(29) Keraguan

11.7K 1.6K 224
                                    

"Karena yang dibutuhkan tidak hanya sebuah kata, tapi juga sebuah kepastian."

KHARIZA
Karya @storyhusni_

🍂🍂🍂🍂

Selesai perkuliahan Arisha merasa sedikit pusing, mahasiswa sudah keluar kelas dia masih duduk memijit pelipisnya. Ia memilih mengambil minyak angin dan mengolesnya, sesaat kemudian ia rasanya ingin mual dengan bau minyak angin. Arisha segera menyimpannya dan menghapus sisa minyak angin di pelipisnya dengan tisu.

Karena baunya masih ada, membuat Arisha memilih ke kamar mandi untuk membasuh dengan tisu. Sungguh dia heran tidak biasa seperti ini, biasanya Arisha suka dengan aromanya. Setelah rasa membaik, Arisha memilih ke luar kampus sambil kemudian terpikir apa mungkin ia hamil? Jika diingat dia sudah telat sepuluh hari haid.

Untuk memastikan Arisha akhirnya memutuskan nanti ke apotek untuk membeli test pack setelah bertemu Felia. Langkahnya kini berjalan menuju kafe yang menjadi tempat janjiannya. Sebelum benar-benar masuk ia menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan karena pertama kali akan bertemu Felia secara langsung.

0853XXXXXXXX
Aku di lantai dua

Lewat pesan itu Arisha memilih langsung ke atas dan menemukan Felia dengan jilbab tosca yang dililitkan ke leher. Dia mengambil napas dalam, lalu duduk tepat di depan Felia yang langsung memancing emosinya.

"Bahagia karena buat aku tersingkirkan?"

Sebisa mungkin Arisha tetap tenang dan tersenyum tipis. "Gimana kalau kita sedikit lebih akrab?"

"Oh ya? Akrab dengan wanita yang rebut suamiku?"

"Felia jangan mulai. Mas Rifqi suamiku dan aku nggak rebutnya dari kamu," balasnya mencoba menahan nada suaranya untuk tidak tinggi. "Aku ajak kamu ketemu untuk bicara baik-baik, bukan bertengkar."

Felia tersenyum sinis. Menyandarkan punggungnya di kursi seiring pesanan yang datang.

"Aku pesan minuman bentar."

"Udah aku pesan." Jawaban Felia membuat Arisha kembali duduk dan menatap dua minuman yang kemudian diletakkan di meja.

"Aku ganti uangnya."

"Nggak perlu."

"Aku nggak ingin berutang budi."

"Kamu mengasihaniku ya?"

"Fel!"

Arisha mengatur napasnya. Lama-lama bersama Felia membuat emosinya jadi terpancing juga. Ia harus cepat menyelesaikan pembicaraan dengan Felia agar bisa cepat pergi dari sini.

"Aku akan bicara baik-baik." Arisha memperbaiki duduknya dan kembali berusaha tenang, ia menatap Felia yang menatapnya tak suka sambil menyeruput minuman.

"Mas Rifqi udah milih."

"Pilihan yang salah?" Felia berdecih sambil meletakkan lagi minumannya. "Aku cinta Mas Rifqi, tapi, karena pengaruh kamu dia tinggalin aku."

"Aku nggak pengaruhi Mas Rifqi. Mas Rifqi yang pilih aku."

"Kamu bisa bayangin sebagai wanita gimana perasaanku hah? Sosok lelaki yang aku rindukan ternyata nikah lagi dan tinggalkan aku. Hancur." Felia menatapnya dengan sorot kebencian membuat Arisha terdiam. "Dia pilih kamu ketimbang aku."

"Aku minta maaf, tapi, Mas Rifqi udah pertimbangin semuanya, Felia."

"Iya pertimbangin cuma karena kasihan."

Khariza (Cinta Yang Terbagi) || TERBIT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang