(11) UNTOLD: D-Day

204 29 0
                                    

Seminggu sudah berlalu, hari pertunangan pun tiba. Seminggu kemarin telah menjadi minggu yang sibuk bagi Finn maupun Kaivan. Keduanya sibuk dengan persiapan pertunangan mereka. Ditambah tugas sekolah mereka yang terus berdatangan tanpa henti. Sebentar lagi UAS makanya banyak tugas-tugas yang harus mereka kerjakan.

Finn menatap pantulan dirinya di cermin kemudian menghela nafas pelan. Ia melihat dirinya dengan setelan tuxedo hitam dan rambutnya yang baru saja di cat cokelat karena permintaan sang nenek beberapa hari lalu. Rasanya sangat asing, seperti bukan dirinya. Tapi bukankah Finn memang sudah kehilangan dirinya sejak kecil?? Sudahlah..

Harusnya pertunangan ini tidak mengganggu pikirannya, ia hanya perlu menuruti sang kakek seperti biasa dan tetap melindungi adik-adiknya. Itu seharusnya mudah untuk seorang Finn Ganendra, tapi ntah mengapa untuk membuka mata pagi tadi saja rasanya sangat berat.

"Ck.. gini doang nangis," Finn tertawa kemudian menghapus air matanya kasar. Untunglah make up yang dipakaikan diwajahnya sekarang anti air, jadi ia bisa menangis tanpa perlu mengulang make upnya.

"Dinikahin paksa lebih baik daripada lu harus kehilangan Laluna sama Asaneoma Ra. Ini ngga seberapa, Saschya juga ngga buruk. Jangan cengeng," katanya berusaha menghibur diri sendiri yang ada di cermin. Untunglah ia hanya sendirian di ruangan ini, Kaivan berada di ruangan sebelahnya. Sedangkan Saschya dan Yesa berada di sisi lain gedung. Memang mereka sengaja dipisahkan, memang begitu tradisinya sejak dulu, perempuan dan laki-laki yang akan menikah ataupun bertunangan tidak boleh bertemu selama 3 hari sebelum hari acara.

Cklek

Finn cepat-cepat menghapus air matanya yang kembali turun kemudian menoleh ke pintu masuk. Sudah ada Juna dan Selena di sana, mereka diperintahkan untuk menyiapkan adik mereka masing-masing. Elvina tidak bisa pulang, sidangnya hanya bisa dipercepat hingga hari ini, sehingga ia baru bisa pulang 3 hari setelah acara pertunangan ini, makanya Juna berada disini untuk menggantikannya.

"Widih, uri adek ganteng banget," goda Selena.

"Gw tinju muka lu ya"

"Aww serem... eh iya dek, Kai mana??" Tanya Selena. Finn menunjuk sebuah pintu cokelat tempat dimana Kaivan berada, kemudian Selena langsung masuk ke sana.

Juna berjalan mendekat ke arah adik dari kekasihnya ini. Mungkin Selena tidak menyadarinya, tapi Juna sadar. Remaja di depannya ini baru saja menangis, matanya masih sedikit berkaca-kaca, ditambah bekas air mata yang belum sepenuhnya hilang.

Pemuda tinggi itu tersenyum hingga matanya membentuk sabit kemudian merengkuh remaja di depannya.

"You're doing really great brother, so proud of you," bisik Juna.

Finn tersenyum kemudian mengeratkan pelukannya, ia tidak bisa berbohong ia membutuhkan pelukan seseorang sekarang. Ia tidak bisa mengundang adik-adik bahkan ibunya, kakaknya juga tidak bisa datang. Sedangkan papa-nya pasti sudah sibuk menyapa para tamu di luar.

"El ga bisa peluk lu, jadi biar gw wakilin dia"

"Makasih bang"

"Ga perlu makasih Ja. Kalaupun El bukan pacar gw, lu tetep gw anggap kayak adek gw sendiri kayak Nana dan Mochi"

"Makasih udah bertahan sejauh ini ya, Ezra"

"Bang, jangan bikin gw cengeng anjr. Se-waterproof-waterproof-nya ini make up, kalau kebanyakan kena air luntur juga," Finn melepaskan pelukannya kemudian menengadahkan kepalanya berusaha menahan air matanya.

Juna tertawa kemudian dengan sigap memberikan tissue pada Finn.

"Ya udah, siap-siap gih. Acaranya bakal mulai sebentar lagi," kata Juna. Bertepatan dengan itu, Selena dan Kaivan keluar dari ruangan sebelah.

UNTOLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang