15. Rapuhnya sang Permata

1K 66 0
                                    

Beberapa minggu setelah kematian orang tuanya, mereka –Kaira dan Hanung kembali bersekolah– walau hati mereka yang masih tak dapat menerima kepergian empat orang yang amat ia cintai dalam satu waktu.

Namun, saat Kaira baru saja memasuki gerbang sekolah ada hal yang berbeda dari siswa dan siswi di sekolahnya saat ini, banyak sekali tatapan sinis, jijik, dan cemoohan yang ditujukan kepadanya. Entah apa yang terjadi selama dirinya tidak masuk sekolah hingga banyak sekali tatapan dan hinaan yang menyakitkan yang diberikan seluruh warga sekolahnya.

Berbagai hujatan serta hinaan yang dilontarkan murid sekolah mengiris hati kecil Kaira yang hancur, tanpa sadar mata indah itu mulai berkaca-kaca siap membelai wajah lugu nan polosnya.

Gue gak nyangka banget sumpah, si Kaira yang kalem itu ternyata simpenan Keyvan dan dia juga merupakan wanita bayaran Keyvan.

Wanita bayaran gimana maksud lo?

Masa lo gak tau, sih? Wanita bayaran yaa wanita yang dibayar untuk memuaskan hasrat pria itu loh. Lo paham, 'kan?

Seriusan lo? Gak nyangka banget gue astaga! Murid kesayangan guru di sekolah ternyata adalah cewek murahan, anjir gak nyangka gue!

Cukup sudah! Kaira tak sanggup menerima hujatan serta hinaan siswa-siswi sekolah ini, tak bisakah mereka menyaring terlebih dahulu sebelum men-sharing sebuah berita?

Bukankah mereka semua pandai dalam segala hal? Mengapa berita hoaks ini dapat begitu saja mereka percaya? Tak disangka, ternyata selama ia tak masuk banyak hal yang telah ia lewatkan.

Mas Cio, kenapa kamu tega memfitnah aku seperti ini? Di mana janji kamu untuk tidak membuatkan bersedih hati, mas? Kamu munafik mas, kamu gak bisa memegang janji yang telah kamu berikan padaku. Apa salahku padamu, mas? Tak adakah sedikit saja rasa untuk menghargai diriku sebagai istri dalam dirimu? -batin Kaira sendu.

Tak sanggup lagi mendengar hujatan siswa-siswi di sini, Kaira berjalan sedikit tergesa-gesa menuju kelasnya. Semoga saja teman sekelasnya itu tak mempercayai rumor yang beredar di sekolahnya. Ya ... semoga saja!

"Assalamualaikum," salam Kaira saat memasuki kelas.

"Wa'alaikumussalam, akhirnya lo masuk sekolah juga Kai! Semangat yaa, kita yakin lo bisa hadapi segala cobaan ini! Kita percaya sama lo, karena kita udah tau hubungan lo dengan Keyvan. So, lo gak perlu khawatir kita kemakan rumor murahan ini."

Kaira tersenyum tipis, akhirnya masih ada orang yang mempercayai dirinya dan tak termakan rumor hina yang entah siapa dalangnya. Ia pun bersyukur mereka masih mau berteman dengannya setelah mengetahui status barunya saat ini.

"Thanks guys, tanpa kalian mungkin gue udah terlihat sangat menyedihkan saat ini."

"Sans ae Ai, kita itu bukan hanya temen sekelas, akan tetapi kita juga keluarga kedua lo yang bisa lo gunakan sebagai tempat berbagi cerita. Ya gak, guys?" tutur Fadlan yang diiyakan oleh teman sekelasnya.

"Sekali lagi terima kasih."

Mereka mulai memeluk Kaira erat, akan tetapi pelukan itu berlaku bagi murid perempuan saja karena untuk yang laki-laki, mereka bukanlah mahram Kaira. Setelah Kaira tenang, mereka melepas pelukan itu dan Kaira menanyakan hal yang batu saja teman-temannya katakan tentang ia juga Keyvan.

"Oh yaa bay the way, kalian tau dari mana hubungan gue sama Keyvan?" tanya Kaira saat hatinya mulai tenang.

"Oh, itu... kita interogasi sahabat lo untuk kebenaran rumor ini pas pertama rumor buruk ini beredar di sekolah. Jadi ya ... gitu deh," jelas Siska salah satu teman sekelas Kaira.

"Dan Kai, kenapa lo gak masuk selama beberapa minggu ini? Mana bu Maudy juga gak masuk barengan sama lo lagi, pas kita tanya Keyvan tu cowok malah cuek bebek aja. Jadi dapat kita simpulkan akar masalah dari rumor ini yaa suami lo si Keyvan itu! Karrna rumor itu beredar bukan dengan kata-kata atau foto belaka, tetapi beredar melalui video Keyvan yang pas lagi sama lo dan Nindy di suatu rumah kalau gak salah."

Deg!

"Jadi ... pas gue baru pulang dari rumah saudara gue, ada yang videoin hinaan Keyvan di hadapan Nindy? Namun, kira-kira siapa ya?"

"Kita akan bantu lo untuk selidiki hal ini, Kai. Lo tenang aja, ya!"

"Dan untuk masalah gue yang lebih milih diam aja pas Keyvan selingkuh bahkan bermesraan dengan Nindy di depan mata gue sendiri ya ... karena kalau gue ngelabrak dan marah-marah ke mereka pun hasilnya akan sia-sia juga, Rin. Kenapa gitu?"

"Ya sebab selama ini yang mempertahankan hubungan sakral ini hanyalah gue seorang, guys. Mas Cio sama sekali gak pernah berusaha untuk mencoba mempertahankan hubungan ini karena dia memang gak suka sama gue."

"Kaira, rasa suka dan cinta akan hadir karena terbiasa bersama. Itu udah hukum alam, Kaira!"

"Rasa itu tak akan pernah hadir jika kita tak mau berusaha membuka hati untuk pasangan kita dan rasa itu tak akan pernah bisa hadir serta tumbuh jika kita bersama pada malam hari saat gue udah terlelap. Kalau kaya gitu, apa yang bisa gue harapin dari hubungan ini? Gak ada sama sekali!" tandas Kaira tersenyum miris.

"Tu ... tunggu, maksud lo Keyvan gak pernah pulang ke rumah setiap harinya atau mungkin jika di rumah ia hanya akan menjauh dan terus menjauhi diri lo?"

"Hm... ya, itulah kenyataannya. Bersyukur gue punya kesibukan tersendiri, yaitu gue punya sebuah cafe yang sudah mulai beroperasi sejak dua minggu lalu dan alhamdulillah sekarang cafe itu rame. Nanti gue ajak kalian semua ke cafe gue deh, kalau kalian semua gak sibuk. Kalian mau, 'kan? Entar gue gratisin dah khusus kalian semua, gimana?"

"Nah... ini baru sohib kita nih, kalau ada usaha kek cafe gitu emang alangkah baiknya traktiran gini. Kalau bisa sih seminggu sekali," ucap Fadlan yang langsung mendapat sorakan oleh teman sekelasnya.

"Yee lo mah, kalau udah denger yang namanya traktiran gercep banget. Niksim lo!"

"Niksim? Apaan tuh Liz?"

"Miskin, cyahahaa...."

"Wahhh sabi tuh kata dicoba untuk nistain si Fadlan and the gengk!"

Mereka semua tertawa lepas melihat wajah Fadlan yang amat menyedihkan karena selalu ternistakan oleh teman sekelasnya. Inilah kelas Kaira, kelas yang penuh akan toxic, kekeluargaan, kompak, serta solidaritas yang tinggi hingga banyak sekali murid dari kelas lain iri melihat kekompakan mereka semua.

Namun, kebahagiaan mereka harus terganggu karena suara langkah kaki banyak murid yang berlari secara tergesa-gesa menuju lapangan sekolah. Penasaran akan hal yang terjadi, akhirnya Siska berjalan cepat ke arah pintu kelas dan menghentikan salah satu siswi di sana.

"Eh, ada apaan sih rame-rame? Kok kalian semua pada lari-larian gak jelas gitu sih?"

"Itu Sis, Putra anak XII IPS 2 sama Keyvan ketua kelas kalian berantem di lapangan sekolah. Jadi kita mau ke sana untuk lihat pertarungan mereka berdua, gue duluan ya!"

"Lah, Putra itu siapa sih? Apa masalah dia sama Keyvan? Kok bisa berantem?"

"Kenapa Siska? Ada apa?"

"Itu guys, kata cewek tadi sih Keyvan sama Putra anak kelas XII IPS 2 lagi berantem di lapangan sekolah. Makanya mereka semua pada ke sana."

Brugh!

Setelah mendengar nama abang dan suaminya yang sedang berkelahi di lapangan sekolah, Kaura langsung bangkit dari duduknya dan berlari ke arah lapangan sekolah untuk menghentikan perkelahian dua pria itu yang pasti karena dirinya tanpa memedulikan teriakan dari teman sekaligus sahabat-sahabatnya.

Benar saja. Saat Kaira baru saja sampai di lapangan, tampak banyak sekali murid yang berkumpul di pinggir lapangan melihat pertarungan Keyvan dan Hanung tanpa berniat membantu mereka sedikit pun.

"Berhenti!"

Bersambung....

Bisakah Aku Bahagia? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang