(25) UNTOLD: 3 neoma pengejar asa

137 24 1
                                    

Finn menatap gundukan tanah di bawahnya sendu, gundukan tanah yang masih sangat baru itu dihiasi dengan banyak kelopak bunga. Di atasnya terdapat papan kayu bertuliskan Sari Rahayu Natakusuma binti Guntur Natakusuma lengkap dengan tanggal kelahiran dan tanggal kemarin.

Di sampingnya Yoshi dan Karin juga melakukan hal yang sama. Sedangkan kelima adik mereka masih menangis sambil mengusap-usap nisan itu. Semua anak-anak panti sudah pulang tadi bersama Bu Riri, salah satu pengurus panti juga.

"Kak, Bu Sari kenapa ninggalin kita? Bu Sari ngga sayang kita?" Kata Shilla ditengah isakannya.

Jenar menggeleng, "Ngga Shilla, Bu Sari sayang kok sama kita"

"Terus kenapa?"

"Tuhan sayang sama Bu Sari sayang," kata Karin

"Kita juga sayang Bu Sari"

"Tapi tuhan lebih sayang Bu Sari, tuhan ngga mau Bu Sari sakit lagi," kata Karin sambil memeluk Shilla dan Jenar.

Yoshi bergerak mendekati Shena dan Gian yang masih terdiam menatap kosong gundukan tanah di hadapan mereka.

"Shena, Gian," panggilnya kemudian merentangkan tangannya meminta adik-adiknya masuk ke dalam pelukannya. Tangis Shena dan Gian tidak bisa dibendung, tangis mereka pecah di pelukan kakaknya.

Berbeda dari mereka berenam, Finn dan Ares justru tidak menangis. Keduanya sama-sama berusaha untuk terlihat tegar, meskipun siapapun yang melihatnya akan tau mereka tidak baik-baik saja.

"Baru aja Ares tau mama udah ngga ada, kenapa ibu juga harus pergi?"

Ares menundukkan kepalanya, ia tidak kuat lagi menahannya, tangisnya tidak bisa ia tahan lagi. Bahunya bergetar, kepalanya tertunduk dalam, kakinya lemas dan membuatnya terjatuh di tanah.

Finn tidak tega melihat Ares yang kembali hancur, setelah kabar tentang mamanya, sekarang ibunya juga harus pergi. Ia merengkuh tubuh adik tertuanya kemudian tangannya mengusap-usap punggung Ares berusaha menenangkannya.

"Kayaknya Ares emang ngga dibolehin punya orang tua ya Kak?"

"Ssshhh.. jangan bilang gitu"

"Semua orang yang Ares anggep orang tua pergi kak, kenapa?"

"Mama pergi aja Ares masih belom sepenuhnya rela kak, sekarang kenapa ibu juga?"

"Ibu pergi di depan mata Ares kak, Ares harus apa?"

Finn meringis membayangkan trauma yang akan dirasakan Ares. Bu Sari menghembuskan nafas terakhir di depan matanya.

Ares kembali membayangkan bagaimana ia menemukan Bu Sari yang sudah tergeletak di lantai sambil meremat dadanya. Ia menaikkan kepala Bu Sari ke pahanya dan berusaha memanggil Karin dan yang lain. Saat semuanya sudah datang, semuanya terlambat. Bu Sari sudah pergi. Saat di bawa ke rumah sakit Una bilang Bu Sari sudah meninggal sejak di rumah karena gagal jantung.

"Kalau Ares langsung panggil Mba Una harusnya Bu Sari ngga pergi ya kak??"

Finn menggeleng, "Jarak antara kamu nemuin Bu Sari sampai perkiraan waktu kematian Bu Sari ngga lama Ares. Kalaupun saat itu ibu dibawa ke rumah sakit langsung, akhirnya akan sama," kata Finn berusaha menenangkan Ares.

Ares mengeratkan pelukannya pada Finn, "Ibu udah ngga ada, kalian bertiga jangan tinggalin Ares juga ya," pinta anak itu lirih.

Finn mengusap punggung Ares sambil tersenyum, "Kamu boleh nangis, tapi jangan lama-lama ya, nanti Ibu sedih," kata Finn.

Ia mengusap air mata yang mulai turun di pipinya, kemudian mengajak Ares berdiri.

"Kamu ajak adek-adek pulang duluan ya sama Owen, dia nungguin di parkiran. Gw, Mochi, sama Nana masih harus ngurus sesuatu"

UNTOLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang