30. Keputusan Mutlak Reyhan

1.3K 58 0
                                    

"Aira, setelah lo dan Keyvan resmi bercerai, hal apa yang akan lo lakuin?" tanya Rian saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Melanjutkan tujuan utama hidup gue sejak kecil, yaitu balas dendam!"

"Balas dendam?"

"Iya, gue akan balas dendam atas kematian keluarga gue dan membuat si tua bangka itu menyesal karena berani mengusik Keluarga Wirawan. Enak aja, di sini gue menderita setelah dia berhasil membantai keluarga gue dan di sana dia foya-foya dengan anak buahnya karena berhasil menyingkirkan pesaing bisnisnya. Gue gak akan biarin dia hidup tenang dan bahagia di luar sana!" sahut Kaira memancarkan dendam yang luar biasa.

"Tapi Kai, balas dendam bukanlah jalan terbaik dalam hal ini karena itu merupakan penyakit hati! Lagipula untuk laperin dia ke polisi apa lo punya bukti kuat yang membuktikan bahwa dia membantai habis-habisan keluarga lo walau bukan dalam waktu bersamaan?"

"Gue gak peduli! Siapa bilang gue akan laporin tua bangka itu ke polisi? Gue gak akan biarin dia di penjara karena uang bisa bertindak nantinya, tetapi que akan bawa dia ke tempat yang seharusnya dan itu adalah neraka!"

"Ya Allah Kaira, lo bunuh dia itu sama aja lo dengan dia yang merupakan pembunuh!"

"Gue tau, tetapi gue akan buat dia merasakan bagaimana rasanya kehilangan orang yang kita sayang sebelum dia menemui ajalnya. Gue udah punya bukti kalau dialah orang yang sudah membunuh kedua orang tua gue dan tugas lo, yaitu lo ajak anak-anak gengster untuk menyusup ke rumah dan markas pria tua bangka itu untuk mengumpulkan bukti kalau dia memanglah dalang dari penyerangan juga aksi sabotase yang mengakibatkan Opa Rudholf, mami, dan papi meninggal!"

"Dan gue yakin seratus persen kalau lo serta anak-anak merindukan misi dari gue yang sangatlah menantang, kita memang bukanlah organisasi mafia atau detektif. Namun, kita hanyalah sebuah gengster motor yang sangat menyukai aksi penyerangan dan penyusupan yang menantang."

"Akan tetapi aksi dan rencana lo ini bisa membahayakan diri dan anak-anak lo, Kaira!"

"Gue bisa jaga diri dan selalu menjaga anak-anak! Selain menjaga mereka, tujuan hidup gue bukan lagi mempertahankan pernikahan gue dengan Keyvan, melainkan hanya untuk balas dendam dan gue gak terima pendapat siapa pun karena Keputusan gue sudah mutlak!"

Rian tak dapat berkata lagi, sikap keras kepala Kaira begitu kental untuk membalaskan dendamnya. Sebagai sahabat baik, Rian hanya bisa pasrah dan selalu mendoakan yang terbaik untuk Sahabatnya ini.

"Gimana cara lo balas dendam? Bukankah dalam waktu dekat ini, lo akan pergi ke Belgia?"

"Sebelum kepergian gue ke Belgia, pria tua bangka itu harus mati di tangan gue atau sederhananya dia sudah merasakan apa yang gue rasakan selama ini, yaitu kesengsaraan dan kehancuran hidup!"

Kaira tersenyum devil membayangkan bagaimana raut ketakutan serta keputusasaan hidup seseorang yang sudah menghancurkan hidupnya. Membayangkannya saja sudah semenyenangkan ini, bagaimana saat ia melakukannya nanti? Pasti sangat seru!

Rian menggelengkan kepalanya dan menghela napas panjang, entah mengapa ia tak bisa menghentikan aksi Kaira yang sudah termakan rasa balas dendam.

Dia berharap, aksi balas dendam Kaira ini segera terhenti apa pun dan bagaimana pun caranya karena ia tak ingin sahabat yang amat ia sayangi ini terjerumus ke dalam lubang kesesatan yang bisa menyebabkan Allah murka pada wanita tersebut.

"Udah sampai!" Seruan Rian membuat Kaira buru-buru masuk ke dalam karena Keenan sudah lama terlelap di dekapan hangatnya.

"Padahal di lagi gendong anak dan lagi hamil loh, jalan buru-buru gitu gak takut anaknya bangun lagi atau kandungannya kenapa-napa, yah? Heran banget dah, kok gue bisa punya sahabat sebar-bar itu, sih?" monolog Rian saat melihat aksi Kaira.

"Kaira, ya Allah Sayang ... kenapa kamu buru-buru gitu, sih? Ingat, Nak ... kamu lagi hamil dan lagi gendong anak kamu!"

Sayup-sayup Rian mendengar pekikan Dina dari dalam rumah, ia yakin bahwa saat ini Kaira hanya bisa mengentikan langkah dengan wajah yang cengengesan tak jelas saat menyadari kebodohan yang dilakukan wanita itu.

Rian tau betul bagaimana watak dan kelakuan Kaira karena ia tidak bersahabat dengan Kaira baru-baru ini, melainkan sudah sejak dirinya masuk ke dalam lingkup sekolah dasar ia mengenal Kaira.

***
"Kenapa, Mommy? Kok teriak-teriak gitu, sih?" tanya Reyhan menuruni tangga dengan pakaian formalnya.

"Ini nih, adik kamu bikin Mommy jantungan karena ulahnya! Bayangin aja gimana copotnya jantung Mommy pas lihat adik kamu yang lari-lari kecil masuk rumah dalam keadaan hamil dan lagi bawa Keenan!" kesal Dina mengadu pada putranya.

"Ya Allah Sayang ... lain kali jangan gitu lagi, ya? Kasian Mommy harus mati muda nantinya," nasehat Reyhan yang diangguki oleh Kaira.

"Kamu bersiap gih, nanti malam kita semua akan take off ke Belgia!"

"What? Abang Rey bercanda, ya?"

"Nothing! Abang serius sama ucapan Abang, dan ini keputusan yang sudah Abang, Mommy, Hanung, mama, dan anggota keluarga kita lainnya sepakati bersama."

"Tap ... tapi .... "

"Gak ada tapi-tapian, Sayang ... Mommy dan abang-abang kamu, serta yang lainnya sudah menyepakati bersama keputusan ini. Ini keputusan mutlak Abang Reyhan! Kita menyepakati ini karena kita gak mau mau semakin terluka dan tersakiti karena ulah suami kamu itu, Sayang. Jadi kamu mau, ya? Rian akan ikut bersama kita semua sesuai permintaan kamu!"

"Loh, kok Rian harus ikut juga, Tante?"

"Panggil Mommy aja bisa, Rian?"

"Okey maaf Mom, akan tetapi kenapa Rian harus ikut ke Belgia juga?"

"Ya karena gue butuh lo untuk membantu memenuhi apa yang gue minta nantinya, nanti gue pasti gak bisa jalan ke mana-mana karena keadaan dan pastinya kalau gue lagi sendiri di rumah pun lo yang harus turuti kemauan gue nantinya. Apakah dapat dipahami, wahai Mas Rian tersayang?" celetuk Kaira.

"Gue ke sana ikut merantau atau jadi babu? Miris amat hidup gue, punya sahabat akhlaknya hilang kek Fizi. Sungguh meresahkan!"

"Keduanya kok, tapi lebih dominan jadi babu karena lo udah kenal lingkup Belgia selama bertugas menjalankan misi dulu. So, lo harus terima nasib jadi babu gue selama setahun!"

"Udah, jangan bicara lagi dan cepat persiapkan segala hal yang kalian perlukan sekarang juga!" tegas Dina yang dipatuhi oleh semuanya.

"Mom, semoga keputusan kita ini adalah keputusan terbaik untuk Kaira dan anak-anaknya, ya. Rey gak akan bisa lihat adik kesayangan Rey terus-menerus tersakiti dan menderita seperti ini."

"Aamiin ... Mommy pun berharap demikian, Nando. Yaudah, sebaiknya sekarang kamu ke kantor dan selesaikan semua masalah yang terjadi sebelum keberangkatan kita malam nanti!"

"Baik Mommy, Rey titip Kaira dan keponakan-keponakan Rey, ya? Rey berangkat dulu, assalamualaikum!"

"Siap kalau itu, waalaikumussalam."





Bersambung....

Bisakah Aku Bahagia? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang