(49) Kita Akan Bahagia (ENDING)

12.5K 1.1K 1.2K
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Nggak boleh nangis pokoknya di sini

Siap baca bab terakhir?

Vote
.
.
Komentar
.

Kadang perpisahan bukan sebuah akhir yang menyakitkan, tapi adalah sebuah awal untuk cinta bisa kembali menyatu

Khariza
Karya @storyhusni_

🍂🍂🍂

Pusing yang terasa mendera membuat Rifqi mulai bangun sambil memegangi kepalanya. Melihat langit kamar bewarna putih membuatnya menyadari kini tengah di rumah sakit. Sebuah infus juga terpasang hingga ingataan Rifqi kembali pada dia yang tadi pingsan di ruangan dan berakhir di bawa sini.

Embusan napas berat terdengar lolos dari bibirnya. Pandangannya berubah melihat sekitar, mencari sosok yang ia harapkan ada di sini menemaninya. Namun Rifqi melihat ruangan ini kosong, hanya dirinya.

Apa Arisha bahkan tidak mengkhawatirkannya?

"Qi, kamu udah bangun?" Suara Kila terdengar masuk ke indra pendengarannya, Rifqi menarik perhatiannya pada Ibu yang masuk mendekatinya.

"Alhamduliillah, kamu udah sadar."

"Bu Arisha mana?" Pertanyaan itu yang ia lontarkan, menciptakan perubahan mimik di wajah Kila. Dia tersenyum simpul.

"Tadi ikut bawa kamu ke rumah sakit, tapi setelah kamu pindah ruangan Arisha pamit pulang."

Pandangan Rifqi berubah sendu.Apa Arisha tidak lagi mempedulikannya? Padahal dia berharap Arisha di sini, mengkhwatirkan bahkan menemaninya. Dia rindu kekhawatiran wanitanya, rindu perhatiannya.

"Jam berapa Bu?"

"Jam setengah tiga."

"Aku mau solat zuhur."

"Kuat?"

Rifqi mengangguk. Meski hawa panas tubuhnya terasa tapi dia masih sanggup untuk berdiri ke kamar mandi, hanya saja untuk solat mungkin dia duduk karena terasa pusing. Rifqi bisa berpegangan pada tembok kalau sangat pusing.

"Ibu pegangin ke kamar mandi."

"Nggak apa-apa, Bu."

"Ibu khawatir, Qi, biar Ibu anterin sampai pintu." Akhirnya Rifqi mengangguk, tidak lagi menolak. Dia jalan sambil membawa tongkat infus.

Setelah kemudian melaksanakansolat, Kila memintanya makan dan minum obat. Kila juga sudah menyiapkannya karena dia tidak tenang melihat keadaan putranya yang lemas dan pucat seperti saat ini.

"Ibu kita pulang aja setelah ini."

"Kamu perlu dirawat Qi."

"Aku baik-baik aja, Bu."

"Kamu nggak baik-baik aja, setidaknya sampai besok. Ya?" minta Kila dengan tatapan yang jelas tidak tega dengan kodisi putranya. "Kamu nggak sadar kamu pucat? Tubuh kamu lagi panas, Nak. Ibu cemas."

Melihat kekhawatiran ibunya membuat Rifqi tidak tega, dia akhirnya mengangguk. Setidaknya sampai besok, setelah diinfus, minum obat dia yakin keadaannya akan lebih baik besok.

***

Di tengah kebimbangan pergi ke rumah sakit atau tidak pagi ini karena mengingat Rifqi yang kemarin jatuh pingsan membuat Arisha masih bingung. Dia ingin tahu kondisi Rifqi saat ini, tapi akal sehatnya meminta jangan, karena itu membuatnya seolah memberikan harapan pada Rifqi terkait rumah tangga mereka.

Khariza (Cinta Yang Terbagi) || TERBIT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang