa penasarannya, Karan pun menanyakan kembali hal yang sama pada Keyvan. "Papa, siapa sebenarnya wanita tadi, dan siapa dua remaja ini?"
"Wanita tadi adalah Kaira, wanita yang pernah Papa ceritakan padamu beberapa hari lalu dan mereka berdua adalah saudaramu, Karan. Papa harap, kamu bisa menerima, melindungi, menjaga, dan menyayangi adik-adikmu ini seperti halnya Papa menjaga dan menyayangimu selama ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisakah Aku Bahagia? (END)
Teen Fiction"Ayah, bunda, bisakah aku bahagia?" "Ayah, bunda, aku lelah. Bolehkah aku pergi menyusul kalian saja?" "Tuhan, bisakah aku bahagia? Walau sesaat saja, bisakah aku mendapatkan kebahagiaanku di dunia yang kejam ini?" "Tuhan, tak bisakah aku mendapatka...