(40) Penyesalan

9.3K 1.1K 1K
                                    

Jum'at Berkah⛅

✔️ Perbanyak solawat
✔️ Baca surat Al-Kahfi
✔️ Perbanyak zikir

Budayakan vote dan komen yuk sebelum lanjut
Vote dengan
klik bintang di pojok kiri🌟

Kasih emot 🦋 dulu untuk cerita ini

Tqu guys

Happy Reading 🤍

.
.
.
.
.
.
.

"Rasa sakit yang diberikan nyatanya sulit untuk disembuhkan. Tidak cukup kata maaf, karena jika sudah membekas akan sulit untuk dilupakan."

KHARIZA
Karya @storyhusni_

Silakan tag @storyhusni_ jika Share apapun dari cerita Khariza

🍂🍂🍂

Segala tindakan akan menghasilkan akibat, itu benar adanya, setelah melukai hati Arisha, dia seolah mendapatkan ganjaran akibat yang telah dilakukannya. Tidak pernah Rifqi kira Felia berhasil menghancurkan rumah tangganya. Bahkan selama ini membohonginya.

Rifqi kini merutuki dirinya yang telah jatuh keperangkap yang selama ini Felia buat, segala apa yang menjadi kenangan dengan Felia kini dibencinya dan sekarang dia benar-benar menyesali perbuatannya yang dengan sengaja meruntuhkan bangunan istana yang ingin dia bangun bersama Arisha.

"Maaf ...." Foto Arisha yang ada di kamar diraihnya. Melihat wajah itu seketika membuatnya teringat bayangan Arisha yang telah ia buat menangis selama ini. Tidak terhitung sudah berapa banyak air mata yang ia ciptakan di pipi Arisha, janjinya ingin bahagiakan Arisha, tapi, sekedar dusta, dia dengan tega menanamkan sebuah derita untuk Arisha.

"Arisha ...."

Apa bisa dia mendapatkan maaf Arisha?

Tatapan marah dan benci yang dia ingat terakhir kali membuatnya tertekuk dalam. Seharusnya Rifqi bisa tegas dalam mengambil keputusan, seharusnya dia percaya istrinya, tapi, semuanya tinggal penyesalan, akibat tuduhannya dia sudah kehilangan malaikat kecil yang bahkan tidak pernah dia tahu ada selama ini kehadirannya.

Rifqi
Sha maafkan aku
Aku benar-benar menyesal
Aku bodoh sudah menuduh kamu

Pesan itu langsung Rifqi kirim pada Arisha dengan penyesalan paling terdalam.

***

Hari ini Arisha sudah keluar dari rumah sakit, keadaannya terlihat membaik dari sebelumnya, begitu juga dengan keadaan hatinya dalam menerima takdir. Meskipun berat untuk mengikhlaskan, Arisha mulai mencobanya, dia tidak boleh larut akan kesedihan.

Arisha membuka jendela mobil ketika diperjalanan, menghirup udara jakarta sore yang masih sama penuh dengan polisi, tapi itu tidak masalah baginya, udara rumah sakit setidaknya tidak lagi ia rasakan sekarang. Di rumah sakit pikirannya hanya tertuju akan kehilangan dan membuatnya merasa sulit untuk mengikhlaskan.

"Kak, mau makan di luar?" tanya Ali.

Arisha mengangguk cepat sambil tersenyum lebar. Makanan rumah sakit membuatnya jadi rindu makanan luar, Ali yang melihatnya tertawa kecil, melajukan mobilnya ke tempat makan langganan keluarga yang sering mereka kunjungi.

Khariza (Cinta Yang Terbagi) || TERBIT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang