(39) UNTOLD: Crash

249 26 3
                                    

BRAK

"KAKEK!"

Kaivan segera berlari menghampiri sang kakek dengan tatapan penuh kekecewaan.

"Bener semua yang Kai denger kek?" Tanyanya lirih.

"K-kai, k-kakek bisa jelasin," kata Deon gelagapan.

"APA KEK? SEMUANYA BENER KAN? SEMUA YANG EZRA BILANG BENER?"

"Kaivan ngga gitu"

"APA? GIMANA? KASIH TAU KAI!!"

"Kakek ngelakuin ini untuk kebaikan kamu"

"KEBAIKAN APA? BIKIN KAI BENCI SAMA SAUDARA SENDIRI ITU KEBAIKAN?!"

"Bukan gitu Kai.."

"KAKEK NGELAKUIN INI UNTUK KEBAIKAN AKU ATAU MEMPERALAT AKU UNTUK DAPET SEMUA AMBISI KAKEK SIH?!"

Kaivan mengepalkan tangannya kuat dan memejamkan matanya untuk sedikit mengurangi emosinya.

"Kaivan, kakek cuman mau yang terbaik buat kamu"

"Dengan ngorbanin Ezra? Iya?"

"KAKEK APAIN EZRA SAMPE DIA SEMBUNYIIN SEMUANYA DARI AKU, HAH?!"

"KAKEK APAIN?! JAWAB KEK!!"

"Kaivan, kenapa kamu sebut nama itu lagi?"

"Dia hampir bunuh kamu Kai, kamu liat sendiri 'kan? Dia yang pegang pisau saat kejadian itu. Bahkan dia yang mutilasi semua kucing-kucingmu dulu. Dia juga yang bunuh Haikal, sahabat kamu"

Kaivan terdiam sejenak, kilatan kejadian itu kembali terlintas di kepalanya. Kejadian yang membuatnya benar-benar ingin melupakan eksistensi Jarrel dan Ezra di hidupnya. Hingga ia memutuskan mengubah nama panggilannya menjadi Kaivan.

Bagaimana Finn kecil hanya berdiri di hadapannya yang saat itu sedang kesakitan dengan pisau penuh darah. Bagaimana Finn kecil memberikan detergen sebagai pengganti susu untuk kucing-kucingnya hingga mereka mati. Bagaimana Kaivan kecil menemukan kucing-kucingnya dalam keadaan mengenaskan dengan tubuh terpotong-potong dan lagi-lagi Finn kecil yang memegang pisaunya saat itu.

Wajah pucat Haikal saat ia menemukannya di gudang tua belakang sekolah. Sahabatnya kala itu tertidur dengan tenang meskipun darah tidak henti-hentinya mengucur dari perutnya. Lagi-lagi Finn ada di sana dan hasil penyelidikan menunjukkan bahwa sidik jari yang ada di pisau yang digunakan untuk membunuh Haikal, hanya milik Finn.

"Kaivan, sadar.. kamu bela orang yang salah"

Kaivan termundur pelan, matanya melirik tubuh Finn yang sudah tergeletak lemah di lantai. Akan tetapi Kaivan masih bisa melihat mata Finn terbuka. Anak itu menatapnya penuh harap, meskipun sudah tersirat keputusasaan dari kedua manik hitamnya.

Deon tersenyum miring, "Kakek ngga akan ngelakuin ini tanpa alasan Kaivan. Dia mau bunuh kakek, liat itu pistol yang ada di deket dia. Dia hampir nembak kakek kalau aja kakek ngga ngelempar kursi itu tadi"

Kaivan menatap Finn tidak percaya, itu artinya Kaivan salah sudah memarahi kakeknya.

"K-kek aku-"

"Kalau sampai lu minta maaf lu akan jadi orang tergoblok di dunia ini Jarrel"

Suara itu memotong perkataan Kaivan, dua orang remaja seumuran dengannya sekarang juga berada di rumah itu. Salah satunya menatap Kaivan tajam sedangkan yang lainnya sedang sibuk mengotak-atik ponselnya sambil berusaha berbicara pada Finn.

"Lu siapa? Orang luar ga usah ikut campur," kata Kaivan dingin.

"Lu bela orang yang salah Jarrel"

"LU YANG SALAH, GW YANG LIAT SENDIRI SIAPA ORANG YANG UDAH BERUSAHA BUNUH GW SAAT ITU," teriakan Kaivan menggema keseluruh mansion besar itu.

UNTOLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang