(38) UNTOLD: Madness

208 23 10
                                    

"Dek, aku tinggal bentar ya. Aku harus ngambil barang-barang aku yang ketinggalan di temenku. Dia cuman transit doang di sini soalnya"

Finn hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

"Jangan kelamaan main hp-nya, nanti malah makin pusing"

"Iyaa"

"Kalau ada apa-apa langsung telfon kakak aja ya, di rumah ngga ada siapa-siapa soalnya. Bibi lagi pada pulang"

"Iya kakaaaak"

"Ya udah aku jalan dulu, bentar doang kok. Istirahat ya"

"Iya"

Setelah memastikan semua yang kira-kira akan diperlukan adiknya sudah lengkap, barulah Elvina pergi.

Finn mematikan ponselnya setelah Elvina pergi. Benar yang dikatakan kakaknya, melihat layar terlalu lama membuatnya pusing. Ia merebahkan tubuhnya dan bersiap untuk tidur, tapi suara berat yang tiba-tiba muncul membuatnya terkejut bukan main.

"Enak banget ya udah ada yang jagain sekarang"

Finn menoleh ke asal suara dan mendapati kakeknya berdiri di ambang pintu sambil tersenyum miring ke arahnya.

"Tapi sekarang, yang jagain ngga ada. Di rumah besar ini, cuman ada saya sama kamu"

"Kamu tenang aja, saya bakal bikin kamu sehat lagi dan ngga akan pernah sakit lagi selamanya. Kamu akan bahagia setelah ini," kata Deon dengan seringaian yang tetap tercetak di wajah keriputnya.

Deon berjalan mendekati Finn.

"Cucuku yang malang atau harus saya bilang putraku?"

Mata Finn terbelalak kaget, apa tadi? Putra?

"Kenapa kaget sayang? Bukannya harusnya kamu seneng? Akhirnya kamu bisa ketemu ayah kandungmu?"

"A-ayah? Maksud kakek apa?"

Deon tertawa keras, "Ngga percaya, sini ikut saya"

Pria tua itu menarik Finn kasar dari kasurnya tanpa memperdulikan bahwa anak itu sudah oleng karena pergerakan yang terlalu tiba-tiba. Deon menarik Finn ke ruang tengah kemudian menunjukkan beberapa kertas yang tergeletak di meja.

"Nih, lihat," kata Deon sambil menyerahkan selembar kertas yang Finn yakini adalah hasil tes DNA.

"99%?" Gumam Finn saat membaca hasil tes itu. Di kertas itu tertulis namanya dan nama Deon dengan beberapa data-data yang tidak Finn pahami. Tapi kesimpulan di bawahnya menyatakan bahwa kemungkinan Deon adalah ayah biologis Finn adalah 99%.

Deon kembali tertawa, kali ini lebih mengerikan dari sebelumnya.

"Kamu pikir saya nyiksa kamu hanya karena kamu ngga berguna dan udah bikin Zayyan gila?"

Deon mendekat ke arah Finn yang masih terkejut dengan fakta yang baru ia ketahui. Kepala keluarga Ganendra itu mencengkram dagu Finn kemudian mendongakkannya hingga mata mereka bertemu.

"Denger saya baik-baik Finn"

"Saya harusnya berterimakasih sama kamu, karena berkat kamu Zayyan mendapat hukuman yang seharusnya ia dapat tanpa saya perlu memberikannya"

"Itu akibatnya karena dia sudah merebut Rosa dari saya"

"Tapi saya juga harus menghukum kamu karena kelahiran kamu menyebabkan kematian satu-satunya orang yang saya cintai"

"Kamu sudah membunuh milik saya. Harusnya kamu ngga ada. Harusnya Rosa dengerin kata saya untuk gugurin kamu dari awal"

"Kalau aja dia dengerin saya saat itu, dia masih ada di sini sekarang sama saya"

UNTOLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang