(33) Menyerah

15.5K 2.2K 1K
                                    

Awas emosi⚠️
Awas bawang👀

*****

Semesta ternyata memang tidak berpihak kepadaku
Luka selalu kudapatkan tanpa henti
Tanpa ada kebahagian, tanpa ada jeda
Dia selalu datang tanpa mau membiarkanku bahagia
Kini sudah saatnyaku melepaskan, memilih mengakhiri hal yang menyakitkan
Tidak ada lagi kesempatan, bahkan untuk mengharapkan kebahagiaan

KHARIZA
Karya @storyhusni_

🍂🍂🍂

Arisha terduduk di lantai dingin sambil terisak hebat. Kakinya terlekuk dengan wajah yang ditenggalamkan di balik tangan. Ia begitu sakit dituduh tanpa kebenaran. Rifqi yang seharusnya mempercayainya sama sekali tidak mempercayainya, yang ada malah memfitnah ya. Kepada siapa lagi ia bersandar jika orang yang inginkan percaya ternyata lebih dulu menunduhnya?

Ucapan akan tuduhan itu kembali terngiang. Tuduhan yang membuatnya kini tak mampu membendung semua rasa sakit. Bahu Arisha bergetar hebat, meluapkan sesak dadanya lewat tangis yang semakin menjadi.

Hidupnya sudah begitu rapuh. Sangat lelah. Rasanya sangat sakit mempertahankan semuanya. Semakin ke sini ia tidak bahagia, hanya mendapat luka. Arisha sudah cukup bertahan. Ia sudah cukup sabar, ketika dituduh seperti ini ia tidak bisa lagi menahannya. Arisha begitu kecewa dengan Rifqi yang semakin menggoreskan luka tanpa henti di hatinya

Sudah saatnya ia menghentikan rasa sakit. Sudah saatnya ia menyerah dan memilih pergi. Arisha tidak bisa lagi seperti ini. Bertahan hanya mengantarkannya kepada rasa sakit lebih dalam. Ia tidak kuat mendapatkan luka tanpa jeda.

Dengan air mata yang masih jatuh, Arisha bangkit dari duduknya dan berjalan tertatih menuju lemari. Nyatanya pergi kini pilihannya. Sudah saatnya ia melepaskan Rifqi dan menyerah. Arisha mengambil kopernya dengan air mata yang tidak henti turun. Ia benci sebenarnya menangis seperti ini, tapi tuduhan itu membuatnya tidak bisa menahan. Ketika ia menahan semakin sesak rasa hatinya.

Arisha mulai memasukkan pakaian ke koper sambil terisak. Apapun dibawanya hingga
setelahnya ia langsung mengambil ponsel untuk menghubungi travel yang bisa mengantarkannya ke Jakarta. Keputusannya pergi sudah sangat bulat tanpa Rifqi tahu.

"Bunda tidak akan menyiksa diri dengan bertahan. Ada kamu yang harus dibahagiakan. Kita akan bahagia, meskipun cuma berdua."

Arisha menghapus air matanya. Ia akan hidup bahagia, hidup tanpa Rifqi. Hidup tanpa ada suami disampingnya. Ia akan menjauh dari Rifqi karena memang tidak seharusnya ada di sini.

Sedang di luar sana Bi Imah yang tadi mendengar pertengkaran hebat itu tak kuasa, dia menghampiri Arisha, namun, tak berani membuka pintu kamar itu. Dia dari tadi mendengar suara tangis yang membuat hatinya terasayat. Sungguh Bi Imah tidak tega tapi tidak tahu harus apa.

"Mbak Arisha." Pintu terbuka menampilkan Arisha dengan mata yang memerah dan koper yang dibawa. "Mbak Arisha mau ke mana?"

"Aku mau ke Jakarta. Jangan bilang Mas Rifqi ya, Bi."

"Tapi-"

"Di sini bukan tempat aku."

****

Beruntungnya travel jam setengah enam ada. Arisha bisa sampai jakarta jam delapan malam.. Setelah kopernya dibawa keluar, Arisha berucap terima kasih dan mulai membuka gerbang dengan pelan. Sepertinya meskipun pelan, suara decitan gerbang tetap terdengar oleh Fara. Terbukti kini pintu terbuka dan menampakkan Fara yang kaget dengan kehadirannya.

Khariza (Cinta Yang Terbagi) || TERBIT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang