"Key ... Keyvan?" kejut Kaira. Panggilan Kaira membuat Keyvan menoleh dan menampakkan raut yang sama terkejutnya dengan Kaira, akan tetapi buru-buru ia menetralkan raut wajahnya.
"Duduklah Keyvan!" titah Mahesa yang diangguki oleh lelaki itu.
"Sebelum melangkah kepada intinya, alangkah baiknya kita makan malam terlebih dahulu baru setelah itu kita bicarakan semua ini."
Mereka semua mengangguk setuju akan usul Mahesa, lantas mereka semua berjalan menuju ruang makan dan sudah tersedia berbagai macam makanan enak yang memanggil untuk disantap. Walaupun gugup, Kaira tetap duduk berhadapan dengan Keyvan yang kini masih setia menunjukkan wajah datar disertai tatapan tajamnya.
Setelah makan, mereka semua beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju ruang tamu untuk membahas inti dari pertemuan keluarga itu malam ini. Kaira yang sudah terbiasa bekerja setelah makan pun tak peduli pada semuanya dan lebih memilih membersihkan piring-piring kotor yang ada di atas meja dengan cekatan.
"Ya Allah Ai Sayang, itu taruh dulu piring kotornya. Kita ke depan dulu karena ada hal penting yang ingin dibicarakan bersama Keyvan dan mamanya, ayo Sayang!"
"Tapi Bunda .... piring kotor ini sebentar lagi selesai Kaira sabun lho Bund, tunggu sebentar ya?"
"Gak ada sebentar-sebentar, Sayang! Ayo cepet ke depan, ayah udah nunggu kamu di depan!" tandas Mitha yang hanya dibalas helaan napas panjang oleh Kaira. Ini yang Kaira benci sejak kecil, ia sangat benci jika ada piring kotor yang berserakan di wastafel dan harus ia tinggalkan.
"Nah, ini dia Kaira."
"Okey, untuk mempersingkat waktu maka pertemuan malam ini bertujuan untuk mengemukakan permintaan terakhir ayah Keyvan, yaitu menjodohkan kalian berdua!" ujar Mahesa to the poin dan sangat mengejutkan Kaira dan Keyvan.
"Tapi Yah, kita kan masih sekolah."
"Benar Sayang, kalian masih sekolah. Akan tetapi jika kita tidak mengemukakan permintaan terakhir ayah Keyvan, maka dia tidak akan tenang di atas sana. Jadi ... bagaimana nmenurut kalian berdua, apakah kalian berdua setuju?"
"Maaf Tante, eum ... jika memang ini untuk membuat arwah mendiang ayah Keyvan tenang di alam sana, maka Kaira setuju aja!"
"Alhamdulillah, dan Keyvan Sayang? Bagaimana keputusanmu?"
"Kalau untuk ketenangan papa, maka Key setuju aja Ma. Lagian Key gak mau papa sedih di atas sana karena Key nolak permintaan terakhirnya," jawab Keyvan menunduk dalam.
"Alhamdulillah ... jadi kalau kaya gitu, bagaimana jika pernikahan kalian diadakan dua hari lagi?" saran Maudy antusias.
"Maaf Tante, tapi kenapa cepet banget gini? Kaira dan Keyvan masih belum saling mengenal satu sama lain, walaupun kita satu kelas ... tapi kita gak pernah dekat atau berinteraksi satu sama lain kecuali jika ada tugas sekolah yang mengharuskan kita bekerja sama."
"Bener Ma, apa itu gak kecepetan? Key masih belum kenal betul sama Kaira Ma," imbuh Keyvan.
Dan kita gak saling mencintai ataupun menyukai, Ma. –batin Keyvan.
"Masalah mengenal ataupun mencintai satu sama lain itu bisa kalian lakukan setelah menikah, Nak. Cinta akan datang karena terbiasa, jadi Ayah mohon turuti permintaan kami."
"Huft ... tapi Kaira masih belum bisa membahagiakan Ayah dan Bunda selama ini," lirih Kaira tanpa sadar meneteskan air matanya dan itu dapat didengar jelas oleh Keyvan dan Mahesa.
"Aira, jika kamu ingin membahagiakan Ayah dan Bunda, kamu cukup menuruti permintaan kita berdua. Anggap aja ini permintaan terakhir kita, Nak!"
"Bunda ngomong apa, sih? Kok Bunda ngomong kaya gitu seakan-akan Bunda sama Ayah akan ninggalin Kaira secepatnya, dan Kaira gak suka itu!" ucap Kaira mulai mengeluarkan cairan benih dari pelupuk matanya.
"Aira ... ajal gak ada yang tau, 'kan? Yang pasti suatu saat nanti Ayah dan Bunda akan menyusul bang Rey menemui Allah Sayang, jadi sebelum itu terjadi, maka Ayah mohon turuti permintaan terakhir Ayah dan Bunda. Ayah dan Bunda yakin kalau Keyvan bisa menjaga, melindungi, serta membahagiakan kamu dengan caranya sendiri. Jadi, Ayah mohon kamu setuju untuk menikah dengan Keyvan dua hari lagi," papar Mahesa tak dapat menahan air matanya.
Biarkan Keyvan dan Maudy melihat sisi rapuhnya ini, karena memang sangat sulit baginya melepaskan putri kesayangannya itu. Namun, entah mengapa ia rasa ini adalah keputusan yang tepat dan ia merasa bahwa tak lama lagi dirinya akan berpisah dari putri tercintanya untuk selamanya. Jadi untuk mengantisipasi pemikirannya itu, maka ia memutuskan untuk menyetujui usulan Maudy supaya pernikahan Kaira dan Keyvan dipercepat.
"Ai gak suka Ayah dan Bunda ngomong kaya gitu, Ai belum bisa membahagikan kalian selama ini, tetapi kalian lebih dulu mengatakan hal yang mengartikan bahwa tak lama lagi kita akan terpisah untuk selamanya. Ai gak suka! Tapi gak papa, jika itu memang yang terbaik buat Ai maka ... Ai setuju untuk nikah sama Keyvan dua hari lagi! Selamat malam dan maaf atas sikap Ai tadi, Ai ke atas dulu!" pungkas Kaira kemudian berlari menaiki tangga dengan uraian air mata meninggalkan semua orang di sana.
Tak peduli jika sikapnya itu sangatlah buruk, karena ia sangatlah kecewa kepada ayah dan bundanya yang bersikap seakan ini adalah kebersamaan mereka untuk yang terakhir kalinya, Kaira tak suka dan Kaira benci hal itu!
Sejak ia beranjak remaja, sikapnya yang teramat bad membuat kedua orang tuanya sangatlah kecewa dan sampai sekarang ia masih belum bisa membahagiakan kedua orang tuanya. Itulah alasan Kaira kecewa dan tak suka saat mendengar perkataan kedua orang tuanya tadi, ia tak ingin menikah sebelum dirinya dapat membahagiakan kedua orang tuanya dengan ilmu agama dan ilmu akademik ataupun non akademik yang dimilikinya.
Kaira berjalan menuju kamar mandi dan mengganti pakaiannya menjadi pakaian santai, lalu ia memutuskan untuk tidur saja menenangkan hati serta pikirannya. Untung saja sebelum kedatangan Keyvan dan Maudy, Kaira sudah shalat isya' terlebih dahulu, jadi ia bisa tertidur dengan nyenyak sekarang agar bisa bangun di sepertiga malam nanti untuk mengadu kepada Tuhan yang Maha Kuasa.
Ya Allah, Ai yakin bahwa di balik semua ini ada hikmah yang dapat diambil. Semoga saja keputusan yang hamba ambil adalah keputusan yang terbaik untuk hamba, ayah, bunda, tante Maudy, dan Keyvan. Semoga saja apa yang menjadi impian hamba bisa terwujud melalui perjodohan yang terjadi kepada hamba saat ini, bantulah hambamu yang lemah lagi berlumur dosa ini ya Allah. Bantulah hamba–Mu! –batin Kaira sendu dan penuh harap pada sang pencipta.
To be continue ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisakah Aku Bahagia? (END)
Teen Fiction"Ayah, bunda, bisakah aku bahagia?" "Ayah, bunda, aku lelah. Bolehkah aku pergi menyusul kalian saja?" "Tuhan, bisakah aku bahagia? Walau sesaat saja, bisakah aku mendapatkan kebahagiaanku di dunia yang kejam ini?" "Tuhan, tak bisakah aku mendapatka...