25. Haruskah Bahagia atau Sedih?

1K 55 1
                                    

"Aduh-aduh ... sepertinya akan ada seseorang yang menggali lubang kuburnya sendiri, nih gengs!"

"Yoi, benar syekaleh Bunda! Kasian banget deh yaa sebentar lagi ada yang lebih memilih mati daripada hidup, tetapi menahan malu yang luar binasah!"

Ejekan dan hinaan diberikan oleh seluruh teman sekelas Kaira yang tertuju pada Nindy disaksikan oleh semua warga sekolah termasuk Maudy dan bapak kepala sekolah beserta guru-guru lainnya. Mereka penasaran, hal apalagi yang akan dilakukan oleh murid-murid kelas bersolidaritas tinggi itu.

Plak!

Maudy kembali menampar putranya yang lagi dan lagi melakukan hal bodoh pada Kaira menantu kesayangannya, ia rasa tak ada gunanya lagi membiarkan hubungan Kaira dan Keyvan tetap berjalan. Maudy berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan menceraikan Kaira dari pria brengsek lagikan bodoh seperti putranya itu. Tak peduli bahwa Keyvan akan membantah keputusannya, ini semua Maudy lakukan demi kebahagiaan Kaira yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.

"Aw ... kena tampar loh, guys ... pasti sakit! Benar, 'kan Key?"

"Gue rasa itu pantas didapatkan oleh cowok brengsek dan bodoh kaya lo, Keyvan! Rasa sakit akibat tamparan nyokap lo sendiri ini gak sebanding dengan luka yang sudah lo torehkan di hati Kaira selama ini. Gue harap, setelah ini Kaira gak akan mau lagi melanjutkan pernikahan kalian karena gue gak mau sahabat kecil gue kembali tersakiti oleh pria hina dan gak tau diri kaya lo!" hardik Aliza.

"Alecio, Mama gak nyangka kamu akan sebrengsek ini. Mama kira kamu akan berubah setelah melihat perhatian dan kasih sayang tulus yang kau berikan pada Kaira. Namun, ternyata Mama salah besar jika menganggap kau telah berubah menjadi suami yang lebih baik lagi, buktinya ... kau kembali menyakiti hati Kaira yang telah rapuh bahkan sudah hancur berkeping-keping karena ulahmu!"

"Mulai saat ini, Mama berjanji akan melakukan berbagai macam cara agar Kaira mau menggugat cerai dirimu yang tak tau diri ini!" imbuh Maudy dengan amarah yang sudah melewati batasnya.

"Ups-ups, yah ... disuruh cerai Bunda ... kasian banget sih!"

Tanpa berkata-kata, Maudy meninggalkan sekolah menyusul Hanung dan Reyhan dengan air mata yang sudah beranak sungai di wajahnya. Siska yang merupakan saudara sepupu Nindy berjalan santai menghampiri sepupunya dengan senyum sinis tercetak jelas di wajahnya, lantas ia berkata.

"Nindy Meilinda Putri, tunggu pembalasan dari kami dan tunggulah kehancuran lo setelah ini! Pay-pay bitch! Guys ... cabut yuk!"

***
Sedangkan di rumah sakit, Hanung dan Reyhan menunggu dokter selesai memerikan keadaan Kaira dengan rasa khawatir yang begitu dalam. Entah mengapa akhir-akhir ini Kaira senang sekali keluar-masuk rumah sakit dan yang pasti penyebabnya adalah Keyvan, Hanung tak habis pikir mengapa Keyvan begitu tega membuat Kaira tersiksa dan menderita selama ini.

Ceklek.

"Dokter, bagaimana keadaan adik saya? Dia baik-baik saja, 'kan?"

"Syukur alhamdulillah kalian cepat membawa Kaira ke rumah sakit, jika tidak mungkin kejadian serupa bisa terulang untui yang kedua kalinya."

"Kejadian serupa? Kedua kalinya? Maksud Dokter apa, ya?"

"Yah, kejadian serupa di mana Kaira akan kembali merasakan kehilangan yang mungkin akan menyerang mental Kaira lebih dalam lagi."

"Tunggu, maksud Dokter Nino apa yang terjadi pada adik saya? Tidak ada hal serius, 'kan Dok?"

"Tidak ada hal serius yang terjadi pada Kaira, Mas Hanung. Namun, saat ini Kaira telah mendapatkan pengganti putranya yang telah tiada hingga membuatnya hampir depresi."

Bisakah Aku Bahagia? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang