Jam 10 kan?

152 17 2
                                    

***

Pagi itu Geanna berjalan dengan tergesa. Harusnya alamat yang di kirim dosen itu bisa ditemukan dengan mudah. Mengingat tempat tersebut ada di kawasan elit---Geanna agak menyesal menantang dosen itu.

Jika tidak Karna dosen itu meremehkannya maka bisa di pastikan saat ini Geanna akan tidur saja di rumahnya.

Tersisa lima belas menit lagi untuk dirinya sampai. Apa nanti dosennya akan marah lalu menyuruhnya pulang saja? Oh tidak!! Lebih parah jika nilainya di ganti menjadi C atau E? Tidak bisa dibiarkan.

Dengan sedikit berlari, Geanna celingak-celinguk mencari rumah yang di maksud hingga tubuhnya yang masih berusaha mengatur pernafasannya harus sedikit membungkuk sesaat setelah dirinya berhenti tepat didepan sebuah gerbang hitam.

"Permisi" ujarnya pelan. Jika menunggu waktu hingga tenang maka tidak akan ada habisnya. Masalahnya, meskipun sudah sangat lelah, Geanna yakin dia akan tetap hampir mati nantinya. Hell no!! Jangan lupa ini rumah dosennya.

Tunggu//

Apa mereka akan berdua saja? Tidak adil sekali. Apa kata tetangga nanti ya? Apa mereka akan memotret dirinya yang mungkin saja nanti tanpa sengaja terjatuh kepelukan pak Liano? Lalu mereka akan menyebarkannya ke sosial media dengan judul 'Gadis ini modus pada dosennya agar mendapat nilai yang bagus' luar biasa sekali.

"Permisi" ulang Geanna lagi saat tidak mendapat jawaban. Geanna berdecak kesal. Paling anti dengan yang namanya menunggu.

Gadis itu menekuk wajahnya. Memutuskan untuk memanggil sekali lagi. Niatnya sih dengan suara yang sangat kuat namun tiba-tiba ekor matanya melihat sesosok lelaki yang sibuk merentangkan tangannya kedepan.

Lelaki itu tampak aneh untuk ukuran dewasa. Masa iya lelaki itu sedang main petak umpet, atau mungkin sedang berkompetisi untuk menangkap angin.

Arah tujuan lelaki itu memang kearah dirinya. Namun sangat sarat akan kesulitan.

Geanna mendudukkan dirinya di luar gerbang menunggu lelaki itu sampai padanya---yang entah sampai kapan.
Mata Geanna tidak lepas dari lelaki itu. Lelaki yang kini berjalan dengan ragu-ragu.

"Permisi" Geanna bersuara lagi. Takutnya lelaki itu berfikir bahwa Geanna sudah pergi.

Bener kan? Karna setelahnya lelaki itu kembali berjalan dengan semangat. Namun saat di langkah yang keempat, kakinya tersandung dan lelaki itu jatuh dengan sangat estetik.

Geanna speechless.

Otomatis tubuhnya bangkit berdiri. Karna gerbang itu bahkan di gembok, Geanna dengan tidak tau malunya memanjat gerbang itu.

Happ

Dan gadis itu tersenyum puas saat berhasil melewati pagar yang cukup tinggi itu. Setelahnya gadis itu mendekati lelaki yang kini terduduk setelah jatuh tadi.

"Kamu gapapa?" Tanya Geanna. Tangannya tergerak membersihkan baju lelaki itu dari debu yang menempel.

Lelaki itu hanya diam. Mungkin terkena serangan mental. Tidak habis fikir mengapa gadis itu bisa ada disini sedangkan gerbang belum juga di buka.

"Aduh berdarah" cicit Geanna yang masih bisa didengar oleh lelaki itu.

Geanna merogoh tasnya. Mengeluarkan sapu tangan dan mengusap lembut kening lelaki yang kini hanya diam dan tetap diam. Sempat terfikir oleh Geanna bahwa lelaki ini mungkin masih syok akan kehadirannya tapi, bukankah terlihat terlalu dramatis?

Setelah membersihkan luka yang ada di kening lelaki itu dengan sapu tangan yang di basahi air minumnya, Geanna menempelkan plester disana.

Senyum puas tersinggung di bibirnya kemudian.

BLIND [JUNGKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang