"Rey, lo dipanggil bapak kepala sekolah tuh." Ucapan teman sebangkunya mengejutkan Reyhan yang saat itu sedang bersantai ria bersama Reno sang adik di depan kelasnya.
"Gue dipanggil pak kepsek? Ada apa, emang?"
"Gatau Rey, pak kepsek udah nunggu lo di ruang rapat tuh. Oh ya, jangan lupa ajak Kaira anak kelas sebelah dan Putra kakak kelas kita yang saat ini ada di ruang auditorium sekolah!" seru temannya yang diangguki oleh Reyhan.
"Reno, Abang ke ruang kepsek dulu ya. Kamu balik aja ke kelas kamu!"
"Okey, siap Bang Nandoku tersayang!"
Setelah kepergian Reno dari sana, Reyhan melangkahkan kakinya menuju kelas Kaira dan ruang auditorium sekolah untuk menemui bapak kepala sekolah. Entah hal apa yang akan dikatakan oleh pak kepala sekolah, akan tetapi dia yakin bahwa hal ini pasti berkaitan dengan mendiang orang tuanya, yaitu Mahesa Wirawan.
"Permisi."
"Iya, ada keperluan apa, ya?"
"Maaf Bu, saya hanya ingin memanggil Kaira karena ada hal penting yang ingin disampaikan. Bolehkah?" izin Reyhan.
"Oh, boleh kok. Silakan, Kaira harap ke depan ya!"
Tak lama bangkitlah Kaira dari duduknya menghampiri Reyhan dengan raut penuh tanya dan Keyvan yang kebetulan saat itu berada di kelas menatap Reyhan juga sang istri intens dengan berbagai pertanyaan yang muncul begitu saja di benaknya.
Siapa pria itu? Apa urusannya dengan Ferly? Dan kira-kira hal apakah yang membuat pria tersebut berani menemui istrinya? Serta, apa hubungan Ferly dengan pria itu?
Kira-kira itulah berbagai pertanyaan yang muncul di dalam benak Keyvan, ingin bertanya secara langsung kepada Kaira dan pria tersebut saat itu juga. Namun, ego juga gengsi menguasai dirinya dan ia pun tak ingin bertanya di kelas karena mau bagaimanapun semua murid di kelasnya tau bahwa hubungan pernikahannya dengan Kaira tidak bisa dikatakan baik-baik saja dan berada di ujung tombak.
Berakhirlah pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya bisa ia tahan dan kubur dalam benaknya tanpa bisa ia kemukakan, ingin bertanya di rumah ketika pulang nanti pun Keyvan takut bahwa nantinya Kaira akan mengabaikan dirinya kembali.
Back to Kaira and Reyhan
Kaira terus bertanya pada Reyhan mengenai alasan pria itu memanggilnya dan mengajaknya keluar kelas saat ujian sedang berlangsung, untung saja ia telah selesai mengerjakan ujian dengan baik dan benar. Jika tidak, mungkin Reyhan akan Kaira jadikan samsak dadakan karena sudah berani mengusik dirinya saat ia sedang fokus mengerjakan ujian.
"Ini sebenarnya Kakak mau aja saya ke mana, sih? Untung aja saya sudah mengerjakan ujian dengan baik, jika tidak ..., " Kaira menjeda ucapannya dan mengepalkan tangan kuat-kuat.
"Jika tidak, mungkin Kakak akan saya jadikan samsak dadakan!" imbuh Kaira mendengus kesal.
"Sudahlah diam! Kita harus ke ruang bapak kepala sekolah sekarang juga karena beliau menunggu kita di sana!" pungkas Reyhan.
Kaira hanya mendengus kesal mengikuti Reyhan dari belakang dengan sesekali menggerutu kesal, Reyhan yang mendengar gerutuan Kaira pun hanya terkekeh pelan. Satu hal yang ia ketahui, bahwa wanita di belakangnya ini sangat suka menggerutu dan mudah terpancing emosi.
Tok.
Tok.
Tok."Masuk!" seru kepala sekolah dari dalam.
Dapat Kaira dan Reyhan lihat bahwa di dalam sudah hadir guru-guru dan staf TU berkumpul, tak lupa juga Hanung yang sudah stand by di samping bapak kepala sekolah. Roni sang kepala sekolah mempersilakan Kaira dan Reyhan duduk di bangku yang sudah tersedia di samping Maudy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisakah Aku Bahagia? (END)
Teen Fiction"Ayah, bunda, bisakah aku bahagia?" "Ayah, bunda, aku lelah. Bolehkah aku pergi menyusul kalian saja?" "Tuhan, bisakah aku bahagia? Walau sesaat saja, bisakah aku mendapatkan kebahagiaanku di dunia yang kejam ini?" "Tuhan, tak bisakah aku mendapatka...