Geanna membuka matanya berat. Rasa kantuk masih tetap mengganggunya. Semalam Ia harus terjaga hingga tengah malam Karna Liano mengajaknya berbicara.
Lelaki itu sepertinya serius untuk pernikahan mereka. Ia sama sekali tidak melihat waktu dan malah sibuk menerangkan padanya apa yang Liano rencanakan.
Geanna merasa geram sendiri jadinya. Setelah seminggu tanpa kabar, Liano akhirnya memberi kepastian.
Meskipun begitu, Geanna tidak terlalu berharap. Gadis itu sibuk mempersiapkan kompetisi yang kebetulan sekali dirinya menjadi juara pertama dan menjadi perwakilan kampus. Setidaknya dengan begitu sedikit rasa kesalnya terobati.
Hari ini Geanna memutuskan untuk berkunjung kerumah pak Liano. Selain untuk berbicara soal pernikahan, Geanna juga merasa harus menjelaskan sesuatu pada Jeykey. Mungkin saja lelaki itu berfikiran buruk tentangnya.
Gadis itu bergegas bangkit dan memulai acara mandinya. Beberapa menit kemudian, ia keluar dan mulai bersiap, dress selutut berwarna biru laut menjadi pilihannya. Menyisir rambut sepinggang ikal bawahnya pelan lalu menabur bedak baby dan memoles lip glossnya.
Kemudian gadis itu mengambil tas kecil miliknya untuk tempat ponsel juga dompetnya. Menyambar sebuah jaket kulit, gadis itu akhirnya siap dan bergegas berangkat setelah berpamitan pada wanita cantik yang tengah membuat sarapan untuk keluarga mereka.
Perjalanan dari rumahnya menuju rumah Liano memang memakan waktu satu setengah jam. Apalagi Geanna menggunakan bus yang di setiap haltenya akan berhenti untuk menaik-turunkan penumpang.
Geanna meremas jari-jari tangannya. Ada rasa gugup yang menghampirinya. Kepalanya menunduk menatap sepatu putihnya, mencoba menjawab setiap pertanyaan yang bersarang di kepalanya.
Seperti yang seharusnya menjadi motto dalam hidupnya, seharusnya Geanna tidak terlalu ikut campur. Hanya jarak yang bisa menentukan keselamatan seseorang, harusnya Geanna tau itu.
***
Dua jam kemudian Geanna sampai di halte. Dirinya harus menghabiskan dua jam Karna tadi ada acara ban bocor.
Gadis itu keluar dari dalam bus dan mulai berjalan pelan menuju rumah pak Liano. Walau rumahnya lumayan jauh, namun Geanna tidak pernah berfikir untuk menaiki kendaraan apapun agar cepat sampai.
Suasana pagi itu kan yang terbaik. Dimana dedaunan akan berembun, lalu angin sepoi-sepoi, belum lagi rasa dingin yang menusuk kulit namun sangat di rindukan. Pagi memang tidak pernah mengecewakan.
Geanna sesekali berhenti hanya untuk mengutip daun kuning yang sudah terlepas dari batangnya. Rasa gemas menghampirinya, bermacam Fikiran mengganggunya. Apa daun ini mengartikan kematian? Iya benar, Geanna yakin!!
Setelah beberapa menit kemudian, gadis rambut panjang ikal di bagian bawah itu sampai. Namun belum beberapa menit, alisnya sudah menggkerut bingung.
"Kenapa ramai sekali?" Dirinya bergumam.
Kenapa tidak? Rumah pak Liano kini terlihat ramai. Ada beberapa orang yang terlihat marah-marah keluar dari dalam.
Sebenarnya ada apa?
Banyak anak gadis bersama ibu mereka, atau bahkan dengan kedua orang tua mereka, keluar dengan wajah marah dan makian dari mulutnya. Geanna merasa penasaran namun enggan untuk masuk.
"Sudah buta mau dapat yang bagus pula!! Dari pada menyusahkan lebih baik si buta itu mati!!" Seorang wanita paruh baya yang berjalan melewati Geanna, mengomel.
Geanna mematung.
Buta?
Jeykey kan??
"Maaf" Karna penasaran, Geanna akhirnya menghentikan wanita tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND [JUNGKOOK]
RomanceKecelakaan mobil yang menimpa Jeykey, membuatnya kehilangan penglihatan. Disaat terpuruknya, kekasihnya Unha pergi meninggalkannya. Menyisakan rasa sakit dan keputusasaan, rasa benci dan amarah, serta rasa trauma terhadap perempuan. Namun mahasiswi...