(26) UNTOLD: One step stronger

159 23 0
                                    

Finn merebahkan punggungnya di kasur sebentar. Finn tidak berbohong pada Ares. Ia, Yoshi, dan Karin memang harus mengurus beberapa surat dan hal lainnya bersama Una. Mereka berempat baru sampai ke rumah beberapa menit lalu, Una akan menginap di rumah mereka malam ini. Mungkin sampai beberapa hari ke depan, karena ia ingin menjaga adik-adiknya. 

Finn mengambil ponselnya yang ia letakkan di nakas, kemudian menyalakannya. Baru beberapa detik dinyalakan, satu notifikasi langsung menarik perhatiannya.

+620831XXXXXXXX
Pulang
Dalam 5 menit kamu ngga disini, saya habisin kamu

Finn langsung mengambil hoodienya dan berlari keluar dengan terburu-buru. Ares yang sedang membuat mie di dapur sontak kebingungan melihat tingkah kakaknya.

"Kak, kenapa??"

"Res, gw harus balik sekarang, bilang Mba Una, Nana sama Mochi ya. Gw jalan dulu"

"Iya tap-" tidak sempat Ares menyelesaikan kalimatnya, Finn sudah keluar rumah lebih dulu.

"Deon pasti, awas aja.."
































































































Kaivan, Saschya, dan Yesa sudah berkumpul di ruang tengah mansion keluarga Ganendra. Mereka menunggu kepulangan sang tuan rumah. Sejak pergi dari pesta malam itu, Finn belum pulang. Bahkan mengabari di chat saja tidak. Yesa sudah menanyakan pada Karin, Yoshi, juga Varo, bahkan Ares juga, tapi tidak ada satupun yang menjawabnya. Awalnya ia berencana untuk datang ke Laluna tadi siang, tapi ulangan mendadak membuatnya tidak bisa bolos sekolah.

"Ini yang punya rumah kemana si??" Tanya Yesa yang masih sibuk menelfon Finn walaupun tetap tidak ada jawaban, tapi sekarang telfonnya tersambung setelah berjam-jam berada di luar jangkauan. Saschya juga tidak bisa menutupi kekhawatirannya, ia belum cukup mengenal Finn. Tunangannya itu memang lebih tertutup daripada Kaivan, sehingga ia juga tidak bisa membantu banyak.

"Kai, lu ngga tau tu bocah kemana??"

"Bukan urusan gw," kata Kaivan ketus sambil memainkan ponselnya.

Yesa dan Saschya hanya bisa mengumpat dalam hati, bagaimana bisa saudaranya belum pulang hampr 2 malam dan makhluk di depannya ini santai saja?

"Kai, kalau ni bocah kenapa-kenapa gimana?"

"Ya udah gapapa, sakit tinggal bawa ke rumah sakit, mati tinggal kubur, beres kan?" Kata Kaivan masih dengan nada ketusnya. Ayolah, ia mengantuk tapi Yesa dan Saschya menahannya di ruang tamu sampai Finn pulang.

"Kamu sembarangan banget sih!" Protes Saschya.

"Heh, dia kan tunangan lu, lu lah yang harus perhatiin. Gw mau tidur, badan gw remuk tau ga 2 hari nungguin dia ga balik-balik. Lagian dia udah gede, ntar juga pulang, kenapa si lu bedua?" Kata Kaivan kemudian beranjak dari duduknya, namun tangan Yesa lebih cepat menahannya.

"Ngga boleh tidur, sebelum Finn pulang," kata Yesa dengan tatapan tajamnya.

"Terus kalau dia ngga pulang-pulang kita tidur subuh kayak kemaren lagi?" Balas Kaivan.

"Seenggaknya kita tunggu bentar lagi. Coba lunakin hati lu sedikit kenapa sih? Khawatir kek sama sepupu lu," kata Yesa.

"Lu kok perhatian banget? Jadi tunangan dia aja sana, jangan sama gw," kata Kaivan, ia menatap gadis bermata kucing itu nyalang.

Yesa menggeram kesal, gadis itu menarik Kaivan kembali duduk di sofa dan mengangkat dagu cowok itu dengan telunjuknya.

"Kalau bisa gw atur sendiri, gw juga lebih baik ngga berurusan sama lu," kata Yesa tajam.

UNTOLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang