6. Wedding Day

1.6K 84 1
                                    

"Kaira ... ayo cepet turun, nanti kemaleman!" teriak Mitha menggelegar satu rumah.

"Sayang ... jangan teriak-teriak ih, malu sama tetangga!" peringat Mahesa yang hanya dibalas cengiran oleh Mitha.

"Habis anakmu lama banget Mas, kan aku jadi kesel nunggu lama."

Mahesa hanya dapat menggelengkan kepalanya melihat kebar-baran sang istri yang sudah mendarah daging sejak SMA, ia kira setelah menikah dan memiliki anak, maka sang istri akan taubat. Akan tetapi dugaannya salah, malahan setelah memiliki anak dia semakin bar-bar saja.

Tak lama kemudian, turunlah Kaira dengan pakaian syar'i-nya menuruni tangga dengan anggun. Kedua orang tuanya terkagum-kagum melihat pesona yang sangat kentara dipancarkan oleh putri kesayangan mereka itu.

"Masyaallah ... anak siapa sih ini ... cantik banget ya Allah!" heboh Mitha.

"Anak Bunda dong! Bunda ada-ada aja ih ... kan Ai jadi malu," kekeh Kaira tersipu.

"Tapi bener kata Bunda kamu Sayang, anak gadis Ayah ini cantik banget sampe-sampe Ayah pangling melihat kecantikanmu yang sama kaya Bunda saat Bunda masih remaja dulu."

"Udah ih ... kok malah muji Ai kaya gini, bikin malu aja! Ayo ... katanya mau jalan? Ai udah siap nih, nanti kemalaman perginya .... "

"Okey-okey, yuk kita jalan!"

Setelah itu mereka semua memasuki mobil dan Mahesa melajukan mobil ke cafe tempat ia juga keluarga kecilnya dinner malam ini. Sesampainya di cafe, mereka duduk di tempat yang telah di-booking oleh Mahesa sebelumnya karena ia ingin makan malam dengan khidmat serta tenang bersama keluarga kecilnya untuk yang terakhir kali.

Mahesa telah mempersiapkan segalanya dengan baik beberapa hari yang lalu, jadi ketika mereka sampai di cafe mereka bisa langsung menyantap makan malam dengan segera tanpa menunggu pesanan terlebih dahulu. Sesudah makan Mahesa menatap putrinya secara intens, hal itu membuat Kaira mengernyitkan dahinya bingung.

"Ada apa Ayah? Mengapa Ayah menatap Ai se-intens itu? Apakah penampilanku sedikit buruk?" heboh Kaira di akhir kalimatnya.

"Tidak Sayang, kau masih terlihat sangat manis, imut, dan mempesona, kwkwkk .... "

"Ayah ih ... Ai kan jadi malu," rengek Kaira tersipu malu.

"Ya Allah ... anak Ayah bisa malu juga ternyata, Ayah kira bisanya malu-maluin doang kerjanya."

"Ayah ... ngeselin ih ... Ai kan cuma malu-maluin di depan teman dekat Ayah aja, gak sampe di depan umum juga!"

Mahesa terbahak mendengar sikap putrinya yang sangat menggemaskan itu, hal itu membuat Kaira mulai mengerucutkan bibirnya kesal karena tawa sang ayah terkesan sedang mengejek dirinya.

Puk!

Melihat putrinya semakin kesal akibat ulang sang suami, Mitha langsung memukul tangan kekar Mahesa dan mengeluarkan tatapan tajam membunuhnya.

"Mas, kamu ini seneng banget ngeledekin anaknya. Kamu mau tidur di luar nanti malam, ha?" ancam Mitha.

Hal itu membuat nyali Mahesa menciut seketika, berbeda dengan Kaira yang kini tersenyum penuh kemenangan melihat respon sang Ayah sesudah mendengar ancaman bunda kesayangannya.

"Nggak lagi deh Bund, tapi nanti Ayah tidur sama Bunda ya? Kan Ayah gak mau ngejek Aira lagi," balas Mahesa tersenyum sok polos.

"Ayah inget umur deh! Mau Ayah menampakkan wajah dan senyum polos gitu, gak terlihat menggemaskan di mata Ai atau Bunda karena Ayah udah tua! Jadi gausah sok polos gitu deh, Ai geli liatnya!"

Bisakah Aku Bahagia? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang