Laluna Siblings: Nashilla Kinandita Lynne

158 10 1
                                    

Shilla tidak seperti saudaranya yang lain yang diantar oleh ibunya sendiri ke Asaneoma. Bayi kecil berusia 10 bulan itu dibawa oleh kakaknya ke panti asuhan.

Yap, Finn langsung yang membawa Shilla ke panti asuhan atas perintah sang kakek. Ia bahkan tidak tau bagaimana nasib ibu Shilla yang saat itu dipaksa melahirkan di vila milik kakeknya.

Finn tidak tau pasti, entah wanita itu masih hidup dan berkeliaran seperti ibunya Jenar dan Gian atau hari itu adalah hari terakhirnya di dunia dan berakhir seperti ibunya Shena.

Hari itu Finn kecil hanya melakukan rutinitasnya seperti biasa. Pergi ke sekolah, mengerjakan tugas, mengikuti ekstra, kemudian pulang. Namun baru saja ia masuk beberapa langkah ke dalam rumah, kakeknya lebih dulu menariknya ke mobil dan membawanya ke vila miliknya.

"Kita mau kemana kek?"

"Diem, jangan banyak tanya"

Setelah itu percakapan selesai. Finn tidak berani bertanya lagi. Ia hanya diam menatap jalanan di depannya sambil sesekali merapal dalam hati kalau tidak akan terjadi sesuatu yang buruk hari ini.

Beberapa menit kemudian, mobil mewah itu berhenti di sebuah rumah besar di kaki gunung. Cukup jauh dari rumahnya yang berada di pusat kota.

Finn mengagumi kemegahan rumah ini dalam hati. Sebagai anak berumur 9 tahun yang sudah mengalami banyak kekerasan dari kakeknya, ia cukup pintar untuk tidak menunjukkan ekspresi apapun di depan sang kakek.

"Masuk," titah Deon. Tanpa membantah, Finn segera masuk dan mengedarkan pandangannya ke seluruh isi vila itu. Hingga atensinya teralih saat mendengar teriakan wanita dari salah satu ruangan, disusul oleh tangisan kencang bayi.

"Tuh adekmu udah lahir. Abis ini bakal dimandiin terus kalau udah langsung kamu bawa ke panti kamu itu"

"M-maksudnya?"

"Ya kamu bawa aja, ambil terus bawa ke panti. Biar Seto yang anter kamu pulang ke sana"

"T-tapi ibunya?"

"Ga usah banyak nanya. Tugas kamu cuman bawa adek kamu pergi dari sini," kata Deon tegas kemudian meninggalkan Finn yang berdiri kaku di sana.

"Den Ezra"

Finn menoleh ke arah suara dan mendapati seorang wanita paruh baya dengan daster bunga-bunga berdiri di depan ruangan yang ia yakini sebagai dapur.

"Iya?"

"Kenalin den, saya Bi Ajeng, pembantu di rumah ini. Tadi tuan Deon minta saya untuk ngasih bayinya ke Den Ezra"

Finn mengangguk paham, hanya itu yang bisa ia lakukan, apalagi? Menolak? Memberontak? Marah? Menangis? Tentu tidak. Ia masih ingin hidup dan bermain bersama Jarrel, meskipun kenyataannya anak manis bermata sipit itu sudah mulai membencinya.

"Aden tunggu sini ya, bayinya lagi dimandiin," kata Bi Ajeng.

"Iya"

"Aden mau makan? Biar bibi bikinin atau mau minum? Pulang sekolah pasti capek," tawar Bi Ajeng.

Mata Finn berbinar mendengar penawaran Ajeng.

"Ma-"

"AJENG, JANGAN TAWARIN APAPUN KE ANAK ITU ATAU KAMU SAYA PECAT," seru Deon dari lantai 2.

Bi Ajeng dan Finn sontak terkejut mendengar seruan itu. Finn yang awalanya senang kembali menampilkan wajah murungnya kemudian menggeleng pelan.

"Ga usah bi, Ezra ngga laper"

Bi Ajeng menatap Finn iba kemudian mengelus surai hitam anak di depannya, "Maafin bibi ya den"

Finn tersenyum tipis, "Gapapa bi. Ya udah, adek aku mana? Biar aku bawa pulang. Ini udah malem, ibu pasti nunggu aku"

UNTOLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang