27. Menyerah

1.6K 57 0
                                    

Kaira berlari masuk ke dalam kamar dengan tubuh gemetar dan air mata yang beranak sungai di wajah cantiknya, ia berlari ke arah balkon kamar yang terletak di lantai dua rumah mereka. Walaupun terletak di lantai dua rumahnya, akan tetapi tinggi balkon tersebut tak dapat diremehkan karena jarak antara balkon dan tanah begitu tinggi hingga siapa pun yang melompat dari sana mungkin akan koma dalam waktu yang tak bisa diprediksi bahkan mengalami amnesia.

"Ayah, bunda, bisakah aku bahagia?"

"Ayah, bunda, aku lelah. Bolehkah aku pergi menyusul kalian saja?"

"Tuhan, bisakah aku bahagia? Walau sesaat saja, bisakah aku mendapatkan kebahagiaanku di dunia yang kejam ini?"

"Tuhan, tak bisakah aku mendapatkan cinta dan bisa bersamanya? Aku hanya ingin bahagia bersamanya seumur hidupku, tak bisakah kudapatkan itu?"

"Tuhan, aku ingin mati saja!"

"Hambamu menyerah, ya Allah ... hambamu menyerah! Hamba ingin menyusul ayah, bunda, dan keluarga hamba lainnya yang telah terlebih dahulu menghadapmu, hamba menyerah ya Allah ... hamba ingin mati saja!"

Kaira meraung dan menangis pilu mengeluarkan semua keluh-kesahnya sembari menatap langit bertabur bintang dengan tatapan sendu sirat akan suatu keputusasaan yang telah mencapai batasnya. Di sisi lain, Keyvan yang melihat kerapuhan Kaira hanya bisa menggumamkan kata maaf berkali-kali karena rasa bersalahnya pada Kaira hingga membuat istrinya merasa semakin hancur dan terpuruk.

"Ferly, maaf ... maafin aku ya ... maaf!" gumam Keyvan yang masih bisa didengar jelas oleh Kaira.

"Maaf?" ulang Kaira terkekeh sinis.

"Apakah maafmu bisa mengutuhkan kembali hatiku yang telah kau hancurkan, Mas? Apakah maafmu bisa mengembalikan nyawa Kylie di hidupku, Mas? Apakah maafmu bisa menyembuhkan dan menghilangkan semua memori akan kekecewaanku padamu, Mas? Tidak! Maafmu tidak bisa melakukan demikian, mau sekeras apa pun kau berusaha meminta maaf pun hal itu tak akan pernah bisa mengembalikan segalanya ke dalam keadaan semula!"

"Aku wanita bodoh, Mas ... aku sangatlah bodoh karena aku tidak mau mendengarkan ucapan bang Rey bahwa kau bukanlah pria terbaik untukku! Aku wanita bodoh karena bisa-bisanya aku tetap bersikeras mempertahankan pernikahan yang jelas-jelas tetap akan berakhir pada kehancuran jika suamiku saja tak mau membantuku mempertahankan hubungan ini!"

"Aku wanita bodoh karena bisa-bisanya aku berusaha mati-matian untuk membantumu berubah. Namun, akhirnya apa? Kau kembali menjatuhkan harga diriku sebagai seorang wanita dengan terus-menerus melakukan hubungan gelap di depan mata dan di belakangku, Mas! Akan tetapi aku bersyukur dan merasa lega ... karena apa? Karena Allah telah memberikanku jalan terbaik untuk kelanjutan pernikahan kita nantinya, yaitu dengan menyetujui usulan bang Reyhan, bang Hanung, dan mama untuk menggugat cerai dirimu di pengadilan semalam."

Deg!

Kaira mengangguk-anggukkan kepalanya dengan deraian air mata yang kian beranak sungai dari pelupuk matanya, kemudian dengan senyum miris yang tersirat rasa kepedihan mendalam sembari berkata. "Allah telah menunjukkan padaku, Mas. Allah telah menunjukkan padaku bahwa kau bukanlah pria-baik dan sholeh seperti yang kuketahui sebelumnya, Allah menyadarkanku bahwa takdir kita berjodoh itu sampai di sini saja dan tidak untuk kedepannya!"

Deg!

Lagi dan lagi Keyvan tertegun mendengar ucapan Kaira, tidak ... Kaira menyetujui perceraian ini? Itu artinya mau tidak mau hubungan pernikahan mereka memang benar-benar harus berakhir dan itu semua karena kebodohannya selama ini yang tidak bisa mengontrol emosi.

"Fer ... Ferly, Sayang ... kumohon jangan seperti ini ... kumohon ... jangan setujui perceraian kita, ya?"

"Alasan apa yang membuatmu tidak menginginkan perceraian ini, Mas? Karena kau belum puas menyakiti serta merendahkan harga diriku? Atau karena kau belum puas menjadikanku wadah penuntasan emosi dan nafsumu untuk selalu berbuat bejat padaku di saat kau sedang bermasalah dengan Nindy, iya?"

Bisakah Aku Bahagia? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang