(34) Hati yang Mulai Tertutup

22.6K 2.4K 1.1K
                                    

AWAS EMOSI SAMA RIFQI ⚠️


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.

"Ketika keyakinan telah hilang sepenuhnya, nama apapun akan  mudah masuk untuk menggoyahkan."

KHARIZA
Karya @storyhusni_

🍂🍂🍂🍂

Rifqi duduk di kantornya sambil melihat proposal yang harus dibaca. Meskipun pandangannya tertuju pada kertas, namun, kini pikirannya tak lepas memikirkan Arisha yang belum kunjung menelepon ataupun menchatnya untuk meminta maaf. Ini sudah hari ke tiga, namun, Rifqi sama sekali belum mendapatkan permintaan maaf dari istri yang ia diamkan. Sungguh Rifqi tidak mengerti jalan pikiran istrinya. Apa segitu tidak menyadari kesalahan yang dilakukan hingga tak meminta maaf sekalipun kepadanya?

Rifqi bahkan tidak mau menelepon, pulang saja ia tidak ada ke rumah karena ingin memberikan jera kepada Arisha. Namun, lihatlah Arisha sama sekali tidak meminta maaf sampai saat ini. Bersalah pun tidak. Jarum pendek yang menunjukkan jam lima membuat Rifqi menutup proposal yang dibacanya. Ia bersandar di kursi sambil menggeram kesal. Dilihatnya layar ponsel lagi kembali tidak ada chat dari Arisha.

"Kenapa kamu mengecewakan aku Arisha?"

Rifqi bangkit dari kursinya dan meraih jasnya. Dua malam ini ia memilih tidur di apartemen Rafi karena Rafi sedang di luar kota. Kini ia akan kembali memilih tidur di sana. Biarlah ia menunggu sampai besok, hingga jika tidak juga Arisha menelepon ia akan pulang berterus terang apa yang diinginkan istrinya itu.

"Mas." Suara yang sudah sangat ia hafal membuatnya kini menoleh.

"Felia?"

"Tepat kamu udah pulang." Felia berjalan ke arahnya.

"Kenapa kamu ke kantor?"

"Mau pulang sama kamu. Aku tungguin kamu dari kemarin di rumah Ibu. Kamu tidur di mana sih?"

"Apartemen," jawab Rifqi singkat.

Felia mendekat dan menggandeng lengan Rifqi. "Seharusnya kamu pulang ke rumah. Ada aku. Kamu nggak perlu pikirin Arisha yang sama sekali nggak ngerasa bersalah."

Rifqi memejamkan mata mendengar itu, kemudian dia melepaskan tangan Felia. "Kepalaku sedang pusing. Jangan bicara tentang Arisha dulu."

Felia mengulum senyum senang karena berhasil mulai menyingkirkan Arisha dari Rifqi.

***

Rifqi duduk di sofa sambil menikmati kopi yang Felia buat. Meskipun ia sedang menikmati kopi, namun pikirannya masih tertuju pada Arisha. Ponsel yang biasanya jarang digenggam saat pulang kini dipegangnya untuk sekedar melihat sebuah panggilan atau chat dari Arisha.

Khariza (Cinta Yang Terbagi) || TERBIT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang