(32) Sebuah Tuduhan

12.8K 2K 235
                                    

Malam semuanya

Sebelum baca jangan lupa vote dengan
klik bintang di pojok kiri dulu ya🌟

Baca ini jam berapa?

Kasih emot 🦋 dulu yuk untuk cerita ini

Awas ada bawang⚠️
.
.

"Apa yang lebih sakit ketimbang dituduh tanpa kebenaran?"Pada kenyataannya kesakitan yang selalu kudapatkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang lebih sakit ketimbang dituduh tanpa kebenaran?"
Pada kenyataannya kesakitan yang selalu kudapatkan.
Tak akan ada kebahagiaan, nyatanya memilih mundur adalah pilihan yang harus kulakukan."

Khariza
Karya @storyhusni_

🍂🍂🍂

"KITA PULANG!" Melihat Rifqi dengan ekspresi mengerikan membuat Arisha menelan salivanya dengan susah payah. Jantungnya berdetak cepat apalagi melihat tatapan tajam yang terhunus kepadanya.

Arisha tersentak begitu tangannya ditarik cukup kuat oleh Rifqi. "Mas sakit."

"PULANG ARISHA!" Wajah tegas itu tertuju kepadanya, ekpresi yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, bentakan keras yang terdengar, membuat ada yang sakit di dalam hatinya. Air mata mulai menggumpal di pelupuk mata Arisha.

"Bisa baik-baik?" seru Ferdo dingin, tak suka melihat Arisha yang diperlakukan seperti ini.

"Anda siapa? Nggak usah ikut campur," balas Rifqi sengit. Muak melihat lelaki di depannya yang selalu bersama Arisha. "Istri saya pulang dengan saya, pulang anda," usirnya kejam.

"Mas," tegur Arisha karena ucapan Rifqi yang terasa kasar. Arisha merasa tidak enak hati padahal Ferdo sudah membantunya.

"Nggak usah bela dia!" Arisha mendapatkan tatapan tajam yang membuatnya menahan air mata yang ingin jatuh saat in juga.

"Jangan coba dekati istri saya lagi. Paham anda?!" Tegasnya tidak main-main. "Dia udah punya suami!"

"Suami yang cuma bisa buat istrinya nangis?"

Tangan kanan Rifqi yang tidak memegang lengan Arisha terkepal kuat. Ia menggeram kesal. "Jangan sembarangan kalau bicara."

Ferdo mendesis kesal. Ia maju selangkah menantang pria di depannya. 'Nggak usah ngelak, anda buat dia menderita kan?"

"Kak," Arisha menatap Ferdo untuk memintanya segera pulang. Ia menggeleng, memohon untuk tidak meneruskan yang bisa saja akan menjadi pertengkaran. Apalagi suasana diantaranya yang kini begitu mencekam. "Aku akan pulang sama Mas Rifqi."

"Jangan sakitin diri kamu sendiri."

"Mas Rifqi nggak sakitin aku."

"Jelas saya sering lihat kamu murung dan melamun, apa itu namanya, Ca?"

Khariza (Cinta Yang Terbagi) || TERBIT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang