16. Pisah Sementara

1.2K 77 1
                                    

Kaira menghampiri Hanung dan keyvan yang masih saja berkelahi tanpa memedulikan teriakannya yang membuat seluruh siswa-siswi sekolah beralih menatapnya.

Tanpa berkata-kata, Kaira berdiri di antara Keyvan dan Hanung yang masih bertengkar hingga saat mereka hendak melayangkan serangan pun aksi mereka terhenti.

Kaira menatap keduanya tajam dan bertanya dengan nada sarkas. "Kenapa berhenti? Ayo lanjutkan pertarungan kalian berdua! Ai pengen lihat, kira-kira sampai mana kemampuan dan keberanian kalian berdua!"

"Ki ... Kia Sayang, k ... kok kamu .... "

"Kenapa, heum? Mau tanya kenapa Kia bisa ada di tengah-tengah kalian, iya?"

Kaira marah karena kedua orang tercintanya harus beradu kekuatan hanya karena dirinya dan ia tak suka akan hal itu. Tak bisakah mereka menyelesaikan suatu masalah dengan kepala dingin tanpa adanya pertengkaran sengit yang melukai kedua pihak?

"Kalian itu udah dewasa, harusnya kalian mikir dan merasa malu karena ulah kalian yang bertengkar kaya anak kecil gini! Bisakah kalian menyelesaikan masalah dengan kepala dingin tanpa beradu otot?"

"Ingat umur! Malu tau nggak sih, bertengkar di lapangan dan dilihat oleh seluruh warga sekolah! Kalau kalian emang gak punya sikap dewasa, maka silahkan kalian lanjut perkelahian ini!" bentak Kaira dengan napas memburu.

"Sayang, Abang lakuin ini karena .... "

"Karena Abang ingin memberikan pelajaran kepada Mas Keyvan atas perbuatannya yang memfitnah Kia, 'kan? Kia tau Bang, Kia paham!"

"Namun, bisakah kalian menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin? Ingat, Bang! Opa Rudholf, ayah, dan papi ngajarin kita berdua bela diri untuk melindungi keluarga juga orang tersayang dari ancaman musuh. Bukan untuk menyelesaikan masalah seperti ini!" Perkataan Kaira membuat rasa bersalah timbul di hati kecil Hanung.

Berbeda dengan Keyvan yang kini menatap dua orang di hadapannya dengan tatapan dingin nan menusuk. Entah mengapa di dalam benaknya seberkas emosi muncul seketika saat melihat Kaira menatap lama pria lain.

Dan apa kata Kaira tadi, Abang? Siapa pria di hadapannya ini? Apa hubungan Kaira dengan pria bernama Hanung itu?

"Dan kamu, Mas Cio. Bisakah kau bersikap lebih tenang sedikit tanpa menggunakan emosi saat melakukan sesuatu? Jujur, aku sangat kecewa akan perlakuan serta sikap brengsekmu selama ini padaku!"

Plak.

"Ini untukmu yang sudah berani menyakiti batin dan fisikku!"

Plak.

"Ini untukmu yang sudah berani menyebarkan fitnah besar tentang diriku!"

Plak.

"Dan ini untukmu yang diam saja saat mengetahui berita hoax tentang diriku juga hubungan kita berdua!"

Seluruh warga sekolah amat terkejut melihat perlakuan Kaira pada Keyvan, mereka tak menyangka bahwa gadis lemah-lembut nan murah senyum bisa seberani itu menampar most wanted boy sekolah di tempat umum seperti ini.

"Kuharap dengan balasanku atas perbuatan bejatmu selama ini bisa menyadarkan hati kecilmu atas segala kesalahanmu padaku. Ini baru balasan kecil dariku, Mas Cio. Bukankah kau tau bahwa mama Maudy tidak akan tinggal diam saat mengetahui bahwa menantu kesayangannya terluka.

"Aku tidak tau hukuman seperti apa yang akan dia berikan padamu nantinya, kuharap hukuman yang dia berikan padamu bukanlah perpisahan atau surat perceraian kita berdua, Mas! Aku permisi, ayo Bang!"

Kaira menarik lengan Hanung menuju UKS dan meninggalkan suaminya yang kini terdiam di tempat setelah menerima perlakuan buruknya. Ia akui bahwa dirinya salah telah berbuat seperti itu pada Keyvan di hadapan warga sekolah.

Namun, hatinya sudah terlalu sakit dan hancur menerima semua sikap serta perlakuan kasar Keyvan selama ini.

Keyvan masih terdiam kaku di tempatnya hingga Nindy sang kekasih menghampiri dirinya dengan make up wajah yang semakin hari semakin tebal. Terkadang penampilan serta perangai wanita itu mendapat banyak sekali cemoohan dari siswa-siswi di sekolahnya.

Tapi, Keyvan senantiasa melindungi perempuan bernama Nindy yang seharusnya pria itu hindari untuk kebaikan diri dan keluarga kecilnya. Entah hal apa yang Nindy lakukan padanya hingga apa pun yang wanita itu lakukan selalu benar di mata Keyvan.

"Sayang, kamu gak papa? Pipi kamu memar karena tamparan Kaira si cewek murahan itu, sakitkah?" heboh Nindy.

"Awhs .... "

"Aduh, sakit ya? Yaudah yuk kita ke UKS buat obati bekas tamparan ini, ayo Sayang! Eh, tapi kayanya kamu harus kasih dia pelajaran nanti. Berani-beraninya dia permaluin kamu di tempat umum kaya gini, aku yakin kalau dia ngelakuin itu karena dia gak suka kebusukan yang selama ini disimpan baik-baik di balik hijabnya diketahui oleh warga sekolah."

"Jadi ya ... gitu deh, dia tampar kamu sampe memar gini. Dan mungkin dia ngelakuin ini karena .... "

"Dia ngelakuin ini karena rasa sakit dalam dirinya sudah sampai pada batasnya. Gue kayanya emang udah keterlaluan sama dia," lirih Keyvan nyaris tak terdengar.

"Maksud kamu apa sih, Sayang? Kok malah kamu yang keterlaluan? Dia pantas dapet ini semua karena pembantu kaya dia emang layak diperlakukan buruk kaya gitu! Dia itu .... "

"Cukup Nindy, gue gak mau denger apa pun untuk saat ini. Jadi please biarin gue sendiri dan jangan ikuti gue!"

Setelah itu Keyvan pergi meninggalkan Nindy dengan hati yang porak-poranda karena perkataan istrinya.

Plak.
Di koridor utama, Keyvan kembali mendapatkan sebuah tamparan. Namun, tamparan tersebut ia terima dari orang yang berbeda.

Belum sempat ia obati tamparan dari sang istri, pria itu kembali mendapatkan sebuah tamparan dari Maudy sang ibu tercinta.

"Ma ... Mama?"

"Iya ini Mama, kenapa? Terkejut mendapat hadiah untuk pertama kali berupa tamparan dari Mama, heh?"

"Keyvan, Mama gak nyangka kamu bisa sebejat itu sama menantu kesayangan Mama. Apa salah Kaira sama kamu, hah? Apa, Keyvan? Kenapa kamu tega memperlakukan dia sejahat ini Keyvan, kenapa? Mama gak pernah ngajarin kamu untuk berbuat kasar atau bahkan bermain tangan kepada seorang perempuan!"

"Mama kecewa sama diri Mama sendiri, Mama kecewa karena Mama gagal mendidik anak Mama sendiri. Mama gagal menjadi seorang ibu, Keyvan. Mama gagal! Tanpa diduga, sifat brengsek lagikan bejat mendiang papamu menurun padamu."

"Ibu mana yang tidak sedih melihat menantu yang sudah ia anggap anaknya sendiri mengalami banyak luka baik dalam fisik ataupun batinnya dan itu semua karena ulah putra kandungnya. Ibu mana yang tidak sakit melihat secara langsung semua itu, ibu mana?"

Melihat tatapan yang mengartikan sebuah amarah dan kekecewaan mendalam dari sang mama, Keyvan hanya bisa terdiam bisu di tempat.

"Ingat perkataan Mama ini, Keyvan Alecio Edwardo! Mama akan bawa Kaira pergi dari kehidupanmu secepatnya, Mama akan bawa Kaira pergi dari rumah terkutukmu hari ini juga!"

Deg!

"Ma .... "

"Dan yah, satu hal yang pasti bahwa mulai hari ini sampai seterusnya Kaira akan tinggal bersama Mama dan kamu tidak boleh bertemu dengannya sebelum sidang pengadilan tiba."

Deg!

"M ... Ma, maksud Mama apa? Maksud Mama Keyvan dan Kaira akan .... "

"Iya, Mama akan pisahkan kalian untuk sementara waktu sampai sidang pengadilan tiba dalam artian bahwa kamu cukup menunggu surat perceraian yang mungkin dua atau tiga hari sampai di tanganmu."

"Akan tetapi Ma, Mama gak bisa pisahin Keyvan dan Kaira gitu aja tanpa persetujuan Key sama Ferly! Mau sampai kapan pun Mama gak berhak pisahin kita berdua tanpa adanya persetujuan dari kita."

"Apakah perkataan Mama tadi adalah sebuah pertanyaan? Mama rasa perkataan Mama tadi adalah pernyataan, dan Mama tidak menerima penolakan!" tandas Maudy.

"Ma, Mama. Dengerin Key dulu, Ma! Mama!" seru Keyvan yang tak dipedulikan oleh Maudy.

"Aarrgh!"




Bersambung....

Bisakah Aku Bahagia? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang