Kenalkan, namanya Liyana Azka Zahirah, terlahir dengan paras cantik, juga berasal dari keluarga agamis dan berstatus sosial yang baik. Dia tumbuh dalam keluarga Cemara, dimana kedua orangtuanya sangat menyayangi dan bertanggung jawab, memiliki seorang Abang yang usianya terpaut 3 tahun saja. Kalau kita lihat, kehidupan Zahirah memang sangat membuat iri bukan?
Namun, roda kehidupan akan selalu berputar. Tidak ada yang namanya kebahagiaan itu selamanya, setiap manusia pasti akan menemui sebuah permasalahan untuk mendewasakan manusia tersebut. Begitu juga kisah dari Zahirah, akan ada banyak batu-batu yang menjadi hambatannya.
Zahirah dikenal sebagai gadis periang, namun dia juga memiliki sosok tegas dalam dirinya. Tak heran Zahirah menjadi kesayangan keluarga. Dicintai dan disayangi merupakan berkah yang diterima oleh gadis itu. Tujuan hidupnya tak ada yang muluk-muluk hanya ingin kuliah sesuai keinginannya dan juga memberi banyak manfaat untuk orang sekitarnya.
Kisahnya dimulai pada tanggal
2 Agustus 2018
Pagi yang cerah dimana dunia dimulai dengan semestinya. Begitu pula kehidupan Zahirah. Kebiasaan bangun untuk melaksanakan sholat tahajud dan shubuh tepat waktu sudah dijalani Zahirah sejak SD kelas 4 hingga sekarang. Dan sudah menjadi habbit untuknya.
Suara gemericik air terdengar dari kamar mandi yang ada didalam kamar Zahirah. Gadis itu sedang mengambil air wudhu, untuk melaksanakan sholat tahajud. Mukenah berwarna toska selalu tergantung didalam lemari milik Kinara, mukenah pemberian abangnya pada hari kelahiran Zahirah satu tahun yang lalu. Mukenah itu cukup mengobati rasa rindu pada abangnya yang tengah merantau untuk menempuh pendidikan.
Zahirah membuat jadwal aktivitas wajib yang selalu dia lakukan, dia menuliskan pada sebuah kertas dan menempelkan kertas tersebut dimeja belajarnya. Mulai dari sholat tahajud, tadarus Qur'an, sholat subuh, setelah sholat setidaknya 5 menit untuk membaca Alquran.
Seperti sekarang, selepas sholat tahajud Zahirah tidak langsung tidur, melainkan membaca Alquran sembari menunggu adzan subuh berkumandang.
"Shodaqollahul adzim..."
Tepat saat adzan subuh Zahirah mengakhiri tadarus Al-Qur'an.
Gadis itu turun menuju musholla yang ada dirumah, untuk sholat berjamaah bersama ibunya. Ayahnya pergi sholat berjamaah di masjid dekat rumah. Di musholla sudah ada ibundanya, senyum manis itu selalu menjadi penyapa pagi Zahirah.
Usai sholat Zahirah segera kekamar untuk bersiap, karena dia masih siswa SMA yang harus pergi ke sekolah sebelum jam 7.00 wib. Jika terlambat maka akan ada hukuman menanti. Rok abu-abu panjang semata kaki, kaos kaki putih panjang sampai dibawah lutut, celana dobel panjang diatas mata kaki, baju putih dengan bet SMA Antartika, hijab Paris dengan logo sekolah di bagian belakangnya, dasi abu-abu serta topi abu-abu. Itulah atribut yang harus dikenakan Zahirah pada hari Senin. Jika terlewat satu saja, maka dia akan dijemur selepas upacara. Untuk perlengkapan buku-buku dan alat tulis sudah disiapkan tadi malam selepas belajar.
Zahirah sudah siap, saatnya turun untuk sarapan. Kamarnya terletak dilantai 2 bersebelahan dengan kamar abangnya yang saat ini sedang kosong. Tangan kanan membawa tas dan tangan kiri menenteng sepatu hitam. Senyum cerah seperti biasanya tampak diwajah cantiknya, belum lagi sapaan pagi yang dia layangkan kepada kedua orangtuanya.
"Selamat pagi semuanya...."
Kinara mencium pipi ibunya kemudian duduk disebelah sang ibu.
"Jadi pagi ini ibu doang yang dapet kiss pipi? Ayah gak dikasih?"
"Hehehee, Ara lupa yah"
Zahirah menghampiri ayahnya kemudian memberikan kiss pagi sama seperti yang dia lakukan pada ibunya tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
So, I Married with My Lecturer
Ficção AdolescenteDalam sebuah keluarga yang kental akan agama, tumbuh seorang gadis cantik nan baik yang merupakan putri bungsu keluarga tersebut. Gadis kecil yang bermimpi mengajar ditempat ia mengaji, namun siapa sangka saat beranjak dewasa ia diangkat sebagai ten...