Keputusan Yang Tidak Terduga

81 14 0
                                    

Sore itu Geanna berjalan lesu memasuki sebuah taman yang sering dia lihat namun malas untuk di kunjunginya. Biasa!! Anak modern, tongkrongannya mall, cafe, dll.

Sore ini tanpa alasan, pak Liano memintanya bertemu di taman. Sebenarnya dia merasa sangat malas namun saat kata rencana pernikahan keluar dengan mulus dari bibir pak Liano, saat itu juga Geanna tidak bisa main-main lagi.

"Kenapa pak?"

Geanna duduk di sebelah pak Liano setelah bertanya pada lelaki itu. Ia kini duduk dengan dua cup coffe di tangannya. Memberi Geanna satu Cup lalu menghela nafas berat.

"Segitu ga sukanya liat saya?" Tanyanya. Liano menyesap Coffenya.

"Bukan gitu pak. Saya hanya merasa bersalah. Andai aja saya gak ikut campur kemarin, semua ini pasti gak bakalan kejadian" cup Coffe pemberian Liano di putar-putar. Belum ada niatan meminum isinya.

"Tapi karena kamu, harga diri mama gak jatuh. Kamu udah masuk terlalu jauh dan saya tau kamu pasti sedih." Liano kini memberanikan diri menatap gadis paling nakal di kampus tempatnya mengajar.

"Saya gak akan salahin siapa-siapa, Karna ini berat buat Jeykey juga pastinya"

Lelaki yang biasanya suka bercanda itu menghela nafas setelah mengalihkan perhatiannya kearah lain. "Ge, kamu bisa pilih. Mau nikah sama saya atau Jeykey"

Gadis itu tersentak "Maksudnya pak?"

"Kamu bisa pilih, saya apa Jeykey." Liano menoleh. Ada raut tidak rela dalam matanya "Saya harap kamu memilih saya karna saya maunya begitu"

Geanna hanya diam. Ini aneh, untuk apa dia harus memilih? Antara Jeykey atau pak Liano? Keduanya tidak pernah masuk kedalam fikirannya sejauh ini.

Pernikahan mendadak saja sudah menyiksa. Jika sampai ada pilihan seperti ini, bukankah akan ada yang merasa di tolak? Apalagi dengan kondisi Jeykey saat ini. Lelaki itu pasti berfikir bahwa dirinya tidak berguna lagi. Geanna harus bagaimana?

Disatu sisi ada Liano yang kini ragu-ragu meminta dirinya untuk memilih lelaki itu, disisi lain Jeykey yang membuat hatinya ingin melindungi lelaki itu. Harus bagaimana?

"Kamu gak perlu kahwatir soal Jeykey. Sejak awal dia memang tidak berniat menikah. Dia alergi pada perempuan"

Geanna menoleh lemah. Kuku ibu jarinya menusuk jari telunjuknya kuat, ada rasa gugup disana.

"Pak, kalau bukan sama Jeykey, bukankah bisa di batalkan ya? Soalnya ini kan terjadi Karna saya sama Jeykey jatuh di dapur" cicit Geanna. Gadis itu masih menunduk ketika Liano menggeser duduknya semakin dekat dengannya.

"Saya tau, tapi Karna Jeykey tidak berfikir soal pernikahan, lebih baik kamu pilih saya"

"Terus pacar bapak gimana?"

"Mama saya suka liat kamu. Saya di suruh putus sama pacar saya"

Geanna menoleh lemah. "Pak___"

"Lagi pula, mama kamu pasti gak bakalan nerima Jeykey jadi menantu" Potong Liano cepat. "Kamu gak punya pilihan. Kasih tau saya jadwal kamu, saya sama mama bakalan datang buat ngomong ke mama kamu" sambungnya.

Geanna terdiam lagi. Ini semua terdengar seperti paksaan. Ini semua tidak semenyenangkan saat berbicara pada Jeykey saat makan nasi goreng pertama kali. Ini tidak semenarik melihat Jeykey jatuh hingga di gigit semut. Semua ini terasa seperti Geanna akan memulai dunia penuh kukungan. Rasanya beribu kali lebih baik jika bersama Jeykey.

Tapi....

Pak Liano mungkin benar!! Mungkin mama tidak akan memilih Jeykey Karna lelaki itu buta. Mungkin mama tidak akan memilih Jeykey Karna lelaki itu tidak bisa menghidupi Geanna kecuali dengan harta orang tua Jeykey.

Atau.....

Geanna yang tidak rela Karna takut mama di hina orang lain. Geanna takut membuat mama harus mendengar kata-kata tidak baik di sisa hidupnya.

Hingga......

"Ge? Kamu dengar saya kan?"

"Iya pak, saya kabari nanti"

Geanna akhirnya memilih untuk terkurung dalam perintah Liano tanpa tau apa maksud di balik semua ini.

Sebodoh itu dirinya. Sebodoh itu dia untuk orang yang dia sayang.

"Bagus. Kalau begitu ayo, saya antar pulang"

***

Liano mendudukkan dirinya di ruang tamu---diatas sofa cream milik nyonya Wyu---selepas pulang dari bertemu Geanna.

Disana sudah duduk Jeykey, Tuan Wyu dan nyonya Wyu. Mereka kebetulan sedang membahas cara memberitau Hynri soal rencana mereka, yaitu membuat Liano mengganti posisi Jeykey.

"Geanna sudah setuju menikah dengan saya" ujarnya tanpa basa-basi. Lelaki itu menghela nafasnya kasar. Sedangkan Jeykey di sebelahnya, meremas kuat lututnya.

"Benarkah?" Nyonya Wyu bertanya heboh. "Geanna memilihmu? Bukan Jeykey?" Sambungnya. Ada sedikit rasa tidak terima, Karna yang dia harapkan itu Geanna bersama Jeykey.

"Iya ma. Saya hanya tinggal menunggu kabar dari Geanna"

"Baiklah. Mama akan coba kasih kabar ke mama Hynri" ujar Nyonya Wyu pasrah. Bagaimana lagi? Geanna sudah memilih Liano sebagai suami. Jika di fikir-fikir, mana mungkin ada yang mau pada lelaki buta yang pastinya akan menyusahkan dirinya nanti. Dia hanya punya harapan dan harapan itu menyangkut dua orang, jadi harapannya memerlukan bantuan dua orang itu.



***



"Ge"

Malam itu---disaat rasa sedih begitu mengganggunya---Geanna di hampiri seorang wanita paruh baya yang sehari-harinya di panggil "mama" olehnya.

Wanita itu Mungkin merasa kahwatir melihat wajah sendu putrinya saat pulang tadi. Gadis itu sudah cerita bahwa ada kejadian yang terjadi hingga berujung pada sebuah pernikahan.

Awalnya Wanita itu merasa semua akan baik-baik saja jika putrinya mau, namun hari ini semua terlihat berat bagi pundak mungil itu.

"Ma, Geanna tidak akan ngecewain mama" adunya tanpa memberi jeda wanita itu untuk melanjutkan ucapannya.

"Mama yakin kamu tidak akan melakukan itu. Jangan terbebani dan lakukan yang kamu mau."

"Sulit sekali ma" Geanna memeluk mamanya erat. Boleh tidak dia kembali menjadi anak kecil lagi? Orang dewasa tidak keren. Menjadi dewasa tidak menyenangkan. Keinginannya setidaknya jika menikah maka Ia mau bersama Jeykey, namun lelaki itu menolak pernikahan ini. Jika Jeykey bisa menolak, bagaimana dengannya?

Geanna harus menolak semua ini!! Harus!!

Bukankah seharusnya memang begitu?

"Ge" wanita itu mulai kembali bersuara "Jangan fikirkan soal mama, lalukan yang kamu mau. Mama tau mungkin saja mama menolak dan ternyata itu kebahagiaan mu. Siapa yang tau, benar kan?" Sambungnya memberi sedikit nasehat.

Geanna menatap mamanya intens. Matanya berkaca-kaca  menahan sakit hatinya. Jantungnya sudah berdetak tidak karuan. Bagaimana? Bagaimana caranya ia tidak memikirkan mamanya? Sedangkan wanita itu adalah wanita yang ingin selalu ia banggakan. Apa ini adil? Geanna harus menahan rasa sakit dari kata-kata yang keluar dari mulut mamanya.

Namun---daripada bersama Liano---Geanna lebih memilih untuk membatalkan semuanya. Demi kebahagiaan yang mamanya tuntut untuknya.

"Mama, maafkan Geanna. Sepertinya Geanna akan egois sekali lagi" ujar Geanna. Gadis itu kembali memeluk mamanya erat.

"Tidak masalah. Mama akan selalu mendukung mu" Balas wanita itu sambil terus membelai rambut halus putrinya.
















***




Aku gak tau mau ngomong apa. Yang pasti kok jadi gini? Masih bagus gak? Ada yang nunggu gak?
Pliss aku maksa nih, suka ya!! Ya!! Ya!! Ya!!
Aku suka maksa hehe..
Btw update kali ini jadi Minggu Karna kemarin ada sedikit masalah.
Makasih buat yg masih nungguin ya.
See you at the next chapter

BLIND [JUNGKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang