(21) UNTOLD: LA LUNA

168 23 0
                                    

Laluna, rumah yang menjadi tempat tinggal bagi 7 orang anak, well 8 harusnya tapi yang satu tidak bisa selalu tinggal di sana karena harus tinggal bersama papanya untuk menutupi keberadaan anak-anak lainnya di sana.

Rumah besar yang dibeli dari hasil keringat tuan muda paling kecil keluarga Ganendra itu sedang sibuk sekarang. Seorang gadis cantik melangkahkan kaki jenjangnya mondar-mandir untuk mengatur barang-barang. Sedangkan dua orang pemuda kini tengah menyapu lantai, pemuda bermata sipit menyapu lantai 1 dan pemuda berbibir sedikit tebal menyapu lantai 2.

"ASSALAMU'ALAIKUM JENAR PULAAANG"

"GIAN JUGA," kedua bocah itu langsung menghampiri Yoshi yang sedang menyapu kemudian mencium tangannya dan setelahnya barulah beralih ke Karin.

"Wa'alaikumsalam Jenar, Gian. Kalian langsung mandi ya, terus bantuin beres-beres Bu Sari sebentar lagi datang," kata Karin.

"Iya"

"Kak Eja mana??" Tanya Jenar.

"Lagi nganter Shilla terapi dulu, sebentar lagi pulang paling"

Jenar mengangguk, "Kak Na tau ga?? Tadi masa Gian ngutang seblak"

"IH JENAR JANGAN BOCOR"

"Oh ya?? Terus gimana??"

"Ya begitu, dia mau beli seblak tapi uangnya cuman 2 rb, harga seblaknya 8 rb. Untung abang baik, jadi boleh bayar 2 rb dulu, 6 rbnya besok"

Karin dan Yoshi tertawa, "Kok bisa sih Yan??"

"Ya kan Gian pikir uangnya masih ada, taunya ngga. Seblaknya udah keburu dibikinin sama abangnya."

"Ada-ada ajasih Yann.. ya udah kalian mandi sana. Abis itu Jenar bantuin Nana, Gian bantuin Mochi sama Owen ya"

"Okeeee.." kedua anak kelas 6 SD itu segera berlarian ke kamar masing-masing dan menuruti perintah Karin.

Karin kembali fokus pada kegiatan pindah-memindahkam barangnya hingga ia menangkap seorang anak yang sedang berjalan memasuki rumahnya dengan wajah tertunduk.

"Ares??"

"Sore kak, Ares langsung ke atas ya, Ares capek," kata Ares. Karin memandang Ares bingung, tidak biasanya anak itu murung. Biasanya pemuda itu akan berlari menghampiri Karin dan menanyakan menu makan malam untuk hari ini, tapi tadi ia bahkan tidak menghampiri Karin dan Yoshi untuk sekedar salam.

Yoshi dan Karin saling bertatapan sebentar sampai akhirnya keduanya mengendikkan bahunya bersamaan.

"Nanti gw coba ngomong sama Ares, gw beresin ini dulu," kata Karin.

"NANA, INI SHENA MINTA GANTI PERBAN GW KAGAK NGERTI," kata Varo dari atas.

"BENTAR GW BERESIN INI DULU, LU SURUH AJA SHENA SIAPIN PERBANNYA"

"OKE"

Tak berapa lama, Karin sudah selesai mengurus barang-barang, ia segera menuju kamar Shena untuk mengganti perbannya, maksudnya setelah mengganti perban Shena barulah ia ke kamar Ares untuk bicara pada anak 15 tahun itu, tapi semua rencananya hancur karena orang yang mereka tunggu sudah terlanjur datang.

Akhirnya ia langsung turun ke bawah dan menyambut para tamu yang sudah datang.

"IBUUU..."

"Rinaaaa, aduh cantiknya ibu. Ga ketemu berapa hari kok makin cantik sih??"

"Rina emang cantik dari dulu bu," kata Karin dengan percaya dirinya.

"Ah kamu, masih aja," kata Bu Sari sambil tertawa.

"IBU IBU IBU IBU..."

"Mochiiiiii," sapa Bu Sari kemudian memeluk Yoshi erat.

"Kamu kok makin tirus sih?? Baru berapa hari ga ketemu. Pipi mochinya jadi ilang," kata Bu Sari.

UNTOLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang