(17) Cemburu

12.9K 1.8K 991
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Orang baik vote dan komen dulu yuk sebelum lanjut🫶
Vote dengan klik bintang di pojok kiri🌟

Jangan lupa share ke teman²nya kalau teman² suka cerita ini❤️

🍂🍂🍂🍂

Pagi ini Arisha mulai sibuk dengan aktivitasnya yang tidak seperti sebelumnya, bagaimana tidak saat ini menjadi hari pertamanya kuliah bersamaan dengan mengurus suaminya yang juga bekerja. Karena dua yang diurus ia sampai lupa membawa kartu atm yang disimpan dalam slink bag. Arisha segera mengambilnya ke kamar dan meminta Rifqi menunggu. Saat mengambil kartu, ia menemukan sebuah kertas putih yang membuat keningnya berkerut. Arisha memilih membukanya karena penasaran dan takut penting, ia bisa melihat sebuah tulisan yang membuatnya teringat akan kertas malam itu.

Hati-Hati Arisha.

Jika dipikir-pikir semakin ke sini rasanya wanita itu semakin jelas masuk ke dalam hubungan rumah tangganya, seolah ingin menghancurkan kebahagiannya dengan Rifqi. Sangat disayangkan ia tidak begitu jelas melihat wanita itu karena menggunakan masker dan kaca mata hitam.

Arisha mengambil ponselnya, melihat kalender di ponsel. Setiap bulannya ada tanda yang ia buat untuk menjadi alarmnya jika datang bulan, namun, kini sudah dua bulan tidak ada tanda ia jeda. Yang artinya Arisha menyadari ia belum mengandung sampai saat ini. Arisha mengembuskan napas sesak. Wanita misterius dan belum ada amanah untuknya seakan memberikan kenyataan bahwa ada ujian yang harus dihadapinya.

"Sha, udah?"

Arisha terkesiap. Ia segera menyimpan kartu atm dalam tasnya. Lalu berjalan keluar menuju Rifqi yang sudah siap.

"Udah, Mas, yuk."

Kuliah pertama Arisha diantar Rifqi, hari ini sebenarnya adalah hari terbahagia baginya, tapi harus pupus dengan kertas yang dilihatnya. Arisha menatap Rifqi di sampingnya yang menyetir.

"Mas Rifqi kenapa nggak pernah tanya?"

"Nanya apa?"

"Arisha udah isi apa belum?"

Rifqi menoleh pada Arisha yang bertanya. Ia terdiam sesaat lalu tersenyum sambil menyetir.

"Ini baru beberapa bulan pernikahan kita, sayang. Aku masih nikmati kebersamaan kita, kamu kenapa tanya? "Arisha kini menundukkan kepalanya membuat Rifqi mengerti, Arisha pasti menyadari karena belum juga hamil saat ini. "Udah jangan dipikirin ya, Allah tahu yang terbaik buat kita."

"Mas nggak apa-apa?"

"Kamu tahu kenapa aku nggak pernah nanya?" Arisha menggeleng. Ia memang tidak tahu alasan kenapa Rifqi tidak bertanya kepadanya."Karena aku masih ingin berdua sama kamu."

"Tapi Mas pasti kepengen jadi Ayah."

"Emang, aku pengen jadi Ayah, tapi satu hal yang harus kamu tahu, kamu jadi Ibu dan aku Ayah ada waktunya. Kamu percaya kan sama takdir Allah?"

Arisha mengangguk. "Jadi kita nikmati dulu ya kebersamaan ini. Kamu mau kan?"

"Mau, Mas."

Rifqi tersenyum. Mengusap lembut kepala istrinya yang tertutup hijab.

"Senyum gih biar makin cantik istri aku. Hari ini juga harus jadi hari bahagia buat kamu."

Arisha tersentuh dengan ucapan Rifqi yang begitu menjaga hatinya. Dia mengangguk, menarik bibirnya untuk tersenyum. Hal yang harus selalu ia lakukan, percaya dan terus berpikir positif kepada Allah, yakin sesuatu akan datang di waktu yang tepat.

Khariza (Cinta Yang Terbagi) || TERBIT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang